Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SI DANYANG LEMBAH JENGGES (Part 2) - Trah Timur Artonegoro

"Jika orang-orang dari Nyai Esa memiliki kelebihan dalam melakukan ngipri, maka, orang-orang dari artonegoro memiliki senjata mematikan yang bernama Jengges!"


Sesion I Pesugihan Keluarga Ningrat "Kethe Ngipri" bisa baca disini.

Bagian III - Jadi Diri Penerus

Jengges adalah istilah lain untuk orang-orang yang mendalami sebuah keilmuan yang sangat dilarang. Ilmu hitam yang menjadi sebuah patokan oleh orang-orang yang ingin menguasai ini pemerintahan biasa menggunakan ilmu ini untuk melumpuhkan lawannya.

Nama lain dari Jengges adalah teluh atau santet. Biasanya, orang yang memiliki ilmu jengges atau santet ini dapat melakukan apa saja termasuk mengendalikan sosok danyang.

Danyang yang dimaksud adalah leluhur atau sosok yang menjadi sebuah senjata untuk bisa menyerang korbannya atau bahkan mematikannya dalam sekejap.

Mas Krishna menyebutkan, jika orang-orang barat dan utara menggunakan ngipri atau pesugihan untuk bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, maka, orang-orang timur dan selatan menggunakan Jengges atau santet untuk bisa mendapatkan ambisinya.

Ketentuan yang berlaku ini hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu. Tentunya, mereka yang mendalami keilmuan ini merupakan orang-orang yang memiliki garis keturunan yang sangat ditakuti.

Seperti Keluarga Brotoseno contohnya. Keluarga ini merupakan keluarga yang mendalami keilmuan hitam jenis ngipri. Oleh sebab itu, garis keturunan dari Ibu memiliki garis keturunan yang mendalami keilmuan ngipri.

Sedangkan dari garis keturunan Bapak, mas Krishna menyebutkan tidak semuanya melakukan keilmuan jenis jengges. Pasalnya, ada beberapa keturunan lainnya yang tidak mendalami keilmuan ini seperti contohnya Raden Kuncoro dan juga isterinya yaitu Nyi Ratih.

Aku masih menyimak segala pembicaraan yang disampaikan oleh Mas Krishna. Entah mengapa, kedatangan Mas Krishna dan juga Raden Suropto seperti membuka tabir baru untukku dan juga Mas Rahardian untuk mengetahui secara detail dari garis keturunan kami berdua.

Tak disangka, aku dan Mas Rahardian terlahir dari keluarga yang luar biasa. Keluarga yang memegang penuh kendali dari trah masing-masing.

Ibu yang memegang trah dari keluarga ningrat dan sedangkan Bapak masih dirahasiakan. Mas Krishna sendiri belum mengetahui secara detail terkait keturunan yang memiliki marga ‘’Artonegoro’’

Dia juga menyebutkan, orang-orang Artonegoro sangat sulit ditemukan. Tetapi, sekalinya ditemukan dan mereka berasal dari orang-orang timur yang memiliki ilmu jengges, maka, kerusakan akan terjadi dengan sekali langkah yang mereka jejakkan ke satu desa.

‘’Jengges ini sulit untuk diakali. Serangannya tidak bisa diketahui kapan dan bagaimana bentukannya. Jengges juga menguasai 4 elemen penuh. Baik itu air, api, udara dan juga tanah. Kemampuannya berbeda-beda.’’ Ucap Mas Krishna dengan jelas.

Aku semakin tahu tentang dunia yang tertutupi ini. Pastinya, ada hal lain mengapa mereka melakukan hal itu. Entah karena menjadi keluarga pembelot (pemberontak) di zamannya atau memang kalah menguasai lini pemerintahan.

Raden Suropto yang sedari tadi terdiam akhirnya angkat bicara. Dia juga ingin memberikan jawaban terkait ‘’Jengges’’ yang dimaksud oleh Mas Krishna.

‘’Trah timur sejak dulu sering menjadi pembicaraan. Mereka merupakan pusat berkumpulnya kejahatan namun tidak semuanya. Jika kalian tahu, angkoro pernah berkunjung ke sana.’’

Deg! Bapak dan Ibu langsung terperanjat saat mendengar hal itu. Mereka berdua tidak menyangka jika Raden Angkoro pernah berkunjung ke timur.
‘’Apa tujuannya dia ke timur?’’ Tanya Bapak.

