Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI DAN DUNIA ASTRAL (Part 20) - Anggraini Sang Pemanah


Se-kepergian mas Indrajit, Jaka Indi melihat di meja tempat dimana duduk sosok pria jubah ungu yang tampilannya seperti pangeran corwin, telah bertambah dengan seseorang jubah merah yang tampilannya juga sama seperti pria jubah ungu, hanya saja pria jubah merah itu memiliki postur tubuh lebih tinggi dan wajah lebih muda dari pria jubah ungu,mereka tengah berbicara serius. Dengan sedikit memusatkan perhatiannya, Jaka Indi dapat mendengar percakapan mereka seputar Pangeran Corwin. Pada meja lainnya yang ditempati pria baju putih dari kalangan peri, dihadapannya telah terdapat seorang prajurit wanita berbadan tegap, saat Jaka Indi mencuri dengar pembicaraannya ternyata mereka sepasang kekasih. Tatkala Jaka Indi menatap prajurit wanita berbadan tegap itu, secara bersamaan prajurit wanita itu sedang mengalihkan pandangannya ke Jaka indi, secara terkejut wanita itu lantas berdiri dan menghampiri Jaka Indi, "Tuan Raden, apa kabar !?" Sapanya dengan ramah, sambil membungkukkan badannya memberi hormat.

"Oh.. ternyata kamu toh..!" Sapa Jaka Indi ramah.

Ternyata wanita tersebut adalah pengawal berbadan tegap yang pernah menghantar Jaka indi, yang saat melihat banyak binatang melata, sampai pipis di celana.

Jaka Indi tersenyum lebar sambil memberi isyarat agar wanita itu bangun dari sikap menundukkan badannya.

"Wah.. pacarmu ganteng! Hebat kamu memilih pasangan." Kata Jaka Indi sambil mengacungkan Jempolnya.

Pengawal wanita itu terlihat memerah wajahnya, sampai jengah tersipu, lalu meminta ijin kembali kemejanya. Sebaliknya sang Peri pria pacar si gadis, yang melirik ke Jaka Indi terlihat salah tingkah saat mengetahui kekasihnya begitu hormat pada Jaka Indi.

Selanjutnya dimeja pria tampan berkulit coklat gelap dengan tanduk domba di kepalanya, telah bertambah dengan dua orang temannya, yang juga seperti dirinya, mereka semua tidak mengenakan baju, hingga terlihat badannya dipenuhi bulu yang lebat. tampak dimeja mereka ada beberapa gelas besar tuak (sejenis minuman hasil fermentasi dari nira atau beras) dan beberapa panganan dari umbi-umbian seperti ubi, singkong, tales.

Berikutnya dimeja peri wanita cantik bermata sipit, masih terlihat duduk sendiri, hanya sikapnya terlihat gelisah, mungkin karena orang yang dinantinya belum kunjung tiba.

Kemudian Jaka indi memanggil pelayan kedai untuk memesan penganan jenis umbi-umbian sebagaimana yang dipesan pria bertanduk domba.lalu diberikannya pelayan itu dua keping uang emas, "Apa ini cukup untuk membayar?"

"Ini lebih dari cukup tuan, bahkan cukup untuk membayar makanan yang dipesan semua tamu disini."

"Kalau begitu gunakan ini untuk membayar makanan yang dipesan semua tamu, tapi jangan katakan aku yang membayari dan ini untuk kamu," kata Jaka indi menambahkan sekeping uang perak.

Pelayan menjadi sangat gembira, dalam sekejap saja pesanan Jaka indi telah diantar kemeja.

Sekonyong-konyong seorang remaja putri dengan membawa panah dan busur, menarik salah satu kursi di meja Jaka indi dan berkata,

"Paman Jaka Indi tempat ini kosongkan !?" Serunya dengan senyum manis. "Saya duduk sini saja ya." Ujarnya sambil langsung duduk serta meletakkan anak panah dan busurnya di atas meja, tanpa menunggu persetujuan Jaka Indi. Gadis remaja itu lalu menatap Jaka Indi dengan tertawa renyah.

Jaka Indi menatap lekat-lekat anak perempuan itu, anak perempuan dari jenis peri, usianya sekitar 14-15 tahun, wajahnya imut dan cantik, ada kesan kekanak-kanakan pada wajahnya, rambutnya sedikit kecoklatan lurus sepundak, tapi postur tubuhnya justru sudah mulai masak dan tingginya juga sudah hampir menyamai tinggi gadis dewasa umumnya.

"Maaf.. apa kita sebelum ini pernah saling kenal ?" Tanya Jaka Indi. Karena Jaka Indi sungguh tidak merasa ingat pernah menjumpai anak perempuan cantik ini.

"Paman Jaka Indi memang tidak kenal saya, tapi saya tahu dan kenal Paman. Saya pernah lihat paman di Pavilliun Kaputren."

"Apa adik ini salah satu wanita yang diperiksa atas penyelidikan kasus pembunuhan yang terjadi disekitar Pavilliun Kaputren pada waktu itu ?"

