"Hai...para pengawal, lekas kemari.... disini ada seorang penyusup, harap segera tangkap dan penjarakan !!"
Tentu saja Jaka Indi menjadi sangat terkejut, melongo, dan berdebar-debar jantungnya.
Bukan terkejut karena tuan putri memanggil penjaga untuk menangkapnya, bukan pula terkejut karena akan dipenjarakan, melainkan terkejut saat melihat sang putri bangkit berdiri dari kolam pemandian,, ternyata sang putri tidak mengenakan sehelai benangpun, yang membuat tubuh polosnya terpampang jelas,
Tampak dadanya yang menjulang terlihat penuh berisi, serta tubuh langsingnya yang padat, putih dan mulus dengan lekukan tubuh yang sempurna, terlihat sangat mempesona.
Tapi yang lebih mengejutkan lagi, ternyata sang putri tidak memiliki pusar, layaknya manusia pada umumnya. Perutnya nampak putih bersih, polos dan rata, tak sedikitpun bernoda, juga tak berpusar.
Jaka Indi segera memalingkan wajahnya, tak lama datanglah selusin pengawal istana yang bersenjatakan lengkap, dan mereka semuanya wanita muda yang cantik, gagah dan berbadan tegap. Dibelakangnya tampak beberapa dayang-dayang mengikuti, membawa handuk dan pakaian lengkap menuju sang putri.
Jaka Indi pasrah ditangkap dan dibawa para prajurit pengawal, kedalam istana. Dalam hatinya, "Gak apalah dipenjara di istana negeri astral, anggap saja pengalaman baru, lagian besok masih libur."
Maka berangkatlah Jaka Indi dikawal prajurit kerajaan menuju istana, hanya saja Jaka Indi merasa sedikit risih, disamping karena seluruh pengawal adalah para wanita muda, juga karena mereka suka melirik dan mencuri-curi pandang kearahnya. Setelah berjalan sekitar lima belas menitan, sampailah Jaka Indi didepan sebuah bangunan yang besar, tinggi megah dan indah serta berwarna serba putih, didepan bangunan terdapat tangga yang tinggi, ada sekitar seratus anak tangga untuk mencapai pintu utama bangunan tersebut.
Pada kedua sisi bangunan terdapat patung macan yang terbuat dari batu pualam putih, patung macan itu ukurannya dua kali lebih besar dari macan sesungguhnya. Setelah menaiki anak tangga dan sesampainya di depan pintu utama, nampak semakin terlihat jelas kemegahan bangunan tersebut. Seluruh bangunan terbuat dari bahan-bahan alami kwalitas terbaik, terlihat pilar-pilar dan dinding yang terbuat dari batu pualam, serta lantai kristal yang bening dan berkilau. Didalam bangunan yang luas terlihat beberapa dayang-dayang istana yang cantik. serta beberapa prajurit wanita, dari busana yang mereka kenakan seperti perpaduan busana kerajaan cina kuno dan kerajaan jawa kuno, dengan bahan busananya yang terbuat dari sutra pilihan. Pada bagian ruang utama terdapat beberapa lukisan yang besar-besar, dan seolah seperti lukisan hidup. Tetapi yang bikin Jaka Indi terkejut dari beberapa lukisan tersebut, terdapat lukisan wali songo yang berjajar rapi, dan adapula beberapa lukisan raja-raja jawa.
"Mengapa bisa ada lukisan mereka di kerajaan astral ini,?" Renung Jaka Indi memikirkannya dalam hati."
Anehnya pula, baik selama dalam perjalanan bahkan sesampainya didalam istana, Jaka Indi tidak pernah melihat anak-anak, orang tua bahkan tidak pula tampak seorang priapun, hanya ada para wanita muda yang usianya sebaya.
Baru asyik-asyiknya menikmati keindahan isi dan bangunan istana, tiba-tiba kepala pengawal prajurit berkata, "Ikuti saya menuju ruang pemeriksaan untuk menghadap kepala pengawas!"