‘’Entahlah. Kami dari keluarga brotoseno tidak tahu menahu akan tujuannya. Namun, ini juga menjadi satu kewaspadaan bagimu, arto. Setelah kekalahan Angkoro, kemungkinan besar akan ada hal lain. Karena itulah, kedua anakmu harus menguasai dasar dari jati diri trahnya.’’

‘’Dasar jati diri trah?’’ Tanyaku.
‘’Bapakmu tidak pernah menceritakan hal ini? Padahal, ini adalah pelajaran yang sangat penting untuk membentengi diri bagi mereka yang ditakdirikan memiliki pendamping khusus.’’ Jelas Raden Suropto.

Aku dan Mas Rahardian secara bersamaan menatap wajah Bapak. Kami berdua penasaran, apa yang dimaksud akan perkataan dari Raden Suropto ini?

Segala ucapan dan kalimatnya sangat bertuah dan penuh dengan pesan tersirat. Mungkin, ada sesuatu yang belum Bapak sampaikan kepada kami berdua terkait hal ini.

‘’Arto, ajari anak-anakmu untuk menguasai dasar jati diri trah. Itu sangat penting. Penerus dari trah yang memiliki pendamping khusus wajib mempelajarinya.’’ Jelas Raden Suropto.

‘’Tapi, umur mereka masih belasan tahun, kang mas. Bukankah mempelajarinya sangat amat beresiko?’’ Tanya Bapak.

‘’Justru di umur belasan tahunlah mereka akan mengetahui siapa dirinya tersebut. Jangan sampai mereka tidak melakukannya tepat di umur 20 tahun. Jika hal itu terjadi, pendampingnya akan merenggut tubuhnya dan menjadikannya sebagai wadah yang terikat sampai mati!’’

Obrolan semakin berbobot. Aku dan Mas Rahardian semakin banyak ilmu yang didapatkan dari segala perkataan yang diungkapkan dari mereka semua. Mungkin, pertemuan ini sangat langka.

Manuskrip yang tersimpan rapih di tangan Mas Krishna adalah kuncinya. Mungkin saja, di dalam manuskrip tersebut tersimpan banyak rahasia dan hal-hal yang selama ini tidak diketahui oleh keluarga.

‘’Siap, kang mas. Aku akan melakukannya dekat-dekat ini. Aku harap, mereka semua bisa melakukan kesepakatan dengan para pendampingnya.’’ Jelas Bapak.

Setiap manusia memiliki pendampingnya masing-masing. Terlebih lagi, bagi mereka yang memiliki sebuah trah yang berasal dari ningrat atau sejenisnya. Pendamping mereka bukanlah pendamping biasa. Biasanya, pendamping mereka berasal dari leluhur-leluhur terdahulu.

Aku juga diberitahu terkait jenis pendampingku. Kata Bapak dan Ibu, pendampingku adalah seorang wanita yang mengenakan kebaya. Itu berasal dari Trah utara yang dimiliki Ibu.

Pendamping ini berhasil menjatuhkan dua orang sekaligus yaitu Raden Jogopati dan juga Raden Angkoro dari dua bentukannya yang sangat ditakuti yaitu Siluman Kethek putih dan Siluman Kethek ireng.

Dan yang uniknya, pendamping ini hanya ingin berada di sampingku. Namun, jika di hal-hal tertentu, pendamping ini akan muncul ketika ada ancaman besar yang mengganggu dan memiliki niat untuk menghancurkan keluargaku.

Sedangkan Mas Rahardian, dia belum diketahui jenis pendampingnya. Entah karena memang dia termasuk orang yang istimewa atau tidak, akan tetapi, mas rahardian termasuk orang yang sangat beruntung karena dirumorkan akan menjadi penerus dari trah Bapak atau trah dari timur.

‘’Masing-masing dari kalian memiliki pendamping. Aku baru bertemu dengan pendamping yang berada di sisimu.’’ Ucap Raden Suropto sambil menunjukku sebagai orang yang dimaksud.
‘’Aku? Wanita berkebaya itu?’’ Tanyaku.

‘’Benar. Dia bukan pendamping yang biasa. Dia merupakan pendamping yang konon berasal dari sebuah turunan kerajaan terdahulu.’’ Jelas Raden Suropto.

Aku baru paham sekarang. Ternyata, wanita berkebaya yang dimaksud ini adalah seorang leluhur di masa lalu yang masih memiliki sebuah turunan dari salah satu kerajaan.

