Jaka indi menoleh, dilihatnya yang bicara adalah seorang pria dari kalangan manusia, usia kisaran 30 tahunan, rambut agak ikal dan gondrong juga berkumis, mengenakan belangkon dan baju garis-garis warna coklat potongannya mengingatkan Jaka Indi dengan seorang paranormal Ki Joko Bodo, tapi pria ini posturnya lebih gagah, badannya lebih tinggi serta lebih kekar, dikedua jari-jemari tangannya banyak mengenakan cincin batu akik. Ia memanggil dengan tertawa lagi melambaikan tangan kepadanya, belum sampai di meja pria belangkon itu, hidung Jaka Indi sudah mengendus bau asem dan kecut dari pria itu, mungkin pria itu sudah lama tidak mandi dan ganti pakaian, tapi dengan senyum lebar dan wajah gembira Jaka indi duduk di kursi yang ditunjuk, katanya dengan tertawa kepada pria itu, "Banyak terima kasih.. banyak-banyak terima kasih." sambil mengulurkan tangannya, "Jaka Indi." Ucapnya memperkenalkan diri, yang dijawab dengan pria itu, "Indrajit," seraya menggenggam tangan Jaka indi kencang dengan telapak tangannya yang besar. Terlihat Indrajit menunjukan ekspresi senang dan sangat gembira, bertemu dengan sesama manusia sejenisnya..
"Kang mas sampeyan dari Jakarta ya?" Tanyanya seketika.
"Kok tau ....!?" Seru Jaka Indi heran.
"Pakaianmu itu lho! Wow, anak Jakarta biasa ke mall, kok iso tekan kene." (bisa nyampe sini). Ucapnya sambil tertawa lepas.
"Kalau Mas Indrajit asal Jogyakarta ya?"
"Asalku Banyuwangi....mas"
"Wuaah., Mas Jaka hebat..! Katanya sambil memegang bahu Jaka Indi dan mengguncangnya perlahan. Tahu 'gak mas, orang di zaman kita sekarang ini, yang pernah sampai di negeri astral ini hanya beberapa gelintir saja. Seraya menatap Jaka Indi lekat-lekat dengan pandangan kagum."
"Eih.. Mas Jaka, 'ndak usah tersinggung sama sikap mereka, sambil sorot matanya beralih melirik kearah makhluk astral didepan,"
"Sebagian makhluk astral memang tidak senang berdekatan dengan manusia, hawa tubuh kita bikin mereka merasa panas."
"Umumnya manusia juga begitu banyak yang gak suka berdekatan dengan makhluk astral, terutama dari golongan Jin dan siluman, bikin merinding dan bulu kuduk berdiri, wkwkwkwk..." Ujar Mas Indrajit sambil tertawa ngekek.
"Oh iya...Mas Jaka disini tinggal dimana !?"
"Tinggal di sekitar sini juga.. di Wisma Kaputran istana Suralaya."
"Welleeh.. wellehh... dilingkungan istana pula, manteep mas," katanya sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Lho... memangnya Mas indrajit tinggal dimana?"
"Aku tinggal di kerajaan Kahuripan, kira-kira setengah hari perjalanan kearah selatan kalau menggunakan kuda unicorn. Kerajaan tersebut dibangun oleh beberapa pengikut Raja Airlangga yang pindah ke alam astral."
Kemudian Mas Indrajit berkata lirih,
"Di tempatku itu cukup banyak manusia sejenis kita, hanya saja mereka orang-orang jadul mas, orang kuno, orang jaman dulu kala."
"Apa iya, bisa pindah ke alam astral secara rombongan gitu Mas..!?" Tanya Jaka indi heran.
"Mas Jaka pernah dengar cerita Prabu Siliwangi hilang bersama Kerajaannya, atau memindahkan kerajaannya ke alam astral ?"
Jaka Indi hanya menganggukkan kepalanya.
"Nah..! Sebelum Prabu Siliwangi, juga pernah ada beberapa Raja dan Satria yang juga pindah ke alam astral, serta adapula yang pindah berikut balatentara dan pengikutnya."
"Bahkan konon istana nabi Sulaiman (Raja Solomon), yang pintunya terbuat dari kayu zaitun. Lantainya dari kristal yang berkilau laksana kaca, serta dindingnya terbuat dari emas dan perak, juga pindah ke alam astral, dan sampai saat ini, masih dijaga oleh bala tentara Jin yang setia kepada nabi Sulaiman."
"Makanya Pemerintahan Israel nyari harta peninggalannya Raja Sulaiman gak pernah ketemu-ketemu. Lha wong sudah ngumpet di alam astral. Gkgkgkgkgk..." Katanya sambil tertawa geli.
Jaka Indi hanya bisa melenggong dan terpana, mendengar cerita Mas Indrajit.
Kemudian Mas Indrajit melanjutkan ceritanya,
"Saya pernah mendengar dari salah seorang Penasihat Spiritual Raja di Kahuripan, bahwa harta peninggalan Raja Sulaiman dan juga peninggalan raja-raja Nusantara, dan harta terpendam atau harta tersembunyi lainnya, jelang akhir jaman akan diketemukan dan digunakan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia, bersamaan dengan munculnya Ratu Adil, yaitu Pemimpin dunia yang bersifat adil dan berbudi pekerti baik."