Mereka berjalan kedalam ruang istana, lantas berbelok menuju salah satu pintu disudut ruangan, hanya dua pengawal dan kepala prajurit yang mengiringi kedalam ruangan, para pengawal lainnya menunggu diluar pintu. Terlihat kepala pengawas juga seorang wanita yang masih muda, ia mengenakan pakaian sutra serba biru, pada keningnya ada hiasan permata kecil yang juga berwarna biru, di sisi kiri dan kanan Kepala Pengawas didampingi dua orang wanita muda, yang disisi kanan seorang wanita berpakaian sutra hitam dengan memiliki sorot mata yang tajam, dan memiliki wajah yang sangat pucat yang memiliki pupil mata kemerahan, sedang wanita satunya lagi, yang disisi sebelah kiri tampak seperti gadis cantik pada umumnya dengan busana sutra warna putih. Jaka Indi dapat merasakan kalau mereka semua memiliki kemampuan supranatural yang tinggi.
Setelah itu kepala prajurit mulai berbisik kepada kepala pengawas, kemudian kepala pengawas mempersilahkan Jaka Indi duduk dibangku yang tersedia didepan meja kepala pengawas, lalu Kepala prajurit berserta para pengawal pergi meninggalkan ruangan.
"Duduklah! Kami hanya akan melakukan beberapa pertanyaan, dan harap dijawab dengan sejujurnya, bila ternyata saudara tidak bersalah, maka saudara akan kami perlakukan sebagai tamu kami, tapi bila ternyata saudara terbukti bersalah, maka saudara akan kami tempatkan dalam ruang tahanan kami, menunggu keputusan lebih lanjut tentang kepantasan hukumannya."
Jaka Indi, kemudian segera duduk, sambil menundukkan pandangan seraya menunggu pertanyaan kepala Pengawas.
"Coba mulai dengan menjelaskan nama saudara, dari mana saudara berasal, asal usul saudara dan maksud kedatangan saudara ke negeri kami, serta bagaimana saudara bisa sampai ke negeri Suralaya kami?"
"Baiklah... mbak kepala Pengawas, nama saya adalah Raden Jaka Indi, asal dari dunia yang berbeda, tepatnya dari dimensi yang berbeda, asal negara saya Indonesia, disebut juga negeri khatulistiwa, saya bisa sampai ke negeri ini melalu perjalanan lintas dimensi dengan melewati apa yang disebut Portal Ghaib, leluhur saya berasal dari trah kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram, yang merupakan kerajaan di tanah Jawa." Jaka Indi menarik nafas sejenak.
"Tapi sebelum mbaknya tanya lebih lanjut, sebaiknya mbaknya juga memperkenalkan diri dan setidaknya menceritakan sedikit tentang negeri ini."
Tiba-tiba gadis yang sisi sebelah kanan dari kepala pengawas, yang berbaju sutra hitam serta berwajah pucat dan memiliki pupil mata berwarna kemerahan dengan sorot mata yang tajam berkata, "Ulurkan tangan saudara!"
Jaka Indi seperti terkena hipnotis langsung menjulurkan tangan kanannya. Lalu gadis bermata merah tersebut mengambil dan memegang tangan Jaka Indi dan membawanya ke atas mangkok kristal yang berisi air bening yang ada dihadapannya, selanjutnya dengan gerakan perlahan kuku panjang gadis bermata merah menggores sedikit lengan pergelangan Jaka Indi, lantas meneteslah keluar darah Jaka Indi ke mangkuk kristal yang disediakan. setelah itu gadis bermata merah mengusap luka ditangan Jaka Indi, dan hanya dengan sekali usapan luka goresan telah hilang dan pulih sebagaimana sediakala.
