PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 17) - Penjara dan Neraka

Bagian 17 - Penjara dan Neraka
Kematian mas cipto merupakan pertanda awal terjadinya sebuah petaka dari segala ranah. Kang waris sudah siap dengan apa yang memang ingin dilakukan oleh raden angkoro jika target berikutnya adalah dirinya.
Berita kematian mas cipto pun akhirnya terdengar di telinga bapak dan juga ibu. Mereka berdua lantas menuju ke rumah kang waris untuk melihat jasad mas cipto untuk terakhir kalinya.
Karena kebetulan rumah kang waris sendiri berlokasi di tempat yang sangat jauh dari keramaian warga, akhirnya mas cipto pun dimakamkan di sekitaran rumah kang waris.
‘’Demi darah yang menetes di tanah yang gersang. Demi teriakan yang menggelegar di ruangan yang kedap. Aku! Aku akan balaskan kematian cipto!’’ Ucap kang waris.
Kang waris sendiri sudah semakin geram dengan semua yang dilakukan oleh raden angkoro dan juga pak lingga.
Dua manusia iblis ini sungguh sangat kejam. Jika tidak dihentikan, maka tumbal akan terus berjatuhan.
Mereka yang tidak bersalah akan menjadi korban dari pesugihan ngipri kethek yang mereka lakukan.
Bapak merasakan apa yang dirasakan oleh kang waris. Begitu juga dengan ibu. Orang-orang yang berada di sekitaran mereka benar-benar telah hilang dan menjadi korban dari tumbal pesugihan yang dilakukan oleh raden angkoro.
‘’Apa rencana kita kang?’’ Tanya bapak.
‘’Ada pesan terakhir yang disampaikan oleh cipto sebelum dia meninggal.’’ Jawab kang waris.
‘’Pesan terakhir?’’
‘’Iya benar. Pesan itu tertuju kepada teka-teki dari pabrik bawang dan juga petunjuk dari ritual pesugihan ini.’’
Bapak mulai berpikir keras. Siapa orang yang dimaksud oleh mas cipto sendiri. Jika memang orang tersebut berasal dari raden angkoro, apakah itu mas pangarep? Atau mbak ayu? Atau mbak neneng?
Akan tetapi jika memang orang itu bawahan langsung dari raden angkoro, mana mungkin kang waris tidak mengetahuinya.
Yang pasti orang tersebut adalah orang yang belum dikenal oleh bapak dan juga kang waris.
Kemungkinan besar, ada sesuatu yang terjadi sebelum ritual pesugihan di pabrik bawang itu dilakukan.
Jika memang benar, maka bapak akan memiliki perspektif macam ini:
1.Orang tersebut adalah orang yang mungkin pernah berhubungan dengan mas cipto. Setidaknya jika memang itu adalah teman mas cipto, maka hubungan mereka berdua pastilah sangat dekat.
2.Orang tersebut sekarang berada di dalam cengkraman salah satu dari pelaku. Baik itu raden angkoro ataupun pak lingga. Namun jika bukan keduanya, maka ada pihak lain yang bermain di belakang layar yang mana keberadaannya sangat dirahasiakan.
3.Jika orang tersebut tahu akan ritual yang terjadi di tragedi pabrik bawang, kemungkinan besar orang tersebut memang sedang bersembunyi untuk menghindari konflik yang berlangsung.
4.Bisa jadi persembunyiannya ditujukan karena rasa takut akan ‘’garis tumbal’’ selanjutnya. Pasalnya orang itu adalah orang terdekat dari mas cipto.
5.Namun jika memang orang itu sendiri mengetahui ritual tersebut, kemungkinan besar dia juga berkeinginan untuk menolong namun tidak memiliki kekuatan ataupun memilih menghindar dan menunggu waktu yang tepat untuk meledakkan semua informasi
yang ia tahu selama tragedi dari pabrik bawang itu sendiri. Bapak mulai paham. Ternyata orang tersebut adalah orang yang mungkin saja menjadi kunci utama untuk membongkar kebusukan yang dilakukan oleh raden angkoro dan juga pak lingga.
Jika tidak cepat bertindak, maka semua yang akan terjadi pastinya akan sesuai dengan rencana yang dilakukan oleh raden angkoro dan juga pak lingga.
Kang waris mulai beranjak bangkit. Ia menatap pepohonan yang dari banyaknya pohon tersebut hanya satu yang tumbang.