Kemungkinan besar, beliau bukanlah orang biasa. Sudah beberapa kali kedatangannya sangat membantu untuk menyelesaikan segala permasalahan yang sering hadir di lini keluargaku.
‘’Kalo Mas Rahardian? Siapa pendampingnya?” Tanyaku sembari menatap ke arah Mas Rahardian.

‘’Dia berasal dari Trah timur.’’ Jelas Mas Krishna.
Bapak sempat terkejut saat mendengar anak laki-lakinya ini memiliki pendamping yang selama ini tidak diketahui olehnya sendiri.
‘’Bagaimana cara mengetahuinya?’’ Tanya Bapak kepada Mas Krishna.

‘’Umumnya, orang-orang yang memiliki pendamping dari timur tidak bisa diketahui keberadaan pendampingya. Namun, aku sendiri bisa melihat dari sorot matanya yang sangat tajam. Dia mampu melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang.’’ Jelas Mas Krishna kepada Bapak.

‘’Mata ketiga?” Tanya Bapak.
‘’Bukan hanya itu. Anak laki-lakimu ini memiliki mata yang mampu melihat kematian orang-orang. Namun, untuk bisa mendapatkannya, dia harus sabar. Karena itulah, perlunya mengasah jati diri trah kalian masing-masing.’’ Jelas Mas Krishna.

***

Bagian IV - Fakta yang Tersembunyi

Setelah menjelaskan terkait hal-hal yang tidak diketahui oleh keluargaku, mas Krishna dan juga Raden Suropto pun pamit untuk kembali ke tempatnya masing-masing.

Mereka berdua berjanji akan kembali untuk mengunjungi Bapak dan juga Ibu jika semuanya telah selesai.

Mas Krishna memang memiliki misi tertentu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait Trah timur yang dimaksud. Hal ini dilakukan mengingat kematian yang sudah menimpa Raden Angkoro dan hubungan khusus antara Raden Angkoro dengan orang-orang yang berasal dari Trah timur.

Begitu juga dengan Raden Suropto, beliau juga ingin membantu Mas Krishna untuk mengumpulkan hal-hal lain yang bisa membantu Mas Krishna.

Tujuan mereka yang sekarang diprioritaskan adalah bagaimana caranya agar bisa menghalau serangan-serangan yang tidak mereka ketahui seperti Jengges.

Jika kematian Raden Angkoro menjadi sebuah petaka baru bagi Bapak dan juga Ibu, kemungkinan besar, hal ini akan berdampak kepadaku dan juga Mas Rahardian. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan ada tujuan lain yang belum diketahui penyebabnya.

Malam itu, udara di desa sedikit berbeda. Sedikit dingin dengan terpaan angin yang kurang enak untuk dirasakan. Tubuhku sedikit menggigil sewaktu angin malam itu memasuki rumah.

Untungnya, hari ini Kyai Sukri meliburkan pengajiannya. Setelah kejadian kemarin hari, kyai sukri meminta kepadaku untuk beristirahat sejenak. Katanya, dia juga sedang mendapatkan urusan penting dan mendesak terkait hal yang akan terjadi di desa pada beberapa hari ini.

Aku berada di luaran rumah sembari menatap bulan yang indah. Bulan di tanggalan suro ini benar-benar sangat memukau cahayanya. Langit seperti dihiasi dengan terang bederangnya warna bulan yang terpancarkan meluas hingga ke beberapa sudut langit.

Hanya saja, aku masih memikirkan terkait perkataan Mas Krishna dan juga Raden Suropto. Keduanya tentulah bukan orang biasa yang aku kenal. Mereka berdua memiliki garis keturunan yang sama sepertiku.

Apa yang mereka berdua sampaikan benar-benar membuatku kepikiran. Ingin rasanya aku mengetahui lebih dalam terkait apa yang dimaksud dengan keterkaitan antara Raden Angkoro dan juga Trah timur.

Mungkinkah sosok yang selama ini Ibu dan Bapak ceritakan akan muncul lagi? Akankah ada orang-orang yang mirip seperti Raden Angkoro?

Mendengar ceritanya saja membuatku merinding ketakutan. Mengapa orang-orang seperti mereka dibiarkan hidup? Bukankah mereka sangat berbahaya? Atau jangan-jangan…
KEHADIRAN MEREKA JUSTRU BENAR-BENAR DIBUTUHKAN OLEH ORANG-ORANG TERTENTU?

‘’BRUAK!’’
Aku terkejut saat suara dentuman besar terdengar dari salah satu rumah. Aku sendiri tidak tahu, suara apa yang barusan aku dengar. Seperti suara benda besar yang dihujamkan di atas rumah dan membuat dentuman yang sangat besar.

