PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 16) - Korban ke Sembilan

Bagian 16 - Korban ke Sembilan
Malam itu bapak dan ibuku sedang berada di ruang tamu. Sembari membicarakan perkembangan dari mas rahardian, ibu juga sempat menanyakan terkait perkembangan dari mas cipto.
Ibu sangat khawatir jika mas cipto bakal menjadi tumbal selanjutnya. Seluruh pertanda yang menjerumuskan kepada mas cipto bahwa dia adalah tumbal selanjutnya benar-benar terlihat dengan jelas.
Apalagi mas cipto menjadi bulan-bulanan dari pengejaran jin kala ireng. Jika kang waris tidak menjaga mas cipto, kemungkinan besar nyawa mas cipto akan melayang dan dinobatkan sebagai tumbal selanjutnya dari rencana yang dijalankan oleh raden angkoro dan juga pak lingga.
‘’Pak? Bagaimana dengan keadaan mas cipto? Perutnya sudah mengecil lagi kan?’’ Tanya ibu.
‘’Alhamdulillah bu. Mas cipto baik-baik saja. Namun serangan yang kedua ini sedikit parah.
Sampai-sampai ada sesuatu benda yang berada di perut mas cipto benar-benar mengerikan.’’ Jelas bapak.
‘’Maksud bapak?’’ Tanya ibu.
‘’Pada serangan yang pertama, dari bagian dubur mas cipto keluar belut. Dan yang sekarang, ketika menggunakan metode telur, sesuatu yang berada di dalam perut mas cipto berisi paku-pakuan dan jenis benda tajam lainnya bahkan serangga-serangga kecil.’’
Tiba-tiba ibuku langsung menutup mulutnya. Ia membayangkan jika serangan itu benar-benar mengena pada dirinya.
Bapak yang melihat hal itu hanya terdiam. Ibu sudah terbiasa sering terbawa suasana orang yang sedang bercerita.
Dia seperti menghayati, meresapi dan merasakannya seperti seolah-olah dia adalah korban dari serangan itu.
Bapak pun mengurut leher ibu. Mungkin penyebab dari kurangnya istirahat adalah sebagai pertanda jika ibu mudah lemas dan merasakan hal-hal sesensitif itu.
‘’Sudahlah bu. Sebentar lagi kita akan menghentikan itu semua.’’
Ibu menatap wajah bapak. Warna hitam matanya sedikit meninggi seperti menandakan rasa ketidak percayaan diri terhadap apa yang dikatakan oleh bapak.
‘’Pak! Raden angkoro bukan orang biasa. Dia yang sudah membunuh mbak ina, sugeng dan juga ibu (nyi endang). Belum lagi bergabungnya pak lingga yang berasal dari ranah pemerintahan. Mereka semua sulit untuk ditumbangkan.’’ Jelas ibu.
Bapak hanya mengangguk paham. Ia mengerti maksud dari ibu. Namun ibu masih belum mengerti tentang sesuatu hal yang terjadi di dunia ini bukan terjadi karena apa yang kita pikirkan.
Melainkan di balik itu semua ada campur tangan Tuhan yang kebetulan sedang memberikan sebuah percobaan kepada makhluknya ketika diberikan kemudahan.
Jika manusia ini pandai bersyukur, mungkin dia tidak akan melakukan hal itu.
Namun jika yang diprioritaskan adalah standar kehidupan yang tinggi. Gaya melejit namun hal yang berasaskan kepada kemanusiaan sungguh pelit.
Malam itu bapak mengajak ibu untuk tidur lebih dulu. Bapak tidak mau jika ibu selalu memikirkan hal-hal yang buruk terlebih lagi kepada sesuatu yang membuat pikirannya hanya terjebak kepada rasa sedih yang berkepanjangan.
Akan tetapi bapak lebih memilih untuk tidur di ruang tamu. Bapak ingin menjaga ibu dan juga mas rahardian. Feeling bapak seperti mengatakan ada sesuatu yang berbeda di malam ini.
Bapak merasa ada tamu yang datang untuk sekedar menengok atau memang ini memberikan kejutan yang tidak terduga.
Yang bapak takutkan hanya satu. Jika dia tertidur di dalam kamar, takutnya tamu itu adalah tamu ghaib yang mungkin saja bisa masuk dengan atau tanpa keinginannya.
