Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 11) - Kematian yang Menyedihkan


Bagian 11 - Kematian yang Menyedihkan

Semenjak kang waris memberitahukan siapa ratu kethek sebenarnya, bapak dan ibuku segera merencanakan sesuatu untuk bisa kabur dari rumah keluarga ningrat itu.

Mereka benar-benar tidak percaya jika di balik ini semua, peran dari mbak mawar sangat mulus dan bersih sehingga tidak banyak yang mengetahui keberadaannya semenjak nyi endang meninggal dunia.

‘’Bu! Malam ini juga kita harus pergi dari rumah ini. Kita sudah terpaku kepada mbak neneng sehingga melupakan mbak mawar yang memang dia adalah ratu kethek dari ritual ini.’’

Ibuku segera membereskan barang-barang yang memang nantinya diperlukan sewaktu kabur dari rumah ini.
Bapak masih mengintai keberadaan anggota keluarga ningrat lainnya.

Tampak mbak ina yang masih terduduk di ruang tamu sembari memegangi kepalanya. Dia sangat terpukul di saat mengetahui mas sugeng adalah tumbal dari pesugihan ini.

Bapak berencana untuk memberitahu mbak ina, namun saat dirinya ingin membuka pintu kamar, tiba-tiba…
‘’Mbak? Mbak masih sedih ya?’’ Ucap seorang wanita sembari memberikan perhatian kepada mbak ina yang sedang bersedih.

Bapak mengenal suara itu. Itu adalah suara halus dan lembut yang dimiliki oleh mbak mawar, isteri mas pangarep.

Bapak mencoba mengintipnya dari dalam kamar. Saat bapak mengintip mbak mawar dari dalam kamar, ia melihat tubuh mbak mawar bukan lagi seperti manusia.

Seluruh tubuhnya penuh dengan bulu-buluan berwarna putih. Bukan hanya itu saja, perubahan yang sangat mengejutkan juga terjadi kepada alis milik mbak mawar.

‘’Mbak jangan kemana-mana. Aku butuh teman untuk mengobrol.’’ Pinta mbak mawar Tiba-tiba, pandangan bapak tertuju kepada sesuatu yang bergerak seperti buntut. Perlahan buntut itu mengikat tubuh mbak ina seperti hendak menjadikan dirinya sebagai target selanjutnya.

Sontak saja tubuh bapakku langsung merespon itu. Bapak langsung membuka pintu kamar hingga membuat mbak mawar dan mbak ina terkejut karenanya,
‘’Mbak ina… anu.’’ Ucap bapakku

Tatapan mata mbak mawar berubah drastis.
Tatapannya yang sangat tajam membuat bapakku semakin yakin jika mbak mawar mendekati mbak ina karena ada maksud tertentu
‘’Ada apa kau datang ke sini mas arto?’’ Tanya mbak mawar dengan nada sedikit tinggi.

Bapak terdiam sejenak. Dia menyadari jika kedatangan bapak adalah ingin menggagalkan rencana mbak mawar yang ingin menjadikan mbak ina sebagai tumbal berikutnya.

Bapak mulai kebingungan. Semua gerak-gerik yang diperagakan oleh bapak dapat diketahui oleh mbak mawar dengan cepat.

‘’Tidak apa-apa mbak. Saya hanya ingin memberikan sesuatu kepada mbak ina.’’ Ucap bapak sembari mengeluarkan sebuah benda yang memang peninggalan dari mas sugeng.

Mbak ina yang melihat benda tersebut segera bangkit dari duduknya dan segera mengambil benda tersebut.
‘’Kalung ini…‘’ Ucap mbak ina.

‘’Iya mbak. Setelah mas sugeng meninggal, saya menemukan kalung ini di dekat tempat tidurnya. Saya yakin itu peninggalan berharga mas sugeng.’’

Kalung yang di dalamnya terdapat foto antara mbak ina dan mas sugeng memang menjadi peninggalan bagi mereka berdua. Tidak heran, ikatan bathin keduanya sangat erat di banding dengan saudara lainnya.

Bapak memang mencuri momen di saat para anggota keluarga ningrat sedang tidak berada di dalam kamar mas sugeng. Bapak yang kemudian menemukan kalung itu menjadi semakin yakin jika mas sugeng dan mbak ina adalah korban dari hasutan mas pangarep yang ingin menjadikan dirinya sebagai orang terkemuka di hadapan para keluarga ningrat lainnya.

