PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 10) - Rencana Kematian

Bagian 10 - Rencana Kematian
Subuh bergema. Tanda kematian telah tiba. Satu persatu anggota keluarga ningrat keluar dari kamarnya masing-masing. Mereka saling tanya satu persatu anggota keluarga lainnya termasuk kepada bapakku sendiri yang baru saja keluar dari kamar.
Saat mereka keluar dari kamar masing-masing, wajah mereka penuh dengan ketakutan. Terlebih lagi kepada wajah mas pangarep dan mbak ayu. Keduanya baru menyadari bahwa semalam tadi baru saja di adakan sebuah ritual yang dilakukan secara diam-diam.
Namun dari semua keluarga ningrat, mereka semua berkumpul kecuali hanya satu orang saja yang kehadirannya belum terlihat sama sekali.
‘’Mas? mas sugeng mana?’’ Tanya mbak neneng.
Mereka pun saling memandang satu sama lain. Mbak ayu yang sedari tadi sudah was-was menatap kamar sugeng yang sudah terbuka lebar.
‘’Tidak mungkin! Tidak mungkin!’’
‘’Kenapa mbak?’’ Tanya mbak neneng.
Tiba-tiba seseorang dengan tubuh yang sudah penuh dengan luka berjalan sempoyongan keluar dari kamar. Wajahnya menghitam dan tubuhnya sudah penuh dengan cakaran serta luka lebam lainnya.
‘’MAS SUGENGGGGGG!’’ Teriak mereka secara bersamaan saat mas sugeng baru saja keluar dari kamar lalu terjatuh begitu saja di lantai.
‘’Tidak mungkin!’’ Ucap ibuku saat melihat tubuh mas sugeng yang keadaannya mirip seperti ibu saat kematian menjemputnya.
‘’Cepat bawa dia ke dokter! Mas sugeng bisa mati!’’ Teriak ibuku.
Mas pangarep yang mendengar hal tersebut langsung menuju ke arah ibu.
‘’Apa maksudmu? Jika dia di bawa ke dokter, maka pihak rumah sakit akan menaruh curiga kepada kita semua!” Ucap mas pangarep.
‘’Mas! Mas sugeng masih bisa diselamatkan!” Ucap bapakku sembari meyakinkan hati mas pangarep.
‘’Tidak! Ini sudah takdirnya.’’ Mbak ina yang kebetulan berada di sana langsung menampar wajah mas pangarep.
‘’Plak!’’
‘’Kau bilang ini takdir? Ini adalah perbuatan busukmu dan iblis brotoseno itu!’’ Teriak mbak ina.
Mas pangarep mengelus pipinya bekas tamparan kencang yang di arahkan oleh mbak ina kepadanya.
Mbak ina yang merasa bersalah langsung mundur ke arah belakang untuk menghindari amukan dari mas pangarep yang terlihat memasang wajah kesalnya.
‘’Kamu tahu? Siapa orang yang baru saja kamu tampar?’’ Tanya mas pangarep sembari mendekati mbak ina yang dirinya juga menghindari mas pangarep.
‘’Kamu tahu? Kita semua yang berada di sini sudah tidak bisa lagi diselamatkan! Masing-masing dari kita, semuanya! Mau tidak mau, akan menjadi korban karena pengawal dari rojo kethek sudah di dapatkan!’’ Ucap mas pangarep.
‘’Hentikan!’’ Teriak mbak ayu.
Mas pangarep mendekati mbak ina lalu mencekik lehernya hingga tubuhnya tersandar di dinding tembok.
‘’Ina! Jika mulutmu tidak bisa digunakan untuk bicara yang baik, lebih baik jangan memperkeruh suasana yang sedang rumit, paham?’’ Ucap mas pangarep.
Mbak ina hanya mengangguk paham. Dia tidak berkutik sama sekali sewaktu mas pangarep menggertaknya.
Mbak neneng yang masih berada di dekat mas sugeng langsung berteriak kencang ketika dirinya melihat mas sugeng mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
Sontak saja hal ini membuat para keluarga anggota ningrat lainnya langsung membawanya ke dalam kamar.
Mas sugeng yang didapati sebagai korban selanjutnya dari penumbalan ngipri kehtek ini digadang-gadang oleh banyak pilihan.
Wajah penuh penyesalan tergambarkan dari masing-masing anggota keluarga ningrat. Mas pangarep yang semula merasa jika penumbalan ini terjadi pada keluarga brotoseno, ternyata dirinya telah dibodohi oleh raden angkoro.