Itu menandakan tumbal masih bisa dihentikan. Pesugihan masih bisa diperlambat atau mungkin saja dibatalkan jika ada salah satu dari mereka terbunuh atau mati.
‘’Kang kemana kita harus mencari?’’
‘’Pabrik bawang!’’
Deg! Bapak terkejut saat mendengar hal itu.
Sedikit agak aneh jika kang waris mengatakan jika lokasinya berada di pabrik bawang.
Secara fakta, mas cipto sendiri melarikan diri karena dia adalah orang yang tahu ketika kejadian itu berlangsung.
Namun jika memang apa yang dikatakan oleh kang waris itu adalah kebenaran, maka orang itu sedang menyamar sebagai orang biasa dengan tujuan untuk mengetahui gerak-gerik dari raden angkoro dan juga pak lingga.
‘’Kita berangkat sore ini.’’ Jelas kang waris.
‘’Berangkat ke pabrik itu kang?’’ Tanya bapak.
‘’Iya benar. Kita harus segera menyelamatkan orang tersebut.’’
‘’Tapi kan…‘’
‘’Seluruh orang yang berada di sana berada di dalam kendali pemilik dari pabrik itu yaitu raden angkoro. Namun bukan berarti dari pak lingga sendiri tidak mengetahui sedikit pun pengetahuan tentang ritual ini.’’
Sembari meninggalkan pemakaman, kang waris dan bapak masih membahas terkait teka-teki yang belum juga usai.
‘’Pastinya karyawan di sana disuruh untuk menutup mulut mereka atau jika tidak…‘’ Potong kang waris dengan nada datarnya.
‘’Jika tidak kenapa kang?” Tanya bapak.
‘’Mereka akan dijadikan tumbal.’’
‘’Jika memang benar apa yang dikatakan kang waris benar, berarti setiap bulan atau tahunnya akan ada penyusutan karyawan di pabrik itu sendiri. Dan penyusutan itu diakibatkan oleh ritual yang dilakukan oleh raden angkoro dan juga pak lingga?’’ Tanya bapak kepada kang waris.
Kang waris mengangguk sebagai tanda menyetujui opini yang dikemukakan bapak terkait cara kinerja dari ritual itu sendiri.
‘’Masih ingat dengan kasus kematian mas sugeng?’’ Tanya kang waris.
‘’Ingat. Aku tahu itu.’’ Ucap bapak.
‘’Mereka semua sudah tahu jika mas sugeng akan ditumbalkan kecuali mbak ina. Namun mereka semua memanipulasi dirinya sendiri agar tidak dijadikan tumbal!” Jelas kang waris.
‘’Jadi para karyawan yang bekerja di sana…‘’ Ucap bapak.
‘’Harus sudah siap menerima resikonya jika suatu saat salah satu diantara mereka akan ditumbalkan!”
Sementara itu…
Suasana di pabrik bawang kembali normal. Para karyawan tetap berangkat untuk memenuhi target dari apa yang pemilik pabrik itu minta.
Sedangkan di sisi lain, ada sebuah perkumpulan yang sedang berbisik-bisik. Mereka seperti sedang merencanakan sesuatu.
Entah apa yang mereka inginkan sampai-sampai pembahasannya sangat tertutup dan bersifat rahasia.
‘’Kita harus kabur dari pabrik ini!’’ Ucap salah satu karyawan dalam perkumpulan itu.
‘’Benar! Kita harus kabur dan kembali kepada keluarga kita masing-masing! Jika tidak, kita akan ditumbalkan seperti haji dullah dan juga cipto!’’
Ternyata kematian dari mas cipto sudah lebih dulu tersebar oleh karyawan sekitar. Ada salah satu dari mereka yang mendengar percakapan antara raden angkoro dan seseorang.
Entah siapa orang tersebut, tampaknya orang itu sendiri adalah orang yang bekerja sama dengan raden angkoro dan juga salah satu pejabat yang mungkin saja masih ada kaitannya di antara mereka semua.
‘’Raden angkoro ngobrol dengan siapa?’’ Tanya salah satu orang dari perkumpulan itu.
‘’Aku tidak begitu kenal. Tapi aku sempat mendengar panggilan yang diberikan raden angkoro kepada orang tersebut. Namanya adalah….‘’
‘’Siapa?’’
‘’Raden Jogopati!’’
TRANG!!
Tiba-tiba ada salah satu karyawan yang entah mengapa terjatuh dari lantai dua. Lalu ketika terjatuh, kepalanya langsung hancur berantakan. Bersamaan dengan itu seseorang yang disebut dengan Raden jogopati akhirnya muncul.