Jaka Indi terkejut dan segera menarik lengannya sambil membatin, gadis ini sungguh luar biasa, bukan saja wajahnya sangat cantik, tapi ternyata punya kemampuan hipnotis dan kemampuan menyembuhkan luka. Kalau saja wajahnya tidak pucat seperti mayat hidup dan pupil matanya tidak berwarna merah seperti mata kuntilanak, pingin rasanya aku jadikan pacar, qiqiqiqiqi..... tentu saja hal ini hanya berani dikatakan Jaka Indi dalam hati.
Kemudian Jaka Indi mengalihkan pandangan kearah mangkok kristal yang telah berisi tetesan darahnya, darah yang berada didalam mangkok tampak berputar ke kiri lalu berbalik berputar ke kanan dan perlahan mengurai kemudian terpecah menjadi tiga bagian dengan warna yang berbeda, pada gumpalan darah yang paling besar dominan warna biru, lalu gumpalan lainnya berwarna merah dan berwarna hijau.
"Apa artinya ini !?" Tanya Jaka Indi kepada kepala pengawas berbaju biru.
"Gumpalan darah warna biru, menandakan saudara Jaka Indi adalah keturunan bangsawan, sedang darah berwarna merah lambang dari turunan manusia umumnya, dan yang berwarna hijau menandakan saudara juga memiliki darah mahluk astral dari golongan darah kami, yaitu darah para peri."
"Perkenalkan namaku adalah Dewi Sekar Arum, sebelah kananku menunjuk gadis bermata merah namanya Dewi Kemala, dan sebelah kiriku Dewi Ambarwati, sedangkan putri yang Raden Jaka temui di pemandian bernama Dewi Kirana." Gadis itu berhenti sejenak, lalu lanjutnya,
"Sesungguhnya dunia kami adalah dunia para peri, tidak berbeda jauh dengan dunia manusia umumnya, negeri kami disebut negeri Suralaya dengan letak geografis yang serupa dengan negeri asal tuan, bahasa yang kami gunakan juga sama dengan bahasa yang tuan gunakan, yaitu bahasa nusantara, disamping bahasa nusantara yang merupakan bahasa resmi, dalam keseharian kami juga menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa jawi." Jelas Dewi Sekar Arum lebih lanjut
"Sekarang bisakah jelaskan lebih jauh tentang nama-nama leluhur mas Raden Jaka, dan dunia tempat mas Raden tinggal!?"
"Hmmm.... ternyata....sikap mereka sekarang terlihat lebih bersahabat, bahkan yang sebelumnya memanggil dengan sebutan saudara, sekarang telah merubah panggilan dengan sebutan mas atau tuan, dan nada bertanyanya juga mulai melembut." Gumam Jaka Indi dalam hati.
"Leluhurku yang kuingat diantaranya Bondan Kejawen, yang kemudian menurunkan Ki ageng Sela, yang menurunkan Ki Ageng Pamanahan lalu menurunkan raja-raja Mataram.
Jaka Pekik, Jaka Kendil, Jaka Sembung, dan umumnya para satria yang menggunakan nama Jaka, rata-rata masih memiliki hubungan kekerabatan denganku. "Sedang mengenai duniaku....bla....bla...bla... dan seterusnya ...." Terang jaka Indi menjelaskan panjang lebar dunia tempat tinggalnya
Selama Jaka Indi bicara, terlihat Dewi Ambarwati, gadis sisi sebelah kiri Dewi sekar Arum, membuka kitab besar, yang sepertinya berisi catatan sejarah kerajaan dan silsilah orang-orang penting. Tak lama kemudian Dewi Ambarwati membisikan sesuatu kepada Dewi Sekar Arum, lalu menyodorkan kitab catatan yang telah terbuka tersebut kepada Jaka Indi.
"Apakah ini nama silsilah keluargamu?" Tanyanya dengan menatap tajam.
Jaka Indi lantas melihat pada kitab yang terbentang itu, di sana tertera.... Silsilah Keturunan Dewi Nawang Wulan.