Bapak dan ibuku juga merasa kasihan dengan kondisi mas sugeng yang benar-benar sudah berada di ambang kematian.
‘’Apa yang harus kita lakukan?’’ Tanya mbak ina dengan nada yang panik.
Mbak ayu dan juga mas pangarep tidak bisa menjawab apapun akan pertanyaan itu. Dengan melihat kondisinya saja, mereka berdua tidak bisa melakukan apapun. Karena memang, semua yang sudah digariskan akan penumbalan ini, mereka tidak akan bisa selamat ataupun hidup lebih lama.
Dan jika memang orang tersebut masih bisa hidup lama, itu berarti penangguhan kematiannya sudah ditentukan di waktu tertentu.
Tepat saat dimana bapakku menatap ke arah mas sugeng, tiba-tiba pandangan mas sugeng langsung mengarahkan ke bapak.
‘’M.. ma… asss ar… toooo.’’ Ucap mas sugeng.
Bapakku langsung menuju ke arah mas sugeng. Dia tahu ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh mas sugeng terkait sesuatu yang baru saja terjadi kepadanya.
‘’To.. looo… ngg… kaaa… burr… daaa… riiii…. Siii…niiiii!’’ Ucap mas sugeng dengan nada yang patah-patah.
Tubuh mas sugeng meringkuk kesakitan. Lukanya yang menganga lebar terus meneru memberikan rasa sakit yang amat dalam baginya.
Bagian organ dalam mas sugeng sepertinya paling terdampak akan serangan ini.
Bapakku hanya bisa terus menerus menunggu segala perkataan yang akan di arahkan oleh mas sugeng. Begitu juga dengan para anggota keluarga lainnya. Mereka semua tampak khawatir.
‘’Mas, apa ada yang ingin disampaikan lagi?’’ Tanya bapakku kepada mas sugeng.
Mulut mas sugeng mulai bergerak-gerak. Tampaknya akan ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh mas sugeng kepada bapakku.
‘’ANG…. KOOOO… ROOOO… PEEE… LAAA…. KUUU…. NYAAAA.’’
Deg! Mendengar perkataan itu, seluruh anggota keluarga ningrat tampak terkejut.
Mereka tidak menyangka jika semalam tadi, raden angkoro benar-benar mendatangi rumah dan melakukan penumbalan itu dengan seorang diri.
Namun tidak dengan mas pangarep. Dirinya sudah mengetahui korban berikutnya yang nantinya akan dijadikan pengawal dari eojo kethek sendiri.
Bapakku langsung mendekati mas pangarep yang tidak tampak gelisah di saat anggota keluarga lainnya benar-benar dalam keadaan yang penuh ketakutan.
‘’Mas. Apa rencanamu kali ini?’’ Tanya bapak.
‘’Apa maksudmu?’’
‘’Aku tahu. Kau lebih dulu mengetahui korban selanjutnya dan itu dijadikan rahasia untuk dirimu sendiri. Tapi untuk kali ini, aku tidak memaafkan kesalahanmu. Beritahu kami, apa rencana selanjutnya dari keluarga brotoseno?’’
Mas pangarep terdiam sejenak. sembari memperhatikan mas sugeng, kedua matanya seperti sedang memandangi satu persatu anggota keluarga ningrat yang mulai resah akan rahasia tersembunyi yang dimiliki olehnya.
‘’Rencana selanjutnya adalah …‘’ Ucap mas pangarep dengan wajah tertekan.
‘’Apa?’’ Tanya mbak ayu.
‘’Membunuh semua anggota keluarga ningrat dan melakukan invasi kepada karyawan pabrik yang nantinya akan dijadikan sebagai tumbal.’’
Mendengar hal tersebut, tubuh mas sugeng langsung bergerak-gerak tidak karuan seperti orang kejang.
Bapakku yang berada di dekatnya mencoba untuk meminta bantuan kepada anggota keluarga ningrat yang lain.
Namun mereka semua terdiam sembari meneteskan air mata seperti memberikan pertanda bahwa mas sugeng tidak bisa diselamatkan lagi.
‘’Kenapa kalian semua diam? Ini saudara kalian! Dia sedang sekarat! Mengapa kalian semua tidak mempunyai hati nurani untuk membantunya?” Teriak bapakku dengan nada yang kesal.
‘’Pak … ‘’
‘’Bu! Kita harus membawa mas sugeng ke kang waris. Dia masih bisa diselamatkan! Jangan sampai mas sugeng menjadi pengawal rojo kethek. Jika semua rencana raden angkoro berhasil, kita semua akan dijadikan tumbal dari rencana kematian raden angkoro.’’
‘’Pak … ‘’ Ucap ibuku sembari meneteskan air mata karena melihat kondisi mas sugeng yang sudah semakin parah.
‘’Bu! Bantu aku mengangkat tubuh mas sugeng. Jika mereka semua tidak ada yang ingin membantu mas sugeng, biar kita berdua saja.’’
Tiba-tiba ibuku menghampiri bapak yang sedang memegangi tangan mas sugeng. Lalu tidak lama kemudian, ibuku langsung memeluk bapak sembari mengatakan sesuatu,
‘’Mas sugeng sudah meninggal.’’
Deg! Hati bapakku hancur seketika. Mulut bapak tidak bisa berkata apa-apa di saat ibuku mengatakan hal yang menyakitkan baginya.
‘’Mas sugeng sudah meninggal. Kita harus mengikhlaskannya.’’ Ucap ibu.
Isakan tangis pun memenuhi ruangan kamar mas sugeng. Mereka semua tidak percaya jika mas sugeng benar-benar telah tiada.
‘’Kita semua akan mati, bu…‘’ Ucap bapak.
Perlahan pelukan ibu memudar. Kini wajah bapak menunduk seperti menahan kesedihan yang sudah tahan sejak lama.
Lalu perlahan bapakku menutup kedua mata mas sugeng sembari melantunkan kalimat tarjih,
‘’Innalillahi… wa innailaihi ro-ji’un.’’
Mbak ina pun segera keluar dari kamar sembari menangis. Dia berteriak kencang dan memukuul-mukuli pintu seperti meratapi kematian mas sugeng.
Mbak neneng juga menjatuhkan dirinya ke lantai karena merasa kehidupannya telah selesai.
Bapak kemudian mendekati mas pangarep sempari mengelus-elus pundaknya. Lalu dia menatap wajah mas pangarep sembari mengatakan sesuatu,
‘’Selamat mas. rencanamu berhasil. Kini semua keluarga anggota ningrat akan menjadi tumbal berikutnya. Tanpa disadari langkahmu telah membawa kita semua menuju ke rencana kematian raden angkoro. Sekali lagi aku mengucapkan selamat untukmu.’’
Bapak pun keluar dari kamar mas sugeng. Diikuti oleh ibu, mereka berdua langsung menuju ke kamar sembari merenungi langkah selanjutnya yang harus diambil untuk bisa lari dari cekalan raden angkoro.
Kematian dari mas sugeng telah membuka rencana lain dari raden angkoro. Saat pemakaman mas sugeng, raden angkoro tidak berziarah. Bahkan saat itu keluarga ningrat sengaja melakukan penguburan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari raden angkoro dan juga keluarga brotoseno lainnya.
Dengan tragedi memilukan ini, ada dua kemungkinan yang akan terjadi kepada seluruh keluarga anggota ningrat.
1.Mereka akan kabur dari rumah untuk mengikuti jejak mas krishna yang sudah aman dan tidak lagi dilakukan pengejaran, namun raden angkoro yang memang haus akan keinginan, ia akan terus menerus melakukan invasi besar-besaran agar seluruh anggota keluarga ningrat musnah.
2.Keluarga ningrat akan menetap namun juga melakukan sedikit perlawanan untuk bisa menghentikan pesugihan ini. Namun usaha ini akan berdampak kecil karena pesugihan ini sudah berjalan. Dimana dalam pesugihan ini, jika ratu dan pengawal sudah didapatkan, maka untuk melakukan penumbalan tidak memerlukan ritual seperti biasa.
Perlahan satu persatu anggota keluarga ningrat meninggalkan pemakaman mas sugeng. Kini hanya tersisa bapak, ibu, mas pangarep dan juga mbak ayu.
‘’Bagaimana langkah selanjutmu, mas arto?’’ Tanya mas pangarep kepada bapak.
Bapak yang masih mengelus-elus nisan mas sugeng langsung beranjak bangkit. Ia menatap ke arah langit untuk sejenak sembari menikmati tetesan hujan yang jatuh secara pelahan.
‘’Hidup ini seperti kita berada di tengah lautan. Terkadang ada badai yang menghampiri kapal kita atau ada perompak yang menjarah seluruh harta kita. Namun jika kita tidak mempersiapkan keduanya, untuk apa kita hidup di dunia?’’