Ia kemudian berjalan ke arah karyawan itu sembari mengambil sedikit darah yang bersimbah di lantai.
‘’Apakah salah satu dari kalian ada yang membicarakanku?” Tanya raden jogopati kepada ratusan karyawan yang berada di hadapannya.
Para karyawan dibuat merinding oleh raden jogopati. Ia sendiri baru pertama kali melihat orang tersebut berada di dalam pabrik.
Wibawa dan auranya benar-benar menakutkan.
Sekalinya berbicara, seluruh tubuh para karyawan yang berada di tempat tersebut dibuat merinding oleh raden jogopati.
‘’Kalian tahu? Jika ada seseorang yang memang bertingkah brengsek kepadaku, maka ada satu korban yang akan mati!”
Seluruh karyawan terdiam. Raden angkoro pun tiba-tiba mendatangi lokasi keramaian itu. Ia segera menerobos banyak karyawan yang memadati pemandangan di hadapannya.
‘’Minggir! Minggir!’’
Pak lingga, orang yang selalu berada di samping raden angkoro juga mengikuti langkah dari raden angkoro. Mereka berdua penasaran terkait apa yang baru saja terjadi sampai-sampai para karyawan tidak berkutik sedikit pun.
Saat mereka berdua sudah menerobos ke bagian depan, tiba-tiba raden angkoro dan juga pak lingga langsung terkejut saat melihat salah seorang karyawannya sudah meninggal dunia dengan bagian kepalanya yang sudah hancur.
‘’Angkoro!’’
Raden angkoro langsung melihat seseorang yang berada di karyawan yang sudah tewas itu.
‘’Kang… mas…‘’ Ucap raden angkoro.
‘’Ada salah seorang karyawanmu yang akan membongkar rahasia dari pabrik ini dan juga aibmu kepada orang lain! Bunuh dia sebelum dirimu yang terbunuh!’’
‘’Si-siap kang mas.’’ Ucap raden angkoro dengan wajah menunduk seperti merasakan aura besar yang sangat dahsyat yang terpancarkan dari orang itu yang ternyata adalah Raden Jogopati.
Raden jogopati pun meninggalkan lokasi tersebut. Ia kembali berjalan menuju ke lantai dua. Dan yang mengerikannya lagi, ketika raden jogopati berjalan tidak ada satu suara pun yang terucap dari mulut para karyawan atau orang-orang yang berada di sekitaran.
Mereka memilih diam ketimbang mati di tempat.
Sementara itu, raden angkoro dan pak lingga segera menyuruh para karyawan yang berada di sekitaran untuk mengangkat karyawan yang sudah meninggal itu.
Beberapa karyawan pun akhirnya memindahkan karyawan yang sudah meninggal itu ke sebuah ruangan. Sedangkan yang lainnya, mereka semua kembali bekerja.
Raden angkoro dan pak lingga pun memasang wajah yang penuh khawatir. Mereka berdua merasakan sesuatu yang tersembunyi yang baru saja diucapkan oleh raden jogopati.
***
Bagian Akhir - Komuni
Keesokan harinya, rumor pun kembali beredar. Baru beberapa hari pabrik bawang itu memakan tumbal, kini tumbal yang sama kembali jatuh lagi.
Bedanya, korban yang baru saja meninggal dunia ini diklarifikasi meninggal karena kecelakaan.
Namun penyebab dari kecelakaan itu sendiri masih benar-benar absurd dan penuh tanda tanya.
Pasalnya ketika raden angkoro dimintai keterangan, ia menjawab tidak secara detail oleh kepolisian setempat. Namun pak lingga lagi-lagi mengambil langkah. Ia meminta kepada pihak kepolisian untuk tidak mengambil lebih dalam informasi yang masih belum diketahui kejadiannya.
Dan orang yang pertama yang memberitakan hal itu kepada bapak adalah ibu. Ibu segera memberitahu bapak terkait korban terbaru dari pabrik bawang.
‘’Pak! korban lagi! Pabrik bawang pak!”
‘’Hah? Serius?’’
‘’Iya pak. Tapi katanya, kematian orang itu gara-gara kecelakaan biasa.’’
Bapak pun membaca dengan seksama berita media cetak itu. Di Koran itu wartawan sempat juga memotret seseorang yang berada di kerumunan.
Orang itu ada di belakang tepat raden angkoro ketika sedang dimintai keterangan.
