Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PUCUK KEMBANG (Part 9) - Pageblug

21 Hari Gelap Gulita

Surtini telah berhasil Menyempurnakan Ritualnya, kini tragedi berpuluh-Puluh tahun lalu akan terulang kembali.


Sudah melewati 21 hari Desa Kamulyan Mengalami kegelapan, Kabut hitam dan Hujan Angin Melanda Desa kamulyan.

Anak-anak kecil tak berdosa terdampak wabah tersebut. Hampir puluhan orang mengalami demam dan Kejang-kejang tanpa sebab.

Yang memilukan Hampir yang meninggal pasti mati dalam keadaan Lebam gosong seperti terkena teluh.

Muiz yang sedang menjalani Pendidikan non formal di Pesantrenya mendengar Kabar tersebut.
“Abah Sumarjo, pangapuntene Muiz mau ijin Pulang kampung dahulu, Muiz kangen sama mbah” ucap memohon ijin pada Pengasuhnya muiz.


“Loh padahal di kampung masih ada wabah katanya iz, kok malah pulang" tanya Abah Sumarjo.

“Iya bah, muiz khawatir sama mbah, Disana mbah Sendirian” terang muiz.

“Gini aja iz, Besok malam Abah Yang nganterin kamu, sepertinya kampung muiz bukan wabah biasa” sambung abah sumarjo.

“Mboten usah repot-repot bah, Nanti Muiz Mau ngbis” ucap muiz.

“Nggak apa-apa, besok malam kita berangkat, tapi mampir ke Ustad rohim dulu, coba nanti saya kabari ya” terang abah sumarjo.

Muiz mengiyakan Tawaran abah sumarjo, sepertinya abah sumarjo tau keadaan yang sedang terjadi di sana. Akhirnya Abah sumarjo mencoba menghubungi ustad Rohim.

“Assalamualaikum hallo him, gimana kabar nya ini” ucap abah sumarjo menyapa saudaranya ini.

“Waalaikumsalam alhamdulillah sehat bah, panjenengan gimana bah” tanya Ustad rohim.

“Alhamdulillah sehat, anu him, besok malam kamu ada waktu luang tidak” sambung abah sumarjo.

“Besok Malam Aman Bah”

“Tak ajak Jalan-jalan mau tidak him”

“Waaah ini curiga aku” ucap Ustad rohim yang sudah menebak bahwa pasti akan melakukan misi.

“Hahahah Aman-aman kalo ini beneran Jalan-jalan, nganter muiz pulang”

“Wah tambah curiga aku, mana mungkin seorang abah sumarjo ngajak Jalan-jalan tanpa tujuan hahaha”

“Gini min, kampung muiz sedang di landa wabah, cuma saya kok agak curiga min”

“Iya bah, saya Merasakan kalo wabah itu bisa juga merambah ke desa lain”

“Makanya besok kita berangkat, jam 11 malam saya ke rumah kamu, kita langsung berangkat"

“Oke bah insyaallah”

“Besok saya kabari lagi him, jangan lupa bawa singkong goreng hahaha, Assalamualaikum” ucap abah sumarjo sembari menutup Ponselnya.

Abah sumarjo Segera melakukan persiapan untuk pergi mengantar Muiz, sementara muiz berkemas membawa beberapa pakaian dan kitab-kitabnya untuk-

Di Bawa Pulang.

Keesokan hari telah tiba, abah sumarjo bergegas menuju ke rumah ustad Rohim. Hampir sama seperti mereka saat menjalankan misi di tikungan banger, abah Sumarjo dan muiz berangkat malam hari, namun kali ini lebih santai.

Muiz mengendarai mobil abahnya di depan. Tak lama perjalanan mereka akan segera sampai di Rumah Ustad Rohim.

“Masih ingat jalanya kan iz” tanya abah sumarjo.

“Masih Bah” Jawab muiz sembari fokus mengendarai mobilnya.

Setelah beberapa jam mereka menrobos gelapnya malam akhirnya mereka tiba di rumah Ustad Rohim.
.“Assalamualaikum ustad Rohim” ucap abah sumarjo dari depan rumahnya.

“Waalaikumsalam, Alhamdulillah sudah sampai ternyata, tak kira bakal sampe jam 12 malam. Monggo-monggo masuk” sambung ustad rohim mempersilahkan Abah sumarjo dan Muiz masuk.

“Siap Him, Kita engga usah lama-lama him, langsung berangkat aja” terang abah Sumarjo.

“Siap bah, Harus ngopi dulu donk heheh” sambung Ustad Rohim.

Ustad Rohim membuatkan Kopi untuk mereka, tak lupa singkong goreng kesukaan abah Sumarjo selalu mendampingi Perbincangan mereka.

Setelah mereka cukup beristirahat di Rumah Ustad rohim, mereka melanjutkan Perjalananya menuju ke Rumah Muiz, cukup lama Mereka menuju rumahnya.

Jalananan hutan dan Mengerikan mereka lewati tengah malam.

“Nggak nyangka iz, menuju Rumahmu sesulit ini, pantes kamu nggak pernah pulang” canda abah sumarjo

“Muiz kalo pulang naik bis brarti” tanya Ustad Rohim Dalam Mobil nya.

“Enggih Ustad” jawab Muiz.

“Kalo bus bisa sampe rumah tidak iz" sambung ustad rohim.

“Biasanya kulo sampe Ten Pasar tadz, nanti Jalan kaki sampe rumah” terang muiz.

Tak lama Rumah muiz akan segera tiba, nampak Gelap Gulita desa tersebut, desa terpencil yang tak tersentuh jangkuan apapun.

Saat mereka mulai memasuki Desa kamulyan, Tiba-tiba hujan mulai datang, angin kencang meniup Pepohonan, kabut hitam mulai menyelimuti desa.

Abah sumarjo seketika terdiam melihat keadaan desa kamulyan. Entah tak tau apa yang akan mereka lakukan. Sesampainya di desa. Sepi benar benar sepi desa tersebut. Tak ada cahaya menyala dan jalan Rusak membuat muiz menyetir mobilnya secara perlahan.

“Tok..tok..tok Assalamualaikum mbah, niki muiz" ucap muiz mengetuk pintu rumahnya. Nampak mbah jum masih tertidur lelap di rumahnya. Muiz Mencoba mengetuk jendela kamar mbah jum.

“Mbaah… Tok..tok..tok..mbaah”

“sopo yoo” (siapa ya) sahut suara dari dalam rumah mbah jum.

“Niki muiz mbah”

“Ya Allah Muiz” mbah Jum segera bergegas membukakan pintu rumahnya.

“Ya Allah... Monggo-monggo pak ” ucap mbah jum segera berlari memeluk muiz.

“Iya nek, matursuwun” sambung Abah Sumarjo.

Mbah jum mebuatkan minuman untuk mereka, sementara muiz membawa masuk semua barang-barangnya.

Abah sumarjo yang sudah ingin tahu dengan keadaanya, ia langsung basa-basi menanyakan keadaan desa tersebut.

“Mbah punten, kalo boleh tau, apakah desa ini sering terjadi hal seperti ini” tanya abah sumarjo.

“Rien pernah ada bah yai, tapi sudah berpuluh-puluh tahun lalu, kakek Muiz dan keluarga muiz yang menjadi korbanya, sekarang sisa muiz dan Saya” terang mbah jum.

Abah Sumarjo seketika Terdiam, sepertinya dia merasakan hal yang tidak wajar, sama halnya dengan ustad rohim dia juga merasakan hal yang tidak wajar.

Malam itu mereka Beristirahat di rumah muiz, namun berbeda dengan abah Sumarjo dan Ustad rohim, mereka melalukan wirid panjang malam itu.

Keesokan paginya Mereka mulai membahas wabah tersebut. Mediasi abah sumajro dan Ustad rohim ternyata membuahkan hasil.

“Mbah punten, disini apa ada pernah melakukan semacam ritual” tanya Abah sumarjo pada mbah jum.

“Dulu kakek Muiz pernah Mengatasi hal ini, dulu sesorang melakukan Ritual susuk pucuk kembang di Puncak Paninggir, di saat Seseorang tersebut akan mencapai kesempurnaanya kabut hitam, badai petir dan wabah datang seperti yang terjadi saat ini.-

Kakek muiz melakukan perjalanan ke hutan untuk mencegah ritual tersebut. Pertarungan besar terjadi di sana, namun sampai saat ini kakek muiz tak pernah pulang kerumah.-

Di saat saya tertidur saya bermimpi kakek muiz datang kerumah menitipkan pusaka miliknya” mbah jum menceritakan semua yang terjadi masa lampau setelah itu mbah jum mengambil Pusaka yang di berikan mbah singo.

“Ini bah yai, pak ustad, pusaka yang di titipkan ke saya” sambung mbah Jum sembari menujukan keris patih geni ke Mereka.

“Ini milik muiz, artinya semua keahlian kakeknya sudah di turunkan ke muiz, barang kali ini jalan untuk dapat menghentikan wabah ini” sambung abah sumarjo.

“Punten bah, muiz tidak bisa menerima, muiz bingung bah” ucap Muiz polos.

“Ndak papa iz, kita berjuang bareng” sambung Ustad Rohim menyemangati Muiz.

“Hari ini wirid seperti biasa ya, besok kita coba perjalanan menuju puncak paninggir, muiz tau kan jalanya” terang abah sumarjo.

Mereka melakukan wirid panjang, hampir semalam mereka membaca wirid kusus untuk perlindungan mereka, pagi buta mereka akan segera bergegas menuju puncak paninggir, segala sesuatu mereka persiapkan, mbah jum menyiapkan Bekal kebutuhan mereka selama perjalanan.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya
PUCUK KEMBANG (Part 10) - Keris Patih Geni

*****
Sebelumnya
close