Lalu dia membawa sesuatu yang sifatnya mungkin tidak baik bagi isteri dan juga anaknya. Entah ini serangan yang sama seperti serangan yang diberikan kepada mas cipto, atau memang memiliki perbedaan dari segi serangan namun resikonya sangat membesar.
Bapak tidak mengambil langkah itu. Bapak lebih baik tidur di luar untuk melindungi mereka berdua dari pada dia tidur nyenyak di kasur namun kedua orang yang dicintainya menderita karena keberadaan dirinya.
Semilir angin malam berhembus di luaran. Suaranya yang sangat familiar ketika menggugurkan angin membuat bapak terkadang terbangun lalu memejamkan matanya lagi.
Bapak tidak tenang. Kali ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena mungkin ada sesuatu perasaan yang membuatnya janggal dan khawatir akan keberadaan isteri dan juga anaknya. Dan benar saja ketika jam 01.00 diri hari, ada tamu yang datang.
Lampu yang semula menyala tiba-tiba saja langsung mati dengan sendirinya. Suara angin yang berada di luaran rumah kini berganti menjadi suara aneh yang muncul secara misterius.
Seperti suara orang yang sedang geram.
Eramannya benar-benar terdengar dengan jelas persis di hadapan wajah bapak. Ingin rasanya bapakku ingin membuka kedua matanya. Namun apa daya rasa kantuk ini benar-benar memperbudak dirinya.
Lalu, suara itu semakin kencang…
‘’Rrrrrr…..‘’
Bapak masih tetap memejamkan kedua matanya. Sembari mencoba untuk tenang, bapak rasa suara itu berasal dari sugestinya. Ia mencoba untuk tidak terlalu panik ketika ada sesuatu yang membuatnya terasa tertekan.
Karena jika memang itu adalah sebuah kiriman yang berasal dari raden angkoro, sudah pasti sosok itu adalah jin kala ireng.
Dan memang ketika sudah di masa lelah-lelahnya tubuh terasa tidak bisa bergerak apa-apa lagi, energi bapak menjadi terkuras dengan cepat.
Selain itu ia juga tidak bisa melakukan apapun untuk mengatasi hal tersebut.
Tidak lama kemudian ada sesuatu yang memegang wajah bapak. Tangannya yang kasar serta kukunya yang tajam membuat bapak pun terkejut.
Bapak pun membuka matanya secara perlahan. Lalu pandangannya kini tertuju pada sebuah tangan yang setiap kukunya sangat panjang dan tajam. Warnanya juga sedikit unik. Di bagian ruas jarinya terdapat corak warna hitam legam namun sedikit kemerahan.
Tidak lama kemudian, sosok tersebut perlahan mencekik leher bapak. Awalnya kekuatan dari cekikan itu terasa sangat ringan. Namun lama kelamaan cekikannya begitu terasa kuat.
‘’Astaghfirullah…‘’
‘’Rrrrrrrrrr…‘’
Suara dari jin kala ireng benar-benar membuat telinga bapak berdenging kencang. Wajahnya yang amat mengerikan seperti memberikan rasa takut kepada bapak.
Namun karena memang bapak telah terlatih untuk bisa menghadapi sosok-sosok yang memang bersinggungan dengannya, mulut dan hati bapak terus bergumam untuk menyebut asma-asma Allah.
Tujuannya adalah agar segala gangguan yang memang mengarah kepadanya tidak bisa membuat bapak celaka, atas bantuan tuhan, semuanya akan sirna.
Sosok itu terus mencekik bapak hingga sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Badan bapak yang seharusnya memberontak, kini kedua kakinya benar-benar tertahan hingga tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali.
Sesaat kemudian jin kala ireng itu berlari ke arah belakang pintu rumah. Sebenarnya bapak ingin sekali mengejar sosok tersebut, namun semenjak jin kala ireng itu menduduki tubuhnya, tubuh bapak pun tidak bisa digerakkan sama sekali.
Bapak pun mencoba untuk menenangkan diri. Nafasnya masih belum normal. Entah apa yang baru saja terjadi sampai-sampai jin kala ireng mendatangi rumahnya dengan raut wajah yang benar-benar menyeramkan.
Selain itu, bapak menyadari jika jin kala ireng yang ditemuinya sekarang berbeda dengan jin kala ireng yang ditemui bapak sebelumnya.
Sepertinya dengan bergabungnya pak lingga ke dalam barisan raden angkoro, hal ini membuat sosok jin kala ireng menjadi sosok yang memiliki energi yang sangat menyeramkan.