Tapi, perasaanku tidak enak. Aku merasa, hawanya langsung berubah tatkala suara itu baru saja meletus. Entah, leherku terasa dingin. Mungkin, ini ada kaitannya dengan cuaca dingin yang sedang menimpa desa ini.

Akan tetapi, mengapa dinginnya seperti hal yang aneh dan tidak lumrah. Dinginnya sangat membuat tubuhku sedikit mati rasa untuk menggerakkan tubuh.

Tidak berselang lama, terdengar suara jeritan salah seorang warga yang membuat orang-orang berlarian ke rumah tersebut!
‘’TOLONGGGGGGG!!!’’

Aku melihat banyak warga yang berlarian ke salah seorang rumah warga. Ibu dan yang lainnya juga mendengar suara teriakan tersebut.
‘’Ada apa, dek?’’ Tanya Ibu.

‘’Gak tahu, bu. Tadi ada suara dentuman besar gitu. Terus, tiba-tiba, hawanya menjadi dingin banget. Gak lama kemudian, muncul suara teriakan minta tolong.’’ Jelasku kepada Ibu.
‘’Pak…‘’ Ucap Ibu.
‘’Aku ke Kyai Sukri dulu.’’

Bapak segera mengganti pakaiannya dan bergegas menuju ke Kyai Sukri. Aku pun meminta ijin kepada Ibu untuk ikut bersama Bapak.
‘’Bu… Aku mau ke sana, ya?”

‘’Jangan! Biar Bapak dan Kyai Sukri yang menyelesaikan perkara ini.’’
Aku merasa khawatir dengan Bapak dan juga Kyai Sukri. Apalagi, pertanda seperti ini sudah diberitahu oleh Kyai Sukri sejak kehadiran sosok hitam yang mendatangi rumah Kyai Sukri.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Mas Krishna terkait orang-orang yang dimaksud.

‘’JIKA ORANG-ORANG YANG BERASAL DARI TIMUR MELANGKAHKAN JEJAKNYA KE DESA INI, ITU BERARTI, DENDAM DARI RADEN ANGKORO MULAI DIGAUNGKAN! LANGKAH MEREKA AKAN MEMBUAT KERUSAKAN DENGAN KEILMUAN JENGGES YANG DIMILIKINYA.’’

Selama Bapak masih berada di rumah Kyai Sukri, aku dan Mas Rahardian menjaga Ibu di rumah. Kami berdua melihat raut wajah Ibu yang penuh kekhawatiran.

‘’Bu…‘’ Ucapku.
‘’Padahal sudah 15 tahun sejak kejadian itu terjadi. Tapi rasanya, tidak ada satu pun tanah yang bisa kita huni untuk menciptakan kedamaian.’’ Ucap ibu.

Aku tahu maksud Ibu. Dia seperti merasa resah jika hidupnya tidak aman. Entah takdir apa yang sedang dijalankan oleh keluargaku saat ini. Akan tetapi, 15 tahun lamanya sejak Ngipri Kethek itu selesai, ibu masih tidak percaya jika hatinya merasakan kejanggalan yang luar biasa.

Bapak pernah bilang, dari semua anggota keluarga ningrat, ibu adalah satu-satunya yang memiliki perasa yang tidak pernah meleset.

Walaupun di berbagai anggota keluarganya memiliki sebuah kemampuannya masing-masing, namun, untuk hal yang tidak lumrah yang dimiliki Ibu sangat membuatnya tertekan.

Apalagi jika hal itu berkaitan dengan kejadian buruk yang akan terjadi. Hati Ibu terasa sangat tidak tenang. Ia kerap merasakan resah. Pikirannya seperti dibuat kacau jika ada satu pertanda buruk yang akan terjadi.

Tidak berselang lama, bapak pun kembali sembari membawa sesuatu yang dibungkus menggunakan plastik hitam.
‘’Bagaimana, pak? Apa yang terjadi?’’ Tanya Ibu.

‘’Ada satu warga yang terkena serangan, bu. Dia kesurupan. Ada yang ganggu keluarganya. Yang parah, si Anak makan ayam mentah hidup-hidup. Setelah itu, dia memanjat pohon dan merusak rumahnya sendiri dengan cara melompat-lompat di atas genteng.

Besok, aku akan ke rumah anak itu jika keadaannya tidak membaik. Kyai Sukri juga memberikan bungkusan yang berisi garam yang sudah dibacakan sesuatu olehnya.’’