‘’Bu? Ibu kenal orang yang di belakang raden angkoro? Kok bapak baru tahu ya?’’ Tanya bapak.
Ibu memperhatikan orang yang dimaksud oleh bapak. Tubuhnya yang tinggi, perawakannya yang benar-benar besar dengan menggunakan kacamata hitam sedang melihat raden angkoro sewaktu diberikan wawancara oleh para wartawan lokal.
‘’Ibu gak kenal pak.’’
‘’Serius bu? Apa ia termasuk dari keluarganya?’’
Tanya bapak ketika sedikit memirip-miripkan bentukan dari bibir raden angkoro dan juga orang yang dimaksud.
Ibu pun kembali memikir-mikirkan sesuatu. Ia seperti mengingat ada yang terpikirkan olehnya terkait apa yang baru saja dikatakan oleh bapak.
‘’Apa jangan-jangan?’’ Tanya ibu.
‘’Apaan bu?’’
‘’Dia adalah bagian dari keluarga brotoseno?”
‘’Hah? Bukannya hanya raden angkoro dan juga raden suropto?’’ Tanya bapak. Bersaman dengan itu, tiba-tiba kang waris mendatangi mereka berdua yang sedang asik membahas pabrik bawang di depan rumah.
‘’Assalamu’alaikum…‘’
‘’Wa’alaikum salam,… Eh kang waris.’’
‘’Ada apa ini?’’ Tanya kang waris.
Ibu pun langsung meminta bapak untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi di berita cetak itu.
‘’Masih pabrik bawang kang.’’ Ucap bapak.
‘’Maksudnya?” Tanya kang waris.
‘’Ada korban lagi yang berjatuhan.’’ Kang waris pun langsung meraih Koran itu. Ia kemudian melihat foto raden angkoro yang sedang diwawancara oleh wartawan tepat di depan pabriknya.
Setelah ia menatap raden angkoro, tiba-tiba pandangan kang waris tertuju kepada salah seorang yang berdiri sembari mengenakan kacamata hitam.
‘’Orang ini…‘’ Ucap kang waris ketika mengetahui orang yang sepertinya dikenal olehnya.
‘’Kang waris kenal?’’ Tanya bapak.
‘’Aku mengenalnya…‘’
Kang waris pun langsung merendahkan tubuhnya dan mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Ia menghela nafas sejenak ketika mendapati sebuah masa lalu yang kembali terbuka di masanya saat ini.
‘’Dia siapa kang?”
‘’Aku memaklumi jika kalian tidak tahu. Yang tahu soal ini hanyalah aku dan mas krishna.’’ Ucap kang waris.
‘’Mas krishna?’’ Tanya bapak.
‘’Dia mengetahui orang itu karena manuskrip dari trah yang tertulis, dia sudah mengenal semua.’’ Jelas kang waris.
Bapak paham alasan mengapa kang waris baru mengatakan hal ini. Menurutnya kang waris belum bisa menentukan secara pasti dalang dari pesugihan ini.
Dengan bermunculannya orang-orang baru, ini menandakan apa yang terjadi di masa lalu sangat berpengaruh di masa kini.
Kejadian yang terjadi karena pergusuran orang-orang ningrat oleh para penjajah di masa penjajahan belanda, menyebabkan bermunculannya orang-orang yang dulunya hanya bersembunyi di balik layar, kini kembali bermunculan ke permukaan untuk mengambil alih apa yang memang sebelumnya telah dijarah.
Selain itu juga, banyaknya keturunan yang belum diketahui sangat berpengaruh besar dengan keberadaan orang-orang ningrat yang sekarang.
Terlebih lagi, mereka yang memang sudah melenceng dari ajaran agama dan norma, dengan percaya dirinya,
keberadaan mereka terus menerus memberikan arus yang tidak baik untuk memunculkan para keturunan rengget yang lain.
Menurut kang waris, kemunculan salah seorang yang memang berasal dari keluarga brotoseno ini adalah momen yang tepat.
Pasalnya dengan kemunculan orang tersebut, kang waris mampu menyempitkan rumusan masalah terkait dengan ritual pesugihan yang dilakukan oleh raden angkoro dan juga salah seorang pejabat yang bernama pak lingga.
Keberadaan raden angkoro yang dijadikan sebagai tombak dari keluarga brotoseno dan juga keluarga ningrat inilah yang membuat kang waris mampu menyimpulkan sesuatu yang memang di luar nalar.