Jika memang benar, berarti dukun yang dipekerjakan oleh pak lingga telah berperan besar sampai-sampai membuat sosok jin kala ireng ini terlihat sangat-sangat sempurna.
Tidak ada lagi yang bisa bapak lakukan selain melanjutkan tidur. Bapak mencoba untuk memejamkan matanya sejenak. ia berharap kejadian itu hanyalah kejadian kecil yang tidak akan terulang kembali.
Saat mata bapak terpejam, bapak segera melupakan malam itu. Ia tidak mau mengingatnya. Bapak benar-benar ingin menghapus ingatan itu ketika lehernya dicekik sampai benar-benar tidak bernafas. Bapak kira ini adalah akhir dari hidupnya.
Namun lagi-lagi Tuhan selalu memberikan jalan yang aman bagi hambanya yang benar-benar ta’at kepadanya.
Keesokan harinya saat dimana ibu sudah terbangun terlebih dahulu, ia melihat wajah bapak sedikit lebam-lebam.
Ibu yang melihat wajah bapak langsung terkejut.
Yang ibu takutkan adalah semalam tadi bapak baru saja melawan maling yang mencoba merampok rumahnya.
‘’Pak! Bangun pak! Wajah bapak kenapa?’’ Tanya ibu kepada bapak.
Bapak pun langsung mengucek kedua matanya. Lalu tangan kanannya langsung memegang pipi sebelah kanannya yang sedikit terasa sakit. Begitu juga bagian lehernya, cengkraman semalam yang dilakukan oleh jin kala ireng ternyata memberikan dampak yang serius bagi tubuh bapak.
‘’Semalam ada maling?’’ Tanya ibu.
Bapak hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiba-tiba kedua tangan bapak langsung memeluk tubuh ibu.
Bapak meneteskan air matanya tepat dipelukan ibu.
Sembari meneteskan air mata, tiba-tiba kalimat yang mengerikan terucap dari mulut bapak saat itu,
‘’Bu! Tolong jaga rahardian ya. Kalau semisal bapak tidak bisa selesaikan pesugihan ini, tolong bawa lari rahardian. Jangan sampai dia tahu, kalau saudara-saudaranya melakukan praktik terlarang ini.’’ Ucap bapak.
Ibu pun langsung melepaskan pelukan itu. Raut wajah ibu seketika berubah. Ada rasa cemas dalam hatinya. Siapa tahu apa yang memang ibu rasakan benar-benar sama seperti apa yang bapak rasakan saat itu.
‘’Pak? Semalam siapa yang datang?” Tanya ibu.
‘’Kiriman dari raden angkoro bu.’’ Jelas bapak.
‘’Siapa?’’
‘’Jin kala ireng.’’
Ibu pun mengusap air mata bapak yang bercucuran. Ada perasaan aneh yang ibu rasakan sewaktu dirinya mengusap air mata bapak.
Air mata itu terasa sangat hangat dan tulus.
Tampaknya kedatangan jin kala ireng itu memiliki maksud lain.
‘’Ini gak ada kaitannya sama msa cipto kan pak?’’ Tanya ibu.
Bapak menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak tahu apa maksud kedatangan dari jin kala ireng itu.
‘’Bisa jadi jin kala ireng itu mau membunuh bapak bu.’’ Jelas bapak.
‘’Astaghfirullah, pak Istighfar…‘’
‘’Bapak serius bu.’’
‘’Jadi luka lebam di pipi dan leher ini akibat ulah jin kala ireng?”
Bapak menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menceritakan secara detail kejadian itu kepada ibu.
Baru kali ini bapak merasa ketakutan. Ketakutan yang mendalam bukan karena serangan itu.
Namun selain nyawanya yang menjadi taruhannya, bapak juga belum bisa menyelamatkan orang-orang yang ada di sekitarannya.
Dampak dari bersatunya pak lingga dan raden angkoro benar-benar memberikan ketakutan bagi bapak sendiri.
Belum ada cara bagaimana untuk bisa memisahkan mereka berdua. Mereka berdua tahu jika orang terpenting yang sekarang masih tertawan adalah mas cipto.
Mungkin dengan ditawannya mas cipto, mereka berdua memiliki rencana lain yang salah satunya adalah menyerang bapak.
Jika menyerang bapak adalah sebagai salah satu strategi yang direncanakan oleh raden angkoro dan pak lingga, maka dengan terpaksa kang waris akan melepaskan mas cipto.
