Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PUCUK KEMBANG (Part 8) - Pengabdi Kegelapan

Pengabdi Kegelapan telah lahir, Petaka dan Becana akan segera tiba.


PART 8 - PENGABDI KEGELAPAN

Malam itu Surtini Bergegas untuk menuju Puncak paninggir, Hati surtini menjadi keras setelah dirinya berhasil mendapatkan tumbal. rasa takut akan pertempuran sekarang hanya menjadi Hal sepele baginya.

Tepat jam 6 sore surtini berjalan menuju puncak paninggir membawa 4 Jantung bayi yang surtini bunuh.

Selama perjalanan tak satupun kendala yang dia temukan, Mbah Singo pun tak ia jumpai.

Alas Ronggo surtini lewati dengan mudah, sungai Botohsari tak nampak saat perjalanan surtini.

Lama Surtini melakukan perjalananya akhirnya sampai pada istana Nyi Paninggir.

Semua pengawal nyi paninggi tunduk pada surtini seolah-olah Surtini merupakan tamu agung.

“Tamu agung sampun rawuh, monggo cah ayu. Pinarak ten istana Nyi paninggir” (tamu kehormatan sudah hadir, Silahkan anak cantik istirahat di istana nyi paninggir) sambut nyi paninggir pada surtini.

“Haturnuwun nyi paninggir, Aku teko rene meh nepati janjiku” (terimakasih nyi paninggir, aku datang kesini mau menepati janjiku) ucap Surtini tegas berwibawa.

“Cah bagus, awakmu meh jauk opo karo aku” (anak baik, Kamu mau minta apa dari aku) tanya nyi paninggir.

“Kabeh Ilmu nyi paninggir turuno neng aku” (semua ilmu mu turunkan ke aku) jawab nyi paninggir.

“Cah bagus, awakmu wis tak incer seko awakmu bayi, niatku awakmu seng bakal dadi pewaris ilmu ku, Susuk pucuk kembang iki bakal di nggo awakmu, ning Syarat mu kurang 3 jantung bayi"

(anak baik, kamu sudah saya incar sejak kamu bayi, niatku kamu akan jadi pewaris ilmu ku, susuk pucuk kembang di nggo awakmu, cuma syaratnya kamu kurang 3 jantung lagi) ucap nyi paninggir.

“Secepete bakal aku turuti nyi” (secepatnya bakal aku turuti nyi) sahut surtini.

"Kudu cah ayu, Tak nteni pas awakmu mitoni awakmu kudu tekan kene. Opo wae sing koe jauk aku wenehke” (Harus anak cantik, tak tunggu pas kamu 7 bulanan, kamu harus sampai sini, apa saja yang kamu mau pasti aku turuti)

Surtini telah berhasil menyerahkan 4 Tumbal kepada nyi paninggir, kekuatanya surtini akan segera dia dapat, bukan hanya kekuatan namun bayi surtini juga akan segera dia dapat.
...

Surtini segera melancarkan Tugasnya kembali, 3 bulan berturut-turut surtini membunuh bayi tak bersalah. beberapa desa dia kelilingi untuk mencari ibu yang akan melahirkan.

Profesi dia dan dunia gelapapan sudah meracuni dirinya. Korban surtini semakin bertambah namun tak seorangpun menyadari jika surtinilah yang selalu membunuh bayi setelah melahirkan.

Surtini selalu merasakan kekuatan besar pada dirinya jika dia berhasil membunuh satu Bayi.

7 bulan Anak Surtini telah tiba, Itu tandanya waktu mitoni surtini harus menuju puncak paninggir.

Surtini Begegas Menuju puncak paninggir malam itu, namun kali ini berbeda Dari perjalanan kemaren. Para penghadang surtini kini telah menguasai alas ronggo. Mbah Singowono bersiap menghadapi surtini. Semua ingon-ingon mbah singo sudah berjalan di semua hutan.

“Nduk cah ayu, mandego Ritual mu, kui bakal dadi bencana nggo keluarga mu” (nduk anak cantik, berhentikan Ritual mu, kamu bakal jadi bencana buat keluarga mu) ucap mbah singo pada Surtini.

“Iki dudu urusanmu, rausah melu-melu” (ini bukan urusanmu tidak usah ikut campur) terang surtini.

Mbah singo tau, menghadapi surtini saat ini sama seperti menghadapi Ratu Gunung paninggir. Sang Ratu nyi paninggir yang tak pernah terkalahkan.

Seketika mbah singo melemparkan Tombak ganarnya ke Arah surtini. Dan Benar saja Kekuatan dahsyat tiba-tiba keluar dari tubuh surtini. Tombak ganar yang hanya dimiliki mbah singo hancur berkeping-keping tak tersisa.

Perlawanan mbah Singo kini sudah nampak, penerus nyi paninggir telah lahir. Bencana Besar akan datang pada desa ini.

“Saiki penguasa alas iki dudu awakmu kehekhekeh” (sekarang penguasa hutan ini bukan kamu kehekhek) ucap surtini sombong.

Tiba-tiba tatapan surtini menjadi tajam, surtini menatap ke arah Mbah Singo, seketika mbah singo muntah darah, surtini mampu menyatet hanya dengan tatapanya. Sama seperti Nyi paninggir saat melawan Mbah singo dulu.

Mbah singo tak tau apa yang harus dia lakukan. Ajian bolo sewu terpaksa segera di rapalkan, beberapa gerakan di arahkan ke Surtini namun anehnya ajian mbah singo tak berfungsi, justru mbah singo menjadi semakin lemas.

Mbah singo merasa percuma melawan surtini, karena mbah singo tau, ajian apapun tak akan mampu mengalahkan surtini. Akhirnya mbah singo menancapkan Tongkatnya dan segera menghilang dari alas Ronggo.

Surtini berbegas menuju puncak Painggir, sesampainya di puncak paninggir Upacara adat Puncak paninggir sudah di siapkan. Purnama yang terang Segera menghilang tertutupi awan hitam.

Surtini menyerahkan Tumbal jantung bayi kepada nyi paninggir, itu artinya surtini akan segera memiliki Kesempurnaanya.

“Wengi iki Susuk Pucuk kembang Tak serahno neng awakmu cah ayu” (malam ini susuk pucuk kembang saya serahkan kepadamu anak cantik) ucap nyi paninggir.

“Aku siap nompo sekabehane nyi” (saya siap menerima Semuanya nyi) sambung surtini.

"Pucuk Sekar Paninggir sampun kang dueni Ajining sekar raono sing wedeni Tlatah wono lan tlatah langit manuto marang siro Laut lor laut kidul bektenono marang siro Ajining sekar paninggir sampun tak pasrahno" nyi paninggir merapalkan sinden nya untuk melaksanakan seserahan susuk pucuk kembang pada surtini. Seketika angin bertiup kencang, kabut hitam menyelimuti semua istana, badai petir bergemuruh. kini telah lahir pemilik susuk Pucuk kembang sejati.

Surtini telah menguasai semua ilmu yang di berikan nyi paninggir, kekuatan surtini semakin tidak ada yang menandingi.

“Sugeng rawuh kanjeng sekar paninggir” (selamat datang Kanjeng sekar paninggir) ucap Nyi paninggir memberi julukan pada surtini.

Kekuatan hitam Telah surtini kuasai, Kewibawaan surtini meningkat, kekuatan dan kesaktian surtini tak ada seorangpun yang menandingi.

“Kanjeng sekar paninggir, awakmu kudu ngati-ati, mbah singo due putu, bocah kui tandinganmu” (Kanjeng sekar paninggir, kamu harus berhati-hati, Mbah singo punya cucu, anak itu adalah tandinganmu) ucap nyi paninggir sebelum menghilang dari Istananya.

Surtini Mulai Mempelajari Ilmu Gelapnya dengan Surtini bertapa di puncak gunung Paninggir.

***

Sudut pandang mbah Jum

Mbah jum Merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Selama 7 hari terkahir mbah jum bermimpi akan terjadi becanda besar di Desanya.

“Mbak ratmi aku kok nek bengi mimpi bakal ono becanda gede neng deso ne dwe” (mbak rati, aku kok setiap malam mimpi bakal ada bencana besar di desa kita) ucap mbah jum pada ratmi yang sedang berbelanja sayuran di warung mbah jum.

“Ah usah meden medeni mbah, puluhan tau bien wes tau ono wabah. Mugo-mugo aman yo mbah” (ah Jangan Menakut Nakuti Mbah, puluhan taun lalu pernah ada wabah, semoga aman ya mbah) sambung ratmi.

Mbah Jum Menjadi kepikiran akan mimpinya, mbah jum merasa bahwa mimpi tersebut sama seperti mimpi jaman dahulu, bahwa bencana akan datang pada desa ini. Di Sela-sela kepanikan mbah jum akan mimpinya,

Mbah jum Teringat bahwa Dulu sang suami pernah meninggalkan Keris Patih Geni miliknya yang nantinya akan di wariskan ke keturunannya. Mbah jum segera mencari kotak yang tersimpan Di dalam lemarinya.

Dan benar saja Keris Patih geni peninggalan sang suami Terlihat bergetar di dalam kotak penyimpananya, hal itu menandakan bahwa Akan ada perlawanan pada Keris Patih Geni dan becana akan segera datang.

Mbah jum segera pergi ke rumah Saudaranya dan meminta tolong untuk mengabari cucunya. Mbah Jum memiliki Cucu Satu-satunya, Dia bernama Muiz, salah satu cucu yang terisa saat terjadi bencana dahulu.

Semua keluarga Meninggal menjadi korban bencana. Mbah jum mengabarkan pada muiz agar tidak pulang dalam waktu dekat ini. Muiz diminta untuk tetap di pondoknya.

Waktu magrib telah tiba, Mbah Jum semakin Panik akan mimpinya, tepat saat jam 12 malam tiba-tiba Suara gemuruh terdengar dari Puncak Gunung paninggir. Kejadian puluhan tahun lalu kini terjadi lagi. Kabut tebal datang menutupi Desa kamulyan, hujan dan badai betir datang bersahutan

Itu tandanya Seseorang Telah Sempurna Mengabdikan dirinya pada kegelapan. Ya Susuk pucuk kembang telah di kuasai Surtni.

Sudah 5 hari Hujan dan Badai petir tak henti, Kabut tak pernah pergi dari desa kamulyan.

“Kejadian iki bener-bener mirip karo musibah puluhan tahun lalu, iki tandane Pengabdi kegelapan wis lahir” (kejadian ini benar-benar mirip seperti Musibah Puluhan tahun lalu, ini tandanya pengabdi kegelapan wis lahir) batin Mbah Jum sela-sela lamunanya.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close