‘’Terus, kata kyai sukri gimana, pak?’’ Tanyaku.
‘’Bener kata Mas Krishna….‘’
Semua terdiam. Aku merasa tidak percaya jika apa yang dikatakan oleh Mas Krishna benar-benar akan terjadi.
‘’Sosok yang merasuki tubuh bocah itu adalah kiriman yang berasal dari Timur.’’

Ibu pun menghela nafas panjangnya. Kali ini, perkiraannya benar-benar tidak meleset. Dia tidak tahu siapa yang akan datang nanti.

Namun, tekanan energi yang berdampak kepada kacaunya pikiran Ibu seperti menandakan bahwa orang-orang yang akan mendatangi desanya adalah bukan orang-orang biasa. Mereka bisa saja memiliki niat tertentu untuk membalaskan dendam atas kematian dari Raden Angkoro.

Bapak segera memeluk tubuh Ibu. Aku dan Mas Rahardian saling berpegangan tanagan. Walau bagaimana pun juga, kami tidak akan mau kalah lagi.

Siapapun mereka yang datang ke desa ini untuk menuntut kematian Raden Angkoro, maka, sejatinya harus bersiap untuk menghadapi segala resiko agar terus bertahan.

Keesokan harinya, bapak kembali ke rumah tersebut. Aku dan juga Mas Rahardian kebetulan berangkat sekolah. Sisanya, di rumah hanya Ibu yang menjaga rumah seorang diri.

Selama aku berada di sekolah, aku masih kepikiran dengan orang-orang yang berasal dari Trah timur. Entah mengapa, aku tidak bermaksud untuk mencari tahu lebih dalam. Akan tetapi, ketakutan yang tergambarkan dari wajah Ibu benar-benar membuatku khawatir.

Saat aku sedang melamun, tiba-tiba, teman sebangkuku menepuk pundakku. Dia adalah Alya.
‘’Syah! Kamu kenapa?’’
‘’Eh, gapapa, lya. Aku cuman lagi banyak pikiran aja. Gatau kenapa, kaya ada beban aja.’’

‘’Ng-ngga, kok. Keluargaku baik-baik aja.’’
‘’Terus kenapa? Oh, ya. Kamu tahu, gak? Katanya, di desa kita ada salah satu anak kecil yang makan ayam hidup-hidup. Dia ngamuk-ngamuk juga sampe-sampe manjat pohon terus naik ke atas rumah!’’

‘’Aku tahu, kok. Cuman, aku gak tahu siapa anak kecil itu. Kok bisa ya?’’
‘’Aneh, ya? Desa kita kok kaya kena serangan gitu. Biasanya, desa kita aman-aman aja.’’
Alya merupakan temanku. Dia berada di desa yang sama sepertiku. Tidak heran, jika rumor ini menyebar dengan cepat.

‘’Aku ke kamar mandi dulu, lya.’’
‘’Oh yaudah.’’
Aku pun bangkit dari tempat duduk dan meminta izin untuk menuju ke kamar mandi kepada Ibu guru.
Untungnya, aku diperbolehkan untuk rehat sebentar dengan menuju ke kamar mandi guna menenangkan pikiranku.

Sesampainya di kamar mandi, aku segera mencari ruang kamar mandi yang menurutku aman. Di situ terdapat dua kamar mandi. Salah satunya adalah kamar mandi yang kedap cahaya.

Saat aku melewati kamar mandi tersebut, tiba-tiba, aku mendengar suara dari dalam,
‘’Nduk, awakmu saking lor, nggeh?’’ (Nak, kamu dari utara, ya?)

Aku terhenti tepat di bibir pintu. Mataku menatap ke arah kamar mandi yang gelap. Lalu, bersamaan dengan itu, aku melihat sosok bayangan hitam dengan kuku yang sangat panjang di setiap jari-jemarinya.
‘’Ka...kamu siapa?’’

Sosok yang berada di kamar mandi itu hanya tertawa kecil. Suaranya mirip seperti nenek-nenek berusia 60 tahunan hingga membuat bulu kudukku merinding di buatnya.

‘’Getihmu kuwi bakal dadi rebutan para danyang.’’ (Darahmu itu bakal menjadi rebutan para danyang)

Saat sosok hitam itu menyebutkan nama danyang, aku teringat akan perkataan dari Mas Krishna. Danyang adalah sosok leluhur yang biasanya digunakan untuk para orang-orang dari Trah timur untuk memberlakukan Jengges terhadap korbannya.

Aku melangkah mundur. Baru kali ini aku merasakan hal yang janggal di sekolahku sendiri. Tidak pernah sebelumnya aku temui hal-hal yang aneh sesaat sebelumnya melewati kamar mandi ini.

Pada saat aku memundurkan langkahku, tiba-tiba, keluar sosok wanita dengan tubuh yang kurus dan berambut acak-acakan dari bibir pintu sembari mengagetkanku,

‘’KOWE BAKAL DADI REBUTAN, NDUK!” (KAMU BAKAL JADI REBUTAN, NAK!)
Aku berteriak ketakutan. Teriakanku ini membuat panik orang-orang yang ada di luaran kamar mandi. Tentunya bagi para siswa-sisiwi yang berada di kelas.

Mereka mendengar teriakan kencangku hingga para guru segera menuju ke kamar mandi.
Aku menutupi wajahku dengan kedua tangan sebelum akhirnya para guru mendatangiku.
‘’Kamu kenapa, syah?’’

Aku hanya terdiam. Wajahku tiba-tiba pucat. Aku belum pernah merasakan ketakutan sedalam ini.
Akhirnya, aku pun di bawa ke UKS. Di sana, aku diberi minuman yang sudah dibacakan do’a.

‘’Minum ini, syah. Kamu kayaknya banyak ngelamun sampa-sampai ada yang mau ganggu kamu.’’ Ucap salah seorang guru agama.
‘’Ganggu aku, pak?’’
‘’Kamu kayaknya bukan orang-orang biasa pada umumnya. Entah kenapa, orang-orang kayak kamu itu gampang banget ketempelan.’’

Tidak berselang lama, ibuku datang. Mungkin salah seorang guru melaporkan kejadian ini kepada Ibu hingga membuatnya mendatangi langsung ke sekolah.
‘’Ibu…‘’
‘’Ibu tahu, nak.’’
‘’Aku takut…‘’

Ibu segera memelukku dengan erat. Aku baru pertama kali melihat sosok aneh yang ada di sekolah. Sosok itu seperti memberikan ancaman khusus kepadaku.
‘’Jangan dengerin omongannya. Mas Rahardian juga sama. Dia dapat pesan yang sama. Bapak lagi ngurus Mas Rahardian di sekolah.’’

Ternyata, bukan hanya aku saja yang merasakan kejanggalan yang sama. Akan tetapi, mas rahardian juga mendapatkan terror yang sama sepertiku.

Atas permintaan dari Ibu, aku pun diperbolehkan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat.
Saat tiba di rumah, aku melihat Bapak dan juga Mas Rahardian yang sudah berada di depan rumah. Tampaknya, mereka berdua menunggu kami.
‘’Bu… Aisyah baik-baik aja?’’ Tanya Bapak.

Ibu pun meminta kepadaku untuk menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Aku hanya bisa menatap Mas Rahardian yang sedari tadi menunduk lesu.

‘’Aku tadi ke kamar mandi, pak. Terus, aku ngeliat ada suara nenek-nenek ngomong pake bahasa jawa. Gak lama kemudian, dia keluar dari bibir pintu seperti ingin mendekap tubuhku. Katanya, aku berasal dari utara dan disukai oleh para danyang.’’

Bapak hanya mengangguk paham. Dia memahami maksud dari sosok yang muncul dari kamar mandi tersebut. Itu artinya, aku sudah mendapatkan penanda dari mereka yang berusaha menduduk desa ini.

‘’Mas Rahardian juga sama. Tapi bedanya, yang mendatangi Mas Rahardian bukanlah satu sosok. Melainkan…‘’
Bapak memotong pembicaraannya sebelum dirinya menghela nafas panjang. Tampaknya, masalah yang di hadapi oleh Mas Rahardian sangatlah serius.
‘’5 sosok sekaligus.’’

Aku terkejut mendengar hal itu. Mengapa Mas Rahardian didatangi 5 sosok langsung. Apakah karena Mas Rahardian memiliki pendamping yang Mas Krishna ungkapkan berasal dari Trah timur?

‘’Kok bisa, pak?” Tanya Ibu.
‘’Mereka meminta Mas Rahardian untuk bergabung dengan tuannya! Tuan para danyang yang dikirimkan oleh Mas Rahardian!’’

Apakah Para Danyang akan menjatuhkan Jenggesnya ke desa yang dihuni oleh Raden Artonegoro? Lalu, siapakah yang menjadi incaran orang-orang trah timur?

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close