"Bukanlah..!!" Jawabnya tandas.
"Yang diperiksa hanya wanita dewasa, anak-anak dan remaja tidak ikut diperiksa." Pungkas gadis itu sambil tangannya mencomot salah satu penganan umbi-umbian di piring Jaka indi dan mengambil salah satu minuman sari-buah madu yang tadinya diperuntukkan Mas Indrajit tapi tak sempat diminumnya.

"Minumannya buatku ya paman!?" Ujarnya sambil mengerjapkan mata dan melempar senyum polos.

Tidaklah banyak lelaki di dunia ini yang mampu menyatakan "tidak" di depan anak perempuan yang cantik, apalagi kalau anak perempuan itu seseorang yang menyenangkan, dan gadis remaja dihadapan Jaka Indi adalah gadis yang cantik dan menyenangkan. "Ambilah apa yang kau suka, kau juga boleh memesan apa yang kau mau."

Gadis itu tanpa sungkan memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan kesukaannya, lantas berkata lirih pada pelayan, nanti yang bayar pamanku ini, sambil jarinya menunjuk ke Jaka Indi." Dengan mimik wajah menggoda.

Jaka indi hanya tersenyum ringan, sambil kembali memberikan sekeping uang perak pada pelayan."

Seketika gadis itu tampak terkesima melihat Jaka Indi tersenyum, cara Jaka indi tersenyum yang dimulai dengan bibirnya, kemudian matanya lalu memancar ke seluruh bagian wajahnya, terlihat sangat menarik bagi anak perempuan itu.

Semerbak harumnya minyak wangi. dapat menyenangkan orang-orang sekitar, begitupula senyum yang ceria, Tidak hanya membuat diri sendiri menjadi lebih baik, namun juga membuat orang lain bergembira. Spontan gadis itu mengulurkan tangannya, "Anggraini, Dewi Anggraini.." katanya, yang disambut oleh Jaka Indi dengan menggenggam tangannya.

"Apa kamu gadis yang terkenal dengan kepandaian memanah itu ?" Tanya Jaka Indi lebih lanjut.

Percakapan terhenti sejenak, saat pelayan kedai menghantar pesanan si nona.

"Yap... betul sekali!" Sambil bicara mulutnya mulai menyantap mie rebus yang masih dalam keadaan mengepul panas.

"Kamu tidak ikut pertunjukan ?"

"Kemarin sudah.. dan aku selalu jadi juara pertama dalam hal memanah," jelasnya yang dilanjutkan mengangkat mangkok mie rebus ke mulutnya dan meminum habis sisa kuah mie itu. Beberapa pemuda didalam kedai tampak memperhatikan Dewi Anggraini, ada yang menatap langsung dengan pandangan kagum, ada pula yang melihat dengan mencuri-curi pandang.

Dewi Anggraini kemudian meletakkan mangkuk mie rebus yang telah habis, dan menarik piring berisi buah-buahan yang telah ter-iris rapih, serta menyantapnya dengan cepat, lalu ia melanjutkan ucapannya. "Sejak anak-anak aku sudah mempelajari dan mencari tahu makhluk yang namanya manusia, aku sangat menyukai manusia dan terpikat olehnya, dan dari anak-anak aku sudah bercita-cita,, kelak bila aku dewasa aku akan menikahi bangsa manusia." paparnya dengan penuh keyakinan.

Jaka indi jadi terbayang saat masih sekolah, beberapa temannya ada yang bercita-cita ingin menikahi Alien, Staarseed, Angelic, Lightworkers, Human Angels dan semacamnya, "Hmmm ternyata makhluk astral adapula yang bercita-cita menikahi manusia," pikir Jaka Indi.

"Nah...! Paman Jaka Indi adalah manusia yang pertama kali kulihat, dan ternyata manusia lebih cakep dari yang kubayangkan" Ujarnya sambil tertawa gembira.

Tiba-tiba sepasang tangan mungil Dewi Anggraini menggenggam sepasang tangan Jaka Indi, "Paman Jaka Indi, menikahlah denganku, aku janji akan menjadi istri yang baik." jelasnya sembari matanya menatap tajam mata Jaka indi dengan penuh harap.

Jaka Indi jadi melenggak, serasa mati gaya dan merasa kikuk sendiri, katanya, "Apa anak gadis secantik dirimu, tidak merasa risih dan malu, mengungkapkan perasaannya pada seorang pria, terlebih pria tersebut jauh lebih tua darimu dan baru pertama kali kamu mengenalnya!?"

"Mengapa aku tidak berani mengucapkan isi hatiku sendiri, Ini kan bukan sesuatu yang memalukan !? Jika main sembunyi-sembunyi dalam menyukai seorang, tidak berani mengutarakannya, tapi diam-diam selalu memperhatikan dan curi-curi pandang, cara beginilah baru memalukan dan menggelikan. Betul tidak !?"