"Ehm... mungkin maksutnya bersama munculnya Imam Mahdi, atau Super Indigo." Pikir Jaka Indi.
"Oh..iya.. Mas Jaka melakukan perjalanan kesini atas misi dari kelompok tertentu atau atas keinginan pribadi?" Tanya Mas Indrajit dengan rasa ingin tahu.
"Atas kemauan pribadi, sekedar jalan-jalan ke alam astral saja mas." Jelas Jaka indi.
"Mas Jaka apa pernah dengar nama Satria Bayangan!?"
"Kalau Pasukan Bayangan saya pernah dengar Mas."
"Pasukan Bayangan kadang disebut juga Pasukan Hitam, adalah pasukan yang dibentuk oleh salah satu petinggi negeri, yang merupakan kumpulan atau gabungan orang-orang yang memiliki kemampuan istimewa. Seperti ahli makrifat, ahli spiritual, ahli kebatinan, bahkan juga paranormal."
"Pasukan hitam ini memiliki tugas-tugas khusus,kalau tidak salah itu adanya sekitar tahun sembilan puluhan di era orde baru, dan saat ini sudah tidak ada lagi." Ucap Jaka Indi.
"Satria Bayangan itu yaa, sama saja dengan Pasukan hitam, maksudnya hitam disini adalah gelap, alias tidak terlihat, bersifat sangat rahasia." Jelas Mas Indrajit.
"Satria bayangan ini sudah ada dari jaman pemerintahan raja-raja nusantara terdahulu, setiap kerajaan umumnya punya pasukan yang bersifat rahasia semacam ini.. Nah, di pemerintahan sekarang Satria bayangan atau pasukan hitam tetap ada, tapi tugasnya bukan mengamankan kepentingan Raja atau Penguasa seperti dimasa dahulu kala, melainkan visi dan misinya adalah menyelamatkan dan mengamankan negeri. Khususnya dari setiap gangguan yang bersifat ghaib atau supranatural."
Kemudian Indrajit mengeluarkan tanda pengenal terbuat dari logam platinum seukuran kartu ATM, yang memiliki logo gambar garuda warna hitam, pada bagian belakang kartu ada nomor 17, sambil berkata ini tanda pengenal dari kelompok Satria bayangan atau Pasukan hitam. Bila suatu saat Mas Jaka bertemu dengan seseorang menggunakan lencana seperti ini, berati ia merupakan anggota satria bayangan.
"Satria bayangan ini terdiri dari empat puluh orang, bila ada anggota yang gugur, akan ada anggota baru yang menggantikannya, hingga jumlah anggotanya selalu sebanyak empat puluh orang."
"Sayangnya, saat ini sangat sukar mencari orang yang punya kemampuan linuwih, hingga tak jarang jumlahnya tak bisa mencapai empat puluh orang lagi." Terang Mas Indrajit dengan panjang lebar.
"Ouh... begitu ! Lantas siapakah yang menjadi pemimpin kelompok Satria bayangan ini ?" Tanya jaka Indi.
Kemudian Mas Indrajit maju mendekat dan membisikan sebuah nama pada Jaka Indi. Jaka Indi hanya tercenung mendengar nama tersebut.
"Ini rahasia lho mas.. jangan sampai ada yang tahu, katanya mengingatkan."
"Oh iya... kapan saja mas Jaka ingin ikut bergabung, aku akan membantu agar Mas Jaka bisa menjadi anggotanya. Kebetulan aku anggota senior di kelompok Satria Bayangan tersebut.." Ujarnya dengan tertawa ringan.
"Maaf Mas Indrajit, aku bukan satria, dan gak bisa apa-apa."
"Eiih... gak usah merendah begitu..!" Ucap mas Indrajit. Sambil matanya menatap kearah kerumunan penonton yang berada didepan panggung.
Bersamaan dengan itu tiba-tiba terdengar suara riuh tepuk tangan penonton, menyaksikan ketrampilan sepasang peri cantik memainkan senjata pedang, yang dapat membelah daun yang berjatuhan dari atas.
Jaka indi kemudian memanggil pelayan, dan memesan dua minuman sari-buah yang dicampur madu.
"Apa Mas Indrajit pernah mendengar nama Panji Dewantoro...?" Tanya Jaka Indi memecah lamunan Mas Indrajit.
Mas Indrajit seperti kurang memperhatikan pertanyaan Jaka indi, tetapi justru matanya menatap tajam pada salah satu pengunjung yang ada di kerumunan didepan panggung, sepertinya ia mengenali seseorang yang ada di sana. Kemudian Mas Indrajit mengambil secarik kertas dan pensil dari sakunya lalu menuliskan sesuatu, "Kalau ada waktu luang, sampeyan (kamu) datanglah ke tempatku, ini alamatnya."
"Nanti kita ngobrol sepuasnya." Katanya, sambil menepuk bahu jaka Indi dan bergegas pergi. Sampai-sampai mas indrajit lupa meminum sari plus madu yang dipesan Jaka indi untuknya.
Saat Jaka Indi melihat kearah perginya Mas indrajit, terlihat Mas Indrajit sedang membuntuti seorang wanita berbaju hitam dengan rambut panjang sebahu. Entah mengapa Jaka indi seperti merasa pernah melihat wanita tersebut.