Teka-tekinya sangat mudah. Jika mas cipto dilepaskan dari penjagaan kang waris, maka pak lingga dan raden angkoro akan membunuh mas cipto. Dengan begitu tragaedi pabrik bawang akan tertutup rapat.
Orang-orang dan para warga secara perlahan akan melupakan kasus itu. Para wartawan akan kembali mencari berita yang sedang ramai.
Anggota pemerintahan juga kembali sibuk menyampaikan aspirasinya kepada masyarakat biasa agar mampu dimanipulasi dengan tujuan untuk menjaga nama baik.
Raden angkoro dan pak lingga. Dua orang ini benar-benar sangat berbahaya. Saking berbahayanya, orang-orang tidak tahu jika kejahatannya benar-benar telah melewati batas!
Akhirnya ibu pun merawat bapak untuk sementara waktu. Atas kejadian ini ibu benar-benar menjaga bapak dan juga mas rahardian. Ibu tidak mau jika nantinya jin kala ireng itu akan kembali meneror bapak dan juga mas rahardian.
Karena jika hal itu sampai terjadi, maka akan ada korban yang berjatuhan!
Sementara itu…
‘’Kang mas arto gak ke sini ya?” Tanya mas cipto sembari memandangi kang waris yang sedang menyirami sebuah bunga yang sudah layu.
Kang waris hanya terdiam. Ia tidak menjawab pertanyaan mas cipto. Tatapan kang waris masih tertuju kepada tanaman bunga tersebut.
‘’Kang? Itu kang bunganya layu? Kok masih disirami?’’ Tanya mas cipto.
‘’Ini bukan bunga biasa.’’ Jelas kang waris.
‘’Maksud kang waris?”
‘’Bunga ini melambangkan keberadaan seseorang. Setiap bunga di sini adalah penggambaran dari keadaan seseorang yang sudah kukenal dekat. Jika bunganya layu, maka ada banyak kemungkinan yang bisa ditafsirkan.’’
Ucapan kang waris pun membuat mas cipto terdiam.
Ia yang awalnya banyak bicara, kini akhirnya terdiam. Mas cipto tidak berkata apapun sebelum kang waris menjelaskannya secara detail maksud dari bunga yang layu itu.
‘’Sepertinya ada alasan kenapa mas arto tidak datang ke sini.’’ Jelas kang waris.
‘’Alasan?’’ Tanya mas cipto.
‘’Benar. Ini ada kaitannya dengan serangan yang tidak bisa diperkirakan dan ditentukan kedatangannya.’’ Jelas kang waris.
Kang waris pun membalikkan badannya. Kini tatapan kang waris hanya tertuju kepada masa cipto.
Tatapannya benar-benar tajam. Sampai-sampai tatapan itu seperti mendiskriminasi mas cipto yang tampak canggung dan ketakutan.
‘’Ada apa kang?” Tanya mas cipto.
‘’Malam ini mereka akan datang.’’ Jelas kang waris.
‘’Siapa kang?”
‘’Sesuatu yang menyerang mas arto!”
Malam harinya ibu masih menjaga bapak. Suhu tubuh bapak tiba-tiba naik dengan drastis.
‘’Pak?…‘’ Ucap ibu.
Bapak hanya terdiam. Ia tetap memejamkan kedua matanya dengan tenang. Ibu yang kebetulan sangat perasa, ia sangat khawatir dengan keadaan bapak.
‘’Kok perasaanku gak enak ya?”’ Tanya ibu sembari memijati tubuh bapak.
Sementara itu…
Kang waris menyuruh mas cipto untuk menutup semua jendela dan pintu. Kang waris merasa akan ada sesuatu yang tiba di rumahnya dengan tujuan membunuh yang begitu kuat.
‘’Tutup semuanya!’’ Jelas kang waris.
Mas cipto pun menutup semua pintu dan jendela rumah. Ia mengikuti semua arahan yang diberikan kang waris kepadanya. Setelah pintu dan jendela tertutup, mas cipto pun pergi ke dapur.
Tujuan awalnya adalah untuk mengambil minuman untuk kang waris, namun tidak lama kemudian ia berteriak dengan sangat kencang.
‘’TOLONGGGGGGG….!”