Entah kenapa Jaka Indi jadi merasa ada yang lucu dan membuat geli dirinya, saat mendengar ucapan gadis itu. Karena di dunianya, pria yang lazimnya berkata demikian.

"Tapi aku pria yang telah beristri dan kamu juga masih anak-anak," Dalih Jaka Indi sambil menatap mata gadis remaja itu dengan tersenyum.

"Disini setiap pria bisa memiliki banyak istri, apa anehnya menyukai pria yang telah beristri," jawabnya tanpa ragu.

"Terlebih aku juga sudah bukan anak-anak lagi, banyak pria dewasa yang menyukaiku," bantahnya sambil memperbaiki posisi duduknya dengan bersikap tegak dan membusungkan dadanya yang bernas, yang memang bila dilihat dari bentuk dan lekuk tubuhnya, telah menunjukan bahwa ia bukan anak-anak lagi.

"Tapi meski kau menyukaiku, berdasar keadaanku yang telah beristri, rasanya belum tentu aku bisa menyukaimu."

"Yang penting aku suka padamu, apakah kau juga suka padaku atau tidak, bukan soal, karena kalau aku menunjukan rasa sukaku dengan sungguh hati, aku yakin suatu saat kau juga bisa menyukaiku."

"Hmm..!!" Jaka Indi tidak tahu lagi, apa yang mesti diucapkannya, selain nyegirapa boleh buat, dengan perasaan runyam seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."

Sekonyong-konyong.. "Bweeerrr!" seekor burung yang bermalam di dahan pohon di tepi Danau Asmoro terkejut dan terbang menjauh, dari ujung mata Jaka Indi dapat melihat diantara sela-sela dedaunan pohon di tempat terbangnya burung tadi, ada bintik-bintik sinar perak berkelebat. Tepat pada saat itu juga serumpun hujan jarum perak tahu-tahu memberondong dari celah-celah rumpun dedaunan dari dahan atas pohon kebawah langsung mengarah ke gadis dihadapan Jaka Indi

Betapa cepat daya luncurannya, sungguh sukar dilukiskan dengan kata-kata. Jikalau burung di dahan pohon tidak pergi terbang karena terkejut, mungkin Dewi Anggraini. sudah tewas di bawah berondongan hujan jarum perak itu, karena begitu dia mendengar samberan angin, untuk berkelit pun pasti sudah tidak sempat.

Pada saat-saat yang gawat itulah, Jaka Indi genggam kedua tangan gadis itu dan sekali tarik dia bikin gadis itu tersendal keatas lalu jatuh menelungkup di atas badan Jaka Indi yang juga jatuh terjengkang kebelakang, berakibat gadis itu jatuh menindih tengkurap ke atas badan Jaka Indi.

Maka terdengar suara, "Cring...cring....cring..." yang ramai, seperti hujan deras yang mendadak turun, yang ternyata puluhan jarum laksana perak itu seluruhnya sudah memaku amblas ke dalam bangku dan lantai kedai tempat dimana tadi gadis itu duduk. Disusul bayangan seseorang tiba-tiba melambung tinggi ke tengah udara dari gerombolan daun-daun lebat pada bayang pohon yang gelap, bersalto sekaligus terus membelok turun, melesat keluar menuju hutan yang gelap gulita. yang tak jauh dari danau asmoro.

Suara bangku yang jatuh serta Jatuhnya tubuh Jaka Indi kebelakang yang tertindih tubuh Dewi Anggraini, tentu saja menarik perhatian para tamu yang hadir di kedai,

Wanita pengawal bertubuh tegap sampai setengah berlari menuju tempat jatuhnya Jaka Indi, dan beberapa pengunjung ada yang ikut berdiri dan mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi. Jaka indi segera mendorong bahu Dewi Anggraini yang tepat jatuh di atas tubuhnya, dan menggesernya kesamping, kemudian Jaka indi berdiri memperhatikan tempat dimana puluhan jarum laksana perak menyerang tempat duduk Dewi Anggraini.

Aneh sekali, tidak tampak satu jarum pun tersisa, hanya pada sebagian bangku dan sekitar lantai terdapat beberapa tetes air.

"Hmmmm... rupanya sang penyerang telah menguasai ilmu mengubah energi, dimana udara atau uap air dengan energi hawa murni telah diubah menjadi senjata mematikan berupa jarum es layaknya jarum perak." Pikir jaka Indi.

Andai saja jarum perak tersebut sampai membunuh korbannya, tentu sangat sukar mencari tahu siapa pembunuhnya dan sebab-sebab kematiannya.

Sementara Dewi Anggraini telah bangkit berdiri dengan perasaan kejut sambil mendelong menatap Jaka Indi dengan pandangan terima kasih.

"Jaga diri baik-baik, segeralah pulang, aku akan mencari tahu siapa yang berusaha membunuhmu."Seraya menepuk pipi Dewi Anggraini perlahan, dan melesat keluar kedai menuju hutan lebat tempat menghilangnya bayangan yang menyerang Dewi Anggraini.

[BERSAMBUNG]
close