Tanya balik bapak sembari menatap wajah mas pangarep dengan tatapan yang tajam. Mas pangarep merasa tersindir akan hal itu. Dia sendiri belum menentukan langkah selanjutnya ketika tragedi ini terjadi.
Pilihannya yang salah menjadikan mas pangarep dan seluruh anggota keluarga ningrat lainnya tidak bisa menentukan jalan kehidupan selanjutnya.
‘’Menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku?’’ Tanya mas pangarep kepada bapak.
‘’Tentukan hidupmu di sini.’’ Ucap bapak sembari menyentuh dada mas pangarep.
Bapak pun menyuruh kepada ibuku untuk segera meninggalkan pemakaman dan kembali ke rumah.
Hujan perlahan turun. Rintikannya semakin deras dan membasahi tubuh mas pangarep serta mbak ayu yang masih berdiam diri di hadapan pemakaman mas sugeng.
Mereka berdua seperti sedang meratapi nasibnya masing-masing karena telah melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar lagi fatal bagi seluruh anggota keluarga lainnya.
Hari itu masing-masing dari anggota keluarga ningrat harus bisa menentukan kehidupannya masing-masing. Selama raden angkoro masih hidup dan terus menjalankan rencana kematiannya, selama itulah kedamaian dalam hati mereka tidak akan pernah menyala.
Tepat di saat bapak dan ibuku tiba di rumah, mereka langsung terkejut saat melihat seseorang yang dikenalinya sudah berdiri di hadapan rumah. Dia adalah kang waris
‘’Kang waris?’’ Tanya bapak.
‘’Aku sudah mendengar kabar yang memprihatinkan. Raden angkoro telah berhasil menyempurnakan ritualnya.’’ Ucap kang waris.
‘’Benar kang. Kami semua sudah masuk dalam perangkap rencana kematian raden angkoro. Bahkan seluruh anggota keluarga ningrat sendiri telah kehilangan arah.’’ Ucap bapak.
‘’Tidak semuanya.’’ Jelas kang waris.
‘’Maksud kang waris?” Tanya ibu.
‘’Pangarep sudah memperkirakan ini semua. Dia sengaja memanipulasi diri untuk berpura-pura sedih dan merasa kehilangan arah agar semua anggota keluarga ningrat kehilangan kendali hidup mereka dan terjebak di dalam satu rencana.’’ Jelas kang waris.
‘’Satu rencana? Apakah jangan-jangan … ‘’
‘’Mereka bekerja sama lebih jauh dari yang kau tahu. Dalam konsep orang yang melakukan pesugihan, siapa yang bertahan, dia yang akan mendapatkan keuntungan. Sisanya? Harus dijadikan korban dan ditumbalkan.’’
Memang benar apa yang dikatakan kang waris. Mas pangarep hanya berpura-pura sedih dan tidak menampakkan rasa kegelisahannya seperti mbak ina dan juga mbak neneng.
‘’Kau tahu siapa ratu kethek dalam ritual pesugihan ini?’’ Tanya kang waris.
‘’Mbak neneng?” Tanya bapak.
‘’Dia adalah isteri dari mas pangarep!”
Deg! Bapak dan ibuku terkejut. Mereka berdua baru menyadari jika ada salah satu anggota keluarga ningrat yang belum terlihat sampai sekarang. Dia adalah isteri dari mas pangarep, mbak mawar.
Jika memang mbak mawar adalah ratu kethek selama ini, berarti dirinya telah berkoordinasi dengan mas pangarep dan juga raden angkoro untuk mencari pengawal rojo kethek jauh-jauh hari?
Lalu langkah apa yang akan diberikan kang waris agar bisa menyelamatkan mas arto dan seluruh anggota keluarga ningrat agar bisa terlepas dari genggaman raden angkoro?
Apakah dengan melakukan pati obor semuanya akan selesai dan terhindar dari tumbal pesugihan yang akan dijalankan oleh raden angkoro dan juga mas pangarep serta isterinya?
***
Halo semua! Teruntuk part selanjutnya akan ada special chapter. Dimana part ini akan dibahas terkait perjalanan selanjutnya dari raden artonegoro dan juga keluarga ningrat lainnya serta kelahiran anak pertama dari isteri raden artonegoro hingga berlanjut ke 15 tahun ke depan.
BERSAMBUNG
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya