Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

RAHASIA POHON BERINGIN ALAS PURWO

Di Balik Daun Rindang


Di tengah kegelapan yang mencekam, Alas Purwo, hutan lebat di Banyuwangi, menyimpan segudang misteri yang tak terungkap. Di sana, terdapat pohon beringin raksasa yang berdiri tegak sejak zaman purbakala.

Pohon itu menjadi pusat perhatian banyak peneliti, namun, tak seorang pun yang tahu rahasia yang tersembunyi di balik dedaunan rindangnya.

Cerita ini mengisahkan seorang mahasiswa bernama Arya, seorang pemuda pemberani yang tengah mengejar gelar sarjana biologi.

Dia telah mendengar berbagai kisah misteri tentang Alas Purwo, tetapi rasa penasaran dan hasratnya untuk mengungkap rahasia pohon beringin itu tak terbendung lagi.

Sejak tiba di Banyuwangi, Arya telah menghabiskan berhari-hari berjalan-jalan melalui hutan yang berlapis kabut tebal, mencari jejak-jejak yang mungkin membawanya ke pohon beringin raksasa itu.

Hari itu, ketika matahari mencapai puncaknya, Arya melanjutkan pencariannya. Dia telah melintasi sungai, menjelajahi gua, dan meneliti tumbuhan langka. Namun, tidak ada yang sebanding dengan tekadnya untuk menemukan pohon beringin yang konon berusia lebih dari seribu tahun itu.

Saat matahari mulai terbenam, Arya tiba di suatu tempat yang begitu terpencil, hutan semakin gelap, dan suara-suara misterius berkumandang di sekitarnya. Dia merasa berada di tempat yang tepat.

Pohon-pohon beringin yang telah berdiri sejak zaman purbakala menjulang di sana, dan satu di antaranya terlihat jauh lebih besar dan tua daripada yang lain.

Langkah Arya semakin hati-hati ketika dia mendekati pohon tersebut. Dalam cahaya samar matahari yang hampir tenggelam, dia melihat dahan-dahan besar yang menjulur turun hingga ke tanah, mengelilingi pangkal pohon. Dedakannya yang lebat membuat suasana semakin menyeramkan.

Arya menghampiri pohon tersebut dengan perasaan kagum yang mendalam.

Namun, ketika tangannya menyentuh batang pohon yang berusia ribuan tahun itu, sesuatu yang mengerikan terjadi. Pohon itu seolah hidup, dan Arya bisa merasakan getaran aneh yang datang dari dalamnya.

Sebelum dia bisa bereaksi, sebuah cahaya hijau terang menyelubungi pohon tersebut, memantulkan bayangan menyeramkan di sekitarnya.

Arya mencoba untuk mundur, tapi kaki dan tangannya terasa terpaku pada tanah. Dia merasa kehilangan kendali atas tubuhnya, dan kecemasan mulai merayap dalam benaknya. Cahaya hijau semakin terang, dan dari dalam pohon itu muncullah sosok yang tak terlukiskan dalam kata-kata.

Sosok itu, berwujud manusia dengan bulu lebat dan berotot, muncul dari dalam pohon beringin. Matanya memancarkan kemarahan yang mendalam, dan rambutnya yang panjang menggeliat seperti api. Ini adalah genderuwo, hantu berwujud manusia yang dihuni oleh roh jahat.

"Siapa yang berani mengganggu kediamanku?" desis genderuwo dengan suara yang menusuk jiwa.

Arya, yang kini tidak bisa bergerak, merasa kehilangan kata-kata. Matanya terbelalak saat dia memandang sosok menyeramkan itu. Tubuhnya terasa kaku dan napasnya tercekat oleh ketakutan yang melanda.

Genderuwo itu, semakin marah, dengan tangan berototnya yang seperti cakar, menyerang Arya dengan kecepatan yang menakutkan. Arya mencoba berteriak minta tolong, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya yang kering.

Dia merasakan rasa sakit yang tak terbayangkan saat cakaran tajam genderuwo merobek dada, leher, dan perutnya.

Ketika genderuwo itu selesai dengan perbuatannya, Arya terjatuh ke tanah dengan luka menganga yang mengerikan. Darah mengalir deras, dan mata Arya yang semakin redup akhirnya terpejam untuk selamanya.

Di balik daun-daun rindang pohon beringin Alas Purwo, terdengarlah tawa misterius genderuwo yang memenuhi malam yang sunyi. Kini, rahasia pohon itu telah memakan korban lagi.

Keesokan harinya, suasana di Alas Purwo terasa begitu sunyi dan hening seperti biasa. Burung-burung berkicau di pepohonan, seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi.

Namun, misteri yang tersembunyi di balik dedaunan rindang pohon beringin itu tetap mengintai, siap memangsa siapa pun yang berani mendekat.