Sontak saja hal ini membuat kang waris langsung berlari ke arah dapur. Kang waris merasa jika dirinya sudah kecolongan sampai-sampai sosok yang merupakan kiriman itu sudah lebih dulu mendatangi rumahnya.
Saat kang waris menuju dapur, ia melihat seseorang dengan menggunakan blangkon khas jawanya sedang mencekik leher mas cipto.
‘’ANGKOROOOOO!”
‘’Bagaimana kabarmu waris?’’
Raden angkoro tersenyum lebar. Ia sendiri masih kebingungan, bagaimana raden angkoro bisa masuk ke dalam rumahnya.
Padahal seluruh pintu dan jendelanya benar-benar sudah tertutup rapat.
‘’Ini adalah penghalang bagiku, waris. Jika orang ini dibiarkan hidup maka tragedi pabrik bawang akan terungkap.’’ Jelas raden angkoro.
Tiba-tiba urat di leher mas cipto terlihat dengan jelas. Sepertinya raden angkoro telah melakukan sesuatu kepada mas cipto.
‘’Hentikan!’’ Teriak kang waris.
‘’Tidak bisa waris. Ini adalah tumbal ke-sembilan. Ngipri kethek-ku tidak harus menggunakan rojo atau ratunya. Karena rojo dari kethek sendiri sudah menyatu dengan tubuhku.’’ Jelas raden angkoro.
Tangan raden angkoro pun langsung melepaskan mas cipto. Bersamaan dengan itu tubuh mas cipto kejang-kejang.
Dari mulutnya keluar cairan putih seperti busa. Lalu perut dari mas cipto kembali membesar.
‘’Jika ingin selamat, maka hiduplah dengan normal. Kelak aku tidak akan mengganggumu.’’ Raden angkoro pun perlahan mundur ke arah pintu belakang. Ia hendak melarikan diri. Kang waris berencana untuk mengejarnya.
Namun melihat kondisi mas cipto yang sudah sangat mengkhawatirkan, kang waris pun membawa mas cipto ke ruangannya dan lebih memilih untuk menyelamatkan mas cipto terlebih dulu.
Akan tetapi saat kang waris ingin mengeluarkan sesuatu yang tertanam di bagian perut dan juga tubuh dari mas cipto, tiba-tiba perutnya yang membengkak, kini meledak dan hancur berantakan!
Kang waris yang melihat fenomena tidak biasa itu benar-benar terkejut. Seluruh organ dalam dari mas cipto berhamburan kemana-mana. Ruangan tempat dimana kang waris biasa menyembuhkan pasiennya menjadi penuh dengan darah.
Kang waris yang melihat kejadian itu tertegun hanya bisa terdiam dengan tatapan yang tidak tahu harus bagaimana. Pasalnya ia benar-benar terkejut melihat perut dari mas cipto yang tiba-tiba meledak begitu saja.
Selain itu, saat kang waris menatap wajah mas cipto, mas cipto mengucapkan kata perpisahan untuk terakhir kalinya,
‘’TOOO–LOOONG… SEEE-LAMAATTT-KAANNN TE----MANNN KUUUU! DIAA-AAA BAA—WAAAHAANN DAA-RIIIII PAKKK LII—NGGAAAA!’’
‘’Bawahan pak lingga?’’
Tidak lama kemudian tubuh mas cipto tidak bergerak sama sekali. Ia meninggal dunia dengan cara yang paling mengenaskan.
Kang waris pun berteriak kencang. Ia menyesali kejadian itu karena tidak bisa membantu bahkan menyelamatkan orang-orang terdekatnya.
Padahal mas cipto adalah pion terpenting untuk membongkar lebih dalam terkait pak lingga dan juga raden angkoro.
Namun dengan kematian dari mas cipto, maka semua yang direncanakan oleh kang waris dan juga bapakku benar-benar telah usai.
Kang waris tidak memiliki pilihan lain selain melakukannya sendiri bersamaan dengan bapak. Namun kang waris masih teringat dengan pesan terakhir dari mas cipto.
Ia mengatakan ada salah satu dari bawahan pak lingga yang kebetulan bukan bagian ritual pesugihan dari raden angkoro dan juga pak lingga.
Mas cipto meminta kepada kang waris untuk menyelamatkannya dari cengkraman raden angkoro dan pak lingga. Lalu siapakah orang tersebut yang dimaksud? Apakah orang tersebut bisa membantu untuk membongkar semua rencana dari raden angkoro dan juga pak lingga?
BERSAMBUNG
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya