Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LEMBAH SEWU MAYIT (Part 4)


Part 4 - Alam gaib

Aku berlari ke arah pocong itu lalu berusaha untuk mengangkatnya secepat mungkin. Tapi aku kesulitan karena pocong Ki Krowok yang tadinya nampak ringan, kini begitu berat tak ubahnya bongkahan karang.

Hmmphh!

Setengah mati kukerahkan tenaga sampai urat-uratku keluar. Akhirnya setelah bersusah payah, pocong itu bisa kuangkat.

Namun belum sempat aku mengembalikannya ke tempat semula, Linda yang tengah kerasukan tiba-tiba mendekat lalu hendak menyerangku.

"Tahan dia!" Aku berteriak menggugah yang lain agar mencegah Linda. Tapi mereka hanya diam tak ada yang berani bergerak atau pun bersuara.

Aku tak punya pilihan lain. Dalam posisi masih membopong pocong ki Krowok, kutendang tubuh Linda hingga gadis itu terpental masuk ke semak-semak.

"Bantu saya angkat pocongnya!" Teriakku lagi sedikit membentak. Aku harus gunakan waktu yang sempit ini sebelum Linda kembali datang menyerang.

"Pak! Itu tolong mas Yudha!" Kristin memekik sambil mengguncang-guncang pundak pak Wongso. Lelaki itu nampak ragu-ragu. Tapi akhirnya dia mau bergerak diikuti Ferdy dan Tomo.

"Hati-hati, jangan sampai jatuh!" Pintaku sambil berdiri pelan-pelan sembari tetap memegangi pocong Ki Krowok yang terasa semakin berat.

Ferdy, Tomo dan pak Wongso dengan tangan gemetar ikut membantuku mengangkat pocong itu lalu bersama-sama mengembalikannya ke tempat semula.

Huffthh...

Aku bernapas lega namun hanya sesaat. Bukan apa-apa, meski pocong ki Krowok telah kembali pada peraduannya, namun kain penopangnya kini seperti tak kuat lagi untuk menyangga.

Sementara Ferdy, Tomo dan pak Wongso cepat-cepat mundur dengan tubuh gemetar dan wajah pucat pasi. Mereka nampak masih syok dengan peristiwa yang baru saja terjadi.

"Linda kemana?" Tiba-tiba Kristin memekik menyadarkan kami. Aku bergegas menghampiri tempat dimana jatuhnya Linda tadi, tapi tak kutemukan gadis itu di sana.

Ya Allah! Kemana dia?

"Linda! Linda!' Kristin spontan berteriak-teriak.
Ferdy dan Tomo celingukan dengan wajah panik dan kebingungan.

Kami semua langsung berpencar mencari Linda di area sekitar. Tapi setelah menjelajahi setiap jengkalnya, Linda tetap tak bisa ditemukan.

Sejenak kami bingung kemana lagi harus mencari. Lalu kami putuskan untuk mencari Linda di area lembah. Tapi sebelum pergi, Tomo nampak khawatir dengan kondisi pocong Ki Krowok.

"Itu pocongnya gimana? Sepertinya kain penopangnya nggak bisa tahan lama!"

"Biarkan saja dulu, itu urusan nanti. Yang penting sekarang kita harus cari Linda."

Ucapanku segera diamini yang lain. Lalu kami cepat-cepat turun dari bukit menuju lembah sambil tak henti berteriak memanggil-manggil.

"Linda! Linda!"

Kristin dan teman-temannya kini mencari di tengah padang rumput yang luas. Sementara aku dan pak Wongso sibuk mencari ke sana kemari dalam situasi yang makin gelap. Tapi usaha kami sia-sia. Linda bagai hilang di telan bumi.

Setelah lelah mencari tanpa hasil, Kristin mendekatiku lalu bertanya dengan wajah panik dan ketakutan. "Bagaimana ini mas?"

Belum sempat aku menjawab, Ferdy datang mendekat lalu coba memberi saran. "Kita cari di hutan!"

Tapi aku lantas menggeleng. "Tidak perlu. Saya yakin Linda masih ada di sekitar sini. Dia tak mungkin bisa bergerak secepat itu dalam waktu yang singkat."

"Masih di sini? Mana? Sudah kita cari tapi nggak ada!" Sanggah Tomo tak setuju dengan pendapatku.

"Saya menduga kalau Linda disembunyikan penghuni tempat ini. Sepertinya kita tak bisa menemukannya dengan cara biasa, harus dengan cara lain." Ucapku coba memberi penjelasan.

Pak Wongso mengangguk paham. Sementara Kristin dan kedua temannya hanya bisa saling pandang.

"Lalu selanjutnya bagaimana?" Tanya Ferdy.

Sebentar kulayangkan pandangan menyapu area lembah dan sekitarnya, lalu akhirnya diriku mantap ambil keputusan. "Kalian kembali saja ke rumah pak Wongso, biar saya sendiri yang lanjut mencari Linda."

Kristin nampak keberatan lalu cepat menyanggah.
"Serius mas? Apa tak perlu kami bantu?" Tanya gadis itu.

"Jangan, terlalu berbahaya. Hari sudah gelap, saya takut kalian nanti kenapa-napa. Apa yang terjadi dengan Linda bisa saja terjadi pada kalian semua."

Ucapanku seketika membuat wajah Kristin dan teman-temannya bertambah pucat. Lalu pak Wongso angkat bicara coba mengingatkanku. "Apa mas Yudha yakin? Jangan main-main mas, ini bukan tempat sembarangan."

Aku mengangguk coba yakinkan pak Wongso. "Iya pak. Saya tau resikonya. Tapi lebih baik begitu ketimbang kalian semua ikut celaka. Sekarang pak Wongso dan yang lain pulang saja, cari kain atau apa pun yang lebih kuat untuk menopang pocong ki Krowok."

Pak Wongso manggut-manggut. Dia sepertinya setuju dengan rencanaku. "Ya sudah. Tapi hati-hati ya mas. Saya usahakan secepatnya kembali dengan membawa bantuan sekalian kain yang mas Yudha minta."

Aku pun mengiyakan. Lalu mereka bergegas pergi meninggalkanku sendirian di tengah padang rumput yang luas dan gelap ini.

Kembali kulayangkan pandangan menembus gelap mengandalkan mata ularku. Tapi seberapa pun keras aku mencoba, tetap saja tak bisa kutemukan apa-apa.

Akhirnya kucoba tajamkan mata batin, berusaha menembus dinding gaib yang kuyakini jadi penghalang hingga aku tak bisa menemukan keberadaan Linda.

Namun dalam khidmatku, dunia di sekitarku seakan-akan berubah...

Padang rumput yang luas tiba-tiba berganti jadi hamparan tanah kosong yang tandus. Suasana mendadak sunyi dan mencekam di bawah cakrawala yang jadi kemerahan.

Aku sadar kalau kini berada dalam dimensi lain. Sepertinya ada satu kekuatan yang membawaku masuk ke tempat ini. Tapi di sini justru aku bisa merasakan sesuatu, hingga mataku melihat Linda yang tengah berdiri di kejauhan.

"LINDA!"

Aku berteriak memanggilnya. Namun suaraku seolah redam hingga Linda tak mampu mendengar.

Aku hendak mendekatinya, tapi baru beberapa langkah saja, tiba-tiba tanah yang kupijak seperti bergetar bersamaan dengan merebaknya bau bangkai yang menyengat menusuk rongga hidung.

Tanganku mengepal siap dengan segala kemungkinan. Firasatku mengatakan sebentar lagi bakal terjadi sesuatu.

Getaran itu semakin keras hingga tanah menjadi retak dan terbelah. Lalu dari retakannya, tiba-tiba muncul tangan kotor yang menyeruak keluar dari dalam tanah!

BROLL!

Aku terkejut! Tapi lebih terkejut lagi saat melihat fenomena mengerikan yang tejadi berikutnya..

Dari dalam tanah, bermunculan manusia-manusia bertubuh busuk tanpa kepala. Merayap keluar dari perut bumi tak ubahnya binatang melata yang keluar dari sarangnya.

Aku spontan siap siaga. Aku tak tau apa maksud dari kemunculan mereka. Tapi dari gelagatnya, aku yakin mereka muncul bukan untuk mengajakku beramah-tamah.

Sebentar saja tempat ini sudah dipenuhi tubuh-tubuh tanpa kepala yang berdiri di sekitarku. Lalu pelan tapi pasti, mereka mendekat dengan langkah kaku yang diseret-seret.

Mulutku komat-kamit rapalkan mantra pelindung raga, aku tau diriku dalam bahaya, tapi aku pikir tak ada gunanya melakukan benturan fisik karena sejatinya mereka hanyalah arwah penasaran yang terperangkap di tempat ini.

Benar saja, ketika jarak kami tinggal beberapa langkah lagi, gerakan mereka terhenti akibat terhalang pagar gaib yang kokoh melindungi diriku.

Tapi yang lainnya terus saja berdatangan, hingga di sekelilingku kini dipenuhi tubuh-tubuh tanpa kepala yang terus berusaha maju untuk menjamahku.

Aku tak mau berlama-lama, aku masih harus menolong Linda. Kukerahkan tenaga dalam sambil rapalkan doa-doa penangkal lalu mengibaskan kedua tanganku tak ubahnya menyibak tirai.

"Kun fayakun..."

Seketika puluhan dari mereka langsung tercerai-berai, lalu berulang kali kukibaskan kedua tanganku sambil merapal doa-doa, hingga sebentar saja, di sekelilingku penuh dengan tubuh-tubuh tanpa kepala yang tergeletak bertumpang tindih.

Aku tak tau apa yang selanjutnya bakal terjadi. Tapi aku telah siap bahkan kalau ternyata mereka bangun lagi. Namun tanpa disangka-sangka, tubuh mereka tiba-tiba hilang begitu saja.

Tentu saja itu membuatku heran. Tapi apa yang kuharapkan? Ini alam gaib. Kemudian setelah menunggu untuk beberapa saat, tak ada lagi yang terjadi di tanah kosong yang sunyi dan gersang ini.

Huffth...

Diriku bernapas lega. Meski tergolong singkat, namun kejadian tadi tetap saja menegangkan. Kini aku kembali fokus untuk mencari Linda. Aku tak bisa membiarkan gadis itu hilang berlama-lama.

Sejenak mataku jelalatan mencari kemana Linda pergi. Hingga akhirnya terdengar suara jeritan dari sebuah bukit batu yang nampak di kejauhan.

AAAAAAAH!

Aku bergegas menuju ke sana. Dan ketika akhirnya aku sampai, betapa diriku terperangah saat menyaksikan pemandangan yang sungguh mencengangkan..

Linda nampak bersimpuh dengan rambut yang dijambak oleh sosok bertubuh kurus kering dengan wajah yang berlubang mengerikan!

Ki Krowok!

"Mau apa kamu? Lepaskan dia!" Teriakku lantang sambil menunjuk tegas. Tapi Ki Krowok malah menyeringai membuat wajahnya kian menakutkan.

"Aku mau kepala anak ini." Ucap Ki Krowok dengan suara yang lirih dan parau. Dari auranya, bisa kurasakan kalau dia berwujud nyata, tidak seperti wujud halus dari para korbannya tadi.

Aku segera ambil posisi siap tarung. Aku tak tau bagaimana dia bisa membawaku dan Linda masuk ke alam gaib ini, tapi yang pasti aku harus menyingkirkannya dan membawa Linda keluar dari tempat ini.

"Allahuakbar!"

Aku bertakbir sembari layangkan tinju kosong tanpa tenaga dalam, beradu keras dengan tubuh Ki Krowok yang kurus namun ternyata sekeras batu.

Bugh!

Ki Krowok tak bergeming, dia malah menyeringai lalu tiba-tiba melempar Linda hingga gadis itu terhempas membentur batu.

Bruk!

"Linda!"

Aku berlari mendekati Linda yang terkulai di atas tanah. Sebentar kuperiksa denyut nadinya, syukurlah, dia cuma pingsan saja.

Aku hendak membawa Linda menyingkir dari tempat ini. Namun tanpa diduga, Ki Krowok tiba-tiba sudah ada di belakangku lalu menjambak rambutku dan menyeretku hingga beberapa meter!

Aarrrgh!

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close