‘’Terima kasih mas.’’ Ucap mbak ina.
Mbak ina pun segera meninggalkan bapak dan juga mbak mawar. Namun setelah mbak ina meninggalkan mbak mawar dan juga bapak, tatapan sinis mbak mawar masih menyuduti bapak karena merasa jika bapak telah menggagalkan rencananya.

Perlahan, mbak mawar mendekati bapak. Dia membisiki sesuatu ke telinga bapak,
‘’Apa maumu arto?’’ Tanya mbak mawar.

‘’Aku mohon jangan ada korban lagi.’’

‘’Itu bukan urusanmu. Aku hanya mengikuti titah.’’

‘’Itu termasuk urusanku juga. Jika tumbal masih berjalan, maka aku tidak akan segan untuk selalu menggagalkannya.’’

Mbak mawar terkejut mendengar hal itu. Dia kemudian menatap langit-langit kamar sembari tertawa kecil.
‘’Kau tahu arto? Sejak pertama ritual itu dilakukan, aku sudah diberitahu siapa yang akan mati karena tumbal ngipri kethek ini.’’ Ucapnya.

Mbak mawar kemudian membalikkan badannya dan kembali menatap wajah bapakku dengan senyuman mengerikannya,

‘’Tidak ada yang selamat dari pesugihan ini. Bahkan sampai dirimu lari ke manapun, semua sudah terlambat. Ratu dan pengawal sudah didapatkan. Hanya perlu waktu untuk bisa menjalankannya.’’ Ucap mbak mawar.

Ia pun segera meninggalkan bapak dan kembali ke dalam kamarnya.
Bapak masih tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh mbak mawar terkait ‘’Keselamatan keluarga ningrat’’ yang berada di dalam genggamannya.

Namun di lain sisi, bapak juga merasa ada yang menjanggal dengan perkataan mbak mawar. Jika memang itu benar, mengapa mas krishna dan raden suropto tidak dikejar saat keduanya ingin dijadikan sebagai tumbal untuk pengawal rojo kethek?

Ataukah memang yang dikatakan oleh mbak mawar hanya bersifat ancaman dan gebrakan tersendiri baginya agar bapak dan juga ibu tidak meninggalkan rumah dan pasrah dengan takdirnya sebagai tumbal dari pesugihan ini?

Malam harinya, mbak ina masih sama seperti hari-hari setelah kematian mas sugeng. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang tamu sembari memegangi kalung kenangan dirinya dengan sang kakak tercinta.

Bapak pun mengambil kesempatan ini untuk diam-diam memberitahu kepada mbak ina terkait rencana busuk yang memang sedang dilakukan oleh mbak mawar dan juga beberapa komplotan lainnya.

Perlahan bapak mengambilkan air minum untuk mbak ina. Malam itu benar-benar tidak ada anggota keluarga ningrat lainnya yang hadir dan secara terbuka keluar dari kamarnya.

‘’Mbak ina. Saya bawain minuman kesukaan mbak ina dan mas sugeng. Mungkin tidak seenak buatan almh. nyi endang, tapi saya mencoba belajar atas saran dari esa terkait minuman kesukaan mbak ina dan juga mas sugeng.’’

‘’Mas arto? Mengapa kamu selalu tahu jika saya sedang merindukan minuman ini?’’ Tanya mbak ina kepada bapak.

‘’Oh mungkin hanya kebetulan saja mbak. Sebenarnya saya juga ingin mengobrol panjang dengan mbak terkait mas sugeng.’’ Ucap bapak sedikit membuka pembahasan.

Mbak ina mulai penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh bapak terkait pembahasan yang memang ingin disampaikan kepada mbak ina.

Selain itu, bapak juga ingin mengorek lebih dalam alasan mereka berdua bergabung kepada rencana mas pangarep untuk membunuh nyi endang dan tunduk kepada raden angkoro.

‘’Sebelum mas sugeng meninggal, dia sempat mengatakan kepadaku untuk segera meninggalkan rumah ini. Mungkin mbak ina lebih paham apa maksud dari perkataan mas sugeng?’’ Jelas bapak.

Mbak ina yang mendengar pertanyaan yang baru saja diucapkan oleh bapak langsung terkejut. Sesekali wajahnya menengok ke arah kamar milik mas pangarep untuk berjaga-jaga jika nantinya ada seseorang yang keluar dari kamar tersebut.

‘’Jika memang ini pertanyaan yang sensitive, mungkin mbak ina tidak usah menjawab…‘’

‘’Tunggu. Aku akan menjawabnya.’’

Mbak ina kemudian mematikan lampu ruangan tamu. Bapak yang heran dengan itu hanya terdiam. Bapak sama sekali tidak mengetahui apa yang ingin dilakukan oleh mbak ina dengan mematikan lampu tersebut,

‘’Kita harus membicarakan hal sensitive dengan tanpa cahaya. Jika ada orang ketiga yang berbicara, berarti itu bukan kita berdua. Paham maksudku?” Tanya mbak ina.

‘’Tapi siapa orang ketiga itu mbak?’’ Tanya bapak.

‘’Nanti akan aku jelaskan secara rinci.’’

Mbak ina pun memejamkan matanya. Lalu perlahan dia menghela nafas panjang seperti memberi tekanan pada dirinya sendiri ketika ingin menceritakan sesuatu hal yang bersifat sangat sensitive ini.

‘’Mas arto. Aku percayakan hidup dan matiku ada di dalam lelakonmu (perjalanan nasibmu). Aku percayakan ini karena memang dirimulah satu-satunya angota keluarga yang ada hubungan bathin dengan mas sugeng.’’ Ucap mbak ina dengan nada yang serius.

Bapak hanya mengangguk paham. Sedari tadi bulu kuduknya mulai merinding. Seakan-akan ada sesuatu yang ikut bergabung dalam percakapan mereka berdua.

‘’Sebelum rencana penumbalan ibuku (nyi endang) berlangsung, mas pangarep sudah lebih dulu berkoordinasi dengan beberapa anggota keluarga lainnya kecuali hanya tiga orang.

Mereka adalah aku, mbak esa dan juga mas krishna. Kami bertiga tidak ada keinginan untuk bergabung.’’ Ucap mbak ina.

‘’Apa alasannya?’’ Tanya bapak.

‘’Dalam pesugihan itu dijelaskan, mereka yang terikat tidak akan pernah lepas. Jika tidak mendapatkan apa yang diinginkan oleh rojo kethek, maka nyawanya akan dijadikan tumbal oleh rojo kethek sendiri.’’ Jelas mbak ina.

Bapak yakin jika keputusan mas krishna tidak salah. Dia memang melakukan keputusan yang tepat untuk bisa lari dari cengkraman mas pangarep yang berkeinginan mendapatkan kekayaan dengan cara menumbalkan ibunya sendiri.

Selain itu juga, keterikatan yang bersifat sangat mengerikan ini membuat siapa saja yang ikut dalam pesugihan ini tidak akan pernah lepas selama-lamanya sampai ajal menjemputnya.

‘’Aku sendiri sudah melarang mas sugeng untuk menuruti mas pangarep. Namun karena mas pangarep memaksa mas sugeng, akhirnya aku ikut berkecimpung ke dalam pesugihan ini hanya demi mas sugeng semata.’’

Bapak yang mendengar hal itu langsung terkejut. Pengorbanan seorang mbak ina untuk menyelamatkan mas sugeng sangatlah besar. Namun karena mas sugeng tidak memiliki daya dan kekuatan, dia mudah dipengaruhi dan juga dipaksa oleh mas pangarep untuk menerima tekanan sebesar itu.

‘’Lalu saat malam dimana kami memulai untuk melakukan ritual yang pertama, mas pangarep telah memprediksi banyak hal terkait tumbal yang akan dijadikan sebagai keinginan dari rojo kethek sendiri.’’ Jelas mbak ina.

‘’Mak-maksudnya mbak?’’ Tanya balik bapak.

‘’Mas pangarep mengatakan, jika ratu kethek akan diambil dari keluarga ningrat, sedangkan pengawalnya berasal dari orang-orang yang berada di dalam perkumpulan itu.’’ Jelas mbak ina.

Bapak terdiam sejenak. Dia mencoba memahami apa yang dimaksud dengan perkataan mbak ina.
‘’Perkumpulan yang dimaksud adalah perkumpulan anggota keluarga ningrat yang turut serta dalam melakukan pesugihan ngipri kethek ini?’’ Tanya bapak.

‘’Betul. Salah satu dari perkumpulan itu akan dijadikan pengawal. Namun berhubung pengawal rojo kethek itu hanya diperuntukkan laki-laki. Maka pilihannya ada dua anggota saja yaitu mas pangarep dan mas sugeng.’’ Jelas mbak ina.

Bapak mengangguk paham. Sedikit demi sedikit perkataan yang di arahkan oleh mbak ina membuka pemikirannya akan rencana-rencana terselubung yang dimiliki oleh mas pangarep,

‘’Dan saat ratu kethek sudah didapatkan (tumbal pertama yaitu nyi endang), anggota keluarga ningrat lainnya merasa was-was. Alasannya adalah jika memang rojo kethek ini mencari pengawal, maka pilihannya ada dua, mas pangarep yang mati atau mas sugeng yang mati.’’ Jelas mbak ina.

Semua yang dikatakan oleh mbak ina benar-benar sangat sesuai dengan apa yang terjadi saat ini. Dimulai dari kematian nyi endang, keadaan anggota keluarga ningrat setelah nyi endang meninggal, dan hal-hal yang membuat para keluarga ningrat ketakutan setelah itu,

‘’Akan tetapi semuanya berubah ketika raden angkoro menunggangi kami (keluarga ningrat).’’ Ucap mbak ina.

‘’Maksud menunggangi, mbak?”

‘’Dia berencana mengambil kesempatan ini demi kepentingannya juga. Karena itulah ketakutan kami saat itu adalah jangan ada yang dijadikan tumbal baik itu mas pangarep ataupun mas sugeng. Dan raden angkoro berhasil mengambil kesempatan itu.’’ Jelas mbak ina.

‘’Dengan apa?’’

‘’Dengan memanipulasi keadaan.’’

Deg! Bapak langsung teringat akan pesan kang waris saat dirinya harus berhati-hati dengan raden angkoro karena selain dirinya juga memiliki sesusatu hal yang tidak dimiliki keluarga ningrat lainnya, raden angkoro juga adalah salah seorang dari keluarga brotoseno yang kehadirannya sangat ditakuti karena kelicikannya dalam bersilat lidah.

‘’Dia berhasil memanipulasi keadaan dan membuat kita semua percaya bahwa tumbal selanjutnya harus berasal dari keluarga brotoseno.’’ Jelas mbak ina.

‘’Maksud mbak ina adalah raden suropto?’’

‘’Dia hanya pengalihan saja. Tetap saja raden angkoro tidak menginginkan jika semua itu terjadi. Dia lebih memilih menghancurkan keluarga ningrat secara perlahan.’’

Saat dimana mbak ina menceritakan hal itu, bapak mendapati sebuah energi yang baru saja hadir di antara sekitaran ruang tamu.

‘’Ada yang datang.’’ Jelas mbak ina.

Bapak hanya mengangguk paham.
Bapak segera menetralkan energi tersebut dengan cara memadatkan wilayah keduanya agar apa yang dikatakan oleh mbak ina tidak diketahui oleh para pengintip suruhan.

‘’Kita hanya punya waktu 2 menit mbak.’’ Ucap bapak sembari memberi aba-aba.

‘’Baiklah. Aku langsung menceritakan intinya saja terkait apa yang memang menjadi pertanyaanmu.’’

Mbak ina menghela nafas sebentar. Sepertinya mbak ina telah siap dengan resiko ini semua walaupun nyawanya yang menjadi taruhannya sendiri.

‘’Mas sugeng menginginkan orang-orang yang tidak berada di dalam keanggotaan ngipri kethek untuk segera keluar dari rumah. Alasannya sangat sederhana. Jika ratu dan pengawal sudah di dapatkan, raden angkoro yang menjadi kemudi saat ini dan mas pangarep yang menjadi bawahannya, akan melakukan apapun yang dia inginkan. Tumbal yang sekarang akan bersifat menyeluruh.

Baik orang terdekat, orang yang masih memiliki hubungan terdekat atau orang-orang yang berada di sekitarannya.’’ Jelas mbak ina dengan wajah penuh keseriusan.

‘’Itu artinya, apa yang diinginkan oleh raden angkoro untuk menumbalkan karyawannya juga termasuk dalam bagian ini.’’

‘’Bukan hanya itu saja. Satu persatu tetangga rumah juga akan terkena dampaknya.’’

‘’Mereka mendengar omongan kita!”

Bersamaan dengan itu, tepat di belakang mbak ina, sosok jin kala ireng langsung menutupi mulutnya. Sorot matanya yang merah menyala seakan-akan memberikan pertanda kepada bapak untuk tidak ikut campur dalam masalah ini.

Bapak pun langsung berlari ke arah kamar. Namun saat dirinya beranjak bangkit dan menengok ke arah mbak ina, betapa terkejutnya bapak ketika tubuh mbak ina telah di gelayuti oleh banyak sosok yang mengerikan.

Di samping kanan dan kiri mbak ina telah duduk sosok-sosok yang menjadi kiriman untuk mengawasi gerak-gerik mbak ina.

Satu sosok wanita berambut panjang dengan wajah yang tertutup oleh rambut telah memegang tangan kanan mbak ina. Lalu di samping kirinya telah berdiri sosok pocong yang menjadi hambatan tubuh mbak ina tidak bisa bergerak sama sekali.

Lalu mulutnya masih dibungkam oleh sosok jin kala ireng yang merupakan milik dari raden angkoro.
Mbak ina berusaha menggerak-gerakkan kepalanya seperti memberi tanda kepada bapak untuk segera masuk ke dalam kamar karena ada sesuatu buruk yang akan terjadi.

Dengan terpaksa bapak pun meninggalkan mbak ina yang masih dicekal oleh tiga sosok kiriman yang memang di arahkan untuk mengintip gerak-gerik mbak ina itu sendiri.

Saat dimana bapak masuk ke dalam kamar, suara gamelan penyambut ritual pun berbunyi dengan kencang.
Bapak langsung menyuruh ibuku untuk bersembunyi di bawah tempat tidur untuk menghindari teror dari kehadiran rojo kethek.

Suara sahutan monyet-monyet mulai berbunyi di ruangan tamu. Lalu gemrincing suara kaki ratu kethek mulai mengarah ke sana sembari membawa tubuh mbak ina untuk masuk ke dalam kamar

Hingga akhirnya suara teriakan mengerikan di malam hari pun terdengar begitu jelas. Mbak ina melawan pantangan dari apa yang memang sudah dijadikan peraturan dari orang-orang yang tergabung dalam persyaratan pesugihan ini.

Mereka tidak boleh memberitahu, membocorkan rahasia atau bahkan menjelaskan secara rinci tentang sesuatu yang tersembunyi di pesugihan ini.

Hingga saat dimana ritual itu selesai, lampu ruang tamu pun menyala kembali. Bapak dan ibu keluar dari bawah tempat tidur.
Lalu perlahan mereka berdua keluar kamar untuk mengetahui apa yang baru saja terjadi.

Terlihat dengan jelas pintu kamar mbak ina terbuka dengan lebar. Sembari menutup mulut, bapak dan ibuku melihat sesuatu yang benar-benar mengerikan.

Mereka berdua melihat jasad mbak ina sudah terbujur kaku dengan tubuh yang penuh dengan cakaran dan kedua kaki serta tangannya diikat di tempat tidur.

Tubuhnya penuh cakaran monyet. Dari bagian punggung hingga rusuknya, terdapat luka cakaran yang mungkin disebabkan oleh apa yang dimaskud oleh mbak ina perihal nyawanya yang akan dijadikan patokan utama ketika rahasia tersembunyi dari pesugihan ini terbongkar.

Wajah mbak ina benar-benar sangat pucat. Mulutnya terbuka lebar seperti orang yang habis disiksa mati-matian.
Bersamaan dengan itu, raden angkoro datang tepat waktu. Dia langsung menepuk pundak bapak yang sedari tadi tubunya masih berdiri dari pintu kamar.

Bapak pun langsung merespon hal itu. Lalu ketika dirinya tahu jika yang hadir adalah raden angkoro, raden angkoro segera mengatakan sesuatu yang benar-benar membuat bapak terkejut akan perkataannya.

‘’Jadi, apa kamu siap untuk aku jadikan sebagai tumbal berikutnya setelah ina? Bukankah kamu ingin tahu terkait pesugihan ini?’’ Ucap raden angkoro sembari tersenyum.

Akankah ada satu perseteruan lagi antara raden angkoro dan mas artonegoro? Apa alasan mbak ina memilih mati jika di banding dirinya harus lari untuk menghindari cekalan itu?

Apa memang semuanya sudah teratur dan menjadikan kematian mbak ina ini sebagai langkah awal dilakukannya pesugihan yang diinginkan oleh yang lainnya?

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close