‘’Jika keberadaan raden angkoro di sini adalah sebagai penggerak, berarti orang tersebut adalah otak dari pesugihan itu sendiri.’’ Jelas kang waris kepada bapak dan juga ibuku.
‘’Jadi? Menurut kang waris, raden angkoro dan juga pak lingga berperan sebagai tokoh lain dalam kejadian ini?’’ Tanya bapak.
‘’Tidak. Mereka berdua adalah boneka yang dikendalikan oleh salah seorang yang mungkin saja memiliki kelebihan tinggi.’’ Jelas kang waris.
Kang waris pun beranjak bangkit. Ia kemudian mendekati mas rahardian yang masih diemban oleh ibuku.
‘’Kau masih ingat dengan mimpimu?’’ Tanya kang waris.
‘’Mimpi? Terkait apa kang?’’
‘’Selain rahardian, kau juga akan dibuahi seorang anak. Dia adalah seorang wanita cantik yang pemberani dan juga sebagai penyelesai dari pesugihan ini.’’ Jelas kang waris.
Kang waris mengusap-ngusap kepala mas rahardian. Sesekali mulutnya berkomat-kamit seperti sedang dibacakan sesuatu oleh kang waris.
Entah apa yang dibacakan olehnya, tapi bapak yakin jika kang waris memberikan bacaan do’a untuk keselamatan mas rahardian.
Setelah selesai mengusap kepala mas rahardian, kang waris pun menatap ke arah langit yang sedikit mendung cuacanya.
‘’Tragedi Peteng pati. Itu adalah tragedi yang sangat memilukan hingga membuat adanya pesugihan dari keluarga ningrat sendiri di tempat ini.’’ Jelas kang waris.
Bapak hanya terdiam. Dia belum mengerti sedikit pun terkait dengan tragedi peteng pati yang baru saja diucapkan oleh kang waris.
‘’Tragedi itu hampir membunuh banyak orang dari keluarga ningrat. Mereka yang dibunuh karena alasan tidak mau menunduk kepada para penjajah di masa dulu.'
Selain itu, tragedi peteng pati juga membuat perpecahan antar sesama keturunan keluarga ningrat lainnya.’’ Jelas kang waris.
Bapak dan ibu fokus mendengarkan penjelasan kang waris terkait tragedi peteng pati yang dimaksud.
‘’Mereka yang memiliki kanuragan ireng, akan mendiskriminasi orang-orang lemah. Sedangkan mereka yang memiliki kanuragan putih, mereka membuat pesantren untuk berdakwah.
Dan raden angkoro beserta dengan bolo-bolonya (teman-temannya) termasuk dalam orang-orang yang sedang menyebarkan kanuragan ireng karena dendam masa lalu yang belum usai.’’ Ucap kang waris.
Bapak masih tidak mengerti. Mengapa mereka menjalankan hal tersebut. Jika memang incaran pertama mereka adalah harta, mengapa sebegitu kejamnya untuk mendapatkan harta hingga melakukan pesugihan ini?
‘’Tapi kang? Menjadi kaya kan tidak harus membunuh banyak orang di muka bumi ini?’’ Tanya bapak.
Kang waris tersenyum. Ia menyadari adanya kesalahpahaman terhadap pandangan yang ia berikan kepada bapakku.
‘’Bukan itu yang kumaksud. Setiap tetesan darah yang menetes ke tanah, itu sangat berharga. Orang-orang ningrat yang memang saat itu melarikan diri,
ia tidak sudi bergabung dengan rakyat jelata pada masanya. Selain itu juga kemiskinan, kelaparan, pemerkosaan, diskriminasi, pelecehan dan masih banyak lagi. Mereka semua telah merasakan hal itu. Sehingga,
untuk membangkitkan semangatnya dalam menduduki kehormatan yang tinggi, para orang-orang yang memiliki kanuragan ireng, mereka akan menyamaratakan manusia terlebih kepada mereka yang memiliki keturunan jelata.’’ Jelas kang waris.
Bapak pun mengangguk paham. Ia kembali menyimpulkan perkataan yang dikatakan oleh kang waris terhadap pemaparan serta penjelasannya terkait misi dari orang-orang yang selamat dari tragedi peteng pati itu sendiri.
Ibuku yang sedari tadi terdiam, ia kemudian menanyakan sesuatu kepada kang waris terkait tragedi peteng pati.
‘’Tapi? Kenapa tragedi peteng pati tidak pernah dihancurkan dari dulu?’