- Dewi Nawang Wulan + Jaka Tarub,, Nawangsih + Bondan Kejawen (Putra Prabu Brawijaya V), Kyai Ageng Getas Pendawa, Kyai Ageng Sela, Kyai Ageng Enis, Kyai Ageng Pemanahan, Panembahan Senopati Mataram, Sunan Hanyakrawati,, Sultan Agung Hanyakrakusuma, Sunan Amangkurat I / Sunan Amangkurat Tegal Arum, Paku Buwono I, Amangkurat IV / Amangkurat Jawi, Paku Buwono II, Paku Buwono III, Paku Buwono IV, Paku Buwono V, Kanjeng pangeran Sontokoesoemo, RM Pandji Koesoemo, R Ayu Asrinah + R.Ngabei Mohammad Khosim, RM. Alam dzat, Raden Jaka Indi
"Wow..... !Komplit sekali catatan silsilah ini, benar sekali Mbak Sekar Arum, nama-nama yang berada di atas namaku, itu semua adalah leluhurku," Kata Jaka Indi pasti,
"Hanya saja nama leluhurku yang sebenarnya adalah bukan Jaka Tarub, melainkan Jaka Taqorrub, yaitu hamba yang mendekatkan diri pada Allah, alias Pangeran Sendang Sedayu alias JAKA SUPA ANOM, tetapi dikarenakan masyarakat sekitar pada masa itu sulit menyebut kata Taqorrub, maka mereka menyebutnya dengan Jaka Tarub."
Lalu Jaka Indi melihat ketiga putri didepannya tampak sedang berembuk sambil berbisik menggunakan bahasa sansekerta yang tidak Jaka Indi mengerti. Kemudian Dewi Sekar Arum berkata pada Jaka Indi, "Baiklah, saudaraku Raden Jaka Indi, kami memang memiliki catatan silsilah keluarga kerajaan, sekalipun keturunan keluarga kami berpencar ke manca negara dan keberbagai dimensi alam raya, kami tetap berusaha mencatatnya. Terima kasih karena telah menjelaskan semuanya dengan sebenarnya dan memang berdasar tes darah dan catatan silsilah ini, membuktikan kalau mas Raden tidak berdusta."
"Sehubungan Dewi Nawang Wulan, beliau adalah salah satu putri kraton yang berasal dari negeri kami dan juga leluhur kerajaan kami, maka mas Raden Jaka Indi akan kami perlakukan sebagai tamu kehormatan di kerajaan kami."
"Nanti kami akan mengundang makan malam mas Raden Jaka Indi untuk sekalian bertemu dengan Bunda Ratu. bila ada yang ingin ditanyakan, dapat ditanyakan kemudian, saat makan malam. "Berikutnya Mas Raden akan dihantar oleh Dewi Kemala ketempat istirahat diruang Paviliun Kaputran, khusus penginapan para tamu pria.
"Tolong kenakan tanda pengenal ini di dada Mas Raden Jaka Indi untuk menandakan bahwa mas Raden Jaka Indi adalah tamu kehormatan kami."
Jaka Indi menganguk, sambil memperhatikan tanda pengenal yang diberikan tersebut, yang berbentuk pin dengan gambar bunga wijaya kusuma, kemudian oleh Jaka indi disematkan pin itu di dada pakaian sebelah kiri, sambil dirinya merenung, "Ehmmm..... jadi di negeri inilah tempat nenek buyutku Dewi Nawang Wulan berasal. "Apakah beliau masih hidup !? "Adakah pula keturunan atau keluarganya?" Semua ini menjadi pertanyaan Jaka Indi dalam hatinya.
Sesaat Kemudian dihantarlah Jaka Indi oleh Dewi Kemala, gadis cantik berparas pucat dan bermata merah menuju suatu paviliun yang tidak terpisah terlalu jauh dari istana, untuk beristirahat.
[BERSAMBUNG]