Saat berita mengenai hilangnya Arya mencuat, kegemparan melanda Banyuwangi. Orang-orang mulai menduga-duga apa yang telah terjadi, tapi tak ada yang tahu persisnya.

Beberapa orang mencurigai bahwa Alas Purwo memang memiliki aura yang misterius dan berbahaya, sedangkan yang lain meyakini bahwa ada makhluk halus yang menghuni hutan tersebut.

Kabar tentang kematian Arya akhirnya mencapai telinga Pak Agus, seorang penduduk setempat yang tinggal dekat dengan Alas Purwo.

Pak Agus adalah seorang pendeta yang dikenal karena memiliki pengetahuan luas tentang kepercayaan dan mitos-mitos tradisional yang berkembang di daerah itu.

Dia tahu bahwa ada banyak cerita tentang genderuwo dan makhluk halus lainnya yang dianggap sebagai penjaga atau roh pelindung di dalam hutan tersebut.

Pak Agus merasa bertanggung jawab untuk mengungkap misteri yang terkait dengan pohon beringin itu. Dia merasa bahwa hanya dengan melakukan ritual khusus, dia dapat mengungkap keberadaan genderuwo dan mencoba menenangkan roh jahat tersebut.

Tanpa ragu, dia memutuskan untuk memulai perjalanan menuju pohon beringin Alas Purwo.

Pak Agus mempersiapkan diri untuk perjalanan yang berat. Dia merasa perlu membawa beberapa barang yang diyakininya akan membantu dalam melakukan ritual kuno untuk mengusir genderuwo.

Beberapa sahabatnya yang juga memiliki pengetahuan tentang ilmu spiritual dan kepercayaan tradisional turut serta dalam perjalanan ini.

Saat matahari mulai tenggelam, rombongan mereka memasuki Alas Purwo dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka ke wilayah yang penuh dengan kegelapan, baik harfiah maupun figuratif.

Suasana semakin terasa mencekam ketika mereka mendekati pohon beringin yang telah menjadi saksi bisu atas kematian Arya.

Pak Agus memimpin ritual dengan doa-doa kuno yang terpatri dalam kepercayaan tradisional mereka. Dalam keheningan malam yang sunyi, bunyi-bunyi ritual dan nyanyian khusus mengisi udara.

Cahaya dari lilin-lilin yang dinyalakan oleh mereka memberikan tanda-tanda kehidupan di tengah kegelapan hutan yang menyeramkan.

Ketika ritual mencapai puncaknya, mereka melihat sesuatu yang tak terduga. Dari balik dedaunan pohon beringin, genderuwo muncul lagi. Namun, kali ini sosok itu terlihat kurang marah dan lebih tenang.

Cahaya dari lilin-lilin mengungkapkan wajahnya yang penuh teka-teki. Genderuwo itu tidak lagi menyerang, melainkan mengamati dengan seksama.

Pak Agus menghampiri genderuwo dengan langkah yang hati-hati dan mengucapkan kata-kata berbahasa kuno yang hanya dimengerti oleh mereka yang memiliki pengetahuan spiritual yang mendalam.

Genderuwo itu mulai berbicara, mengungkapkan bahwa dia adalah penjaga pohon beringin ini sejak ribuan tahun yang lalu. Dia mengaku marah karena banyak orang yang datang dan mengganggunya tanpa menghormati roh pohon itu.

Saat itu, Pak Agus dan rombongan menyadari bahwa mereka harus mencari jalan untuk menghormati pohon beringin ini dan genderuwo yang menjaganya.

Mereka berjanji untuk merawat hutan Alas Purwo dengan lebih baik dan mengadakan upacara-upacara khusus sebagai tanda penghargaan terhadap makhluk-makhluk halus yang mendiami hutan tersebut.

Setelah peristiwa itu, Alas Purwo mendapatkan perhatian lebih besar dari para peneliti, pecinta alam, dan penduduk setempat. Upacara-upacara khusus diadakan secara rutin untuk menghormati pohon beringin raksasa dan genderuwo yang menjaganya.

Hutan itu pun mulai pulih dan kembali ke dalam harmoni alamnya.

Genderuwo yang dulunya marah dan agresif menjadi lebih tenang dan bersahabat dengan manusia. Mereka membantu menjaga hutan dan memberikan perlindungan kepada yang berani mendekati pohon beringin.

Arya, meskipun telah tiada, menjadi pionir dalam memulihkan harmoni antara manusia dan makhluk halus di Alas Purwo.

Alas Purwo tidak lagi menjadi tempat yang menakutkan, tetapi tempat yang dihormati dan dijaga oleh semua yang mengunjunginya. Keindahan alam dan misteri yang ada di sana tetap terjaga, namun, kini mereka hidup berdampingan dalam kedamaian.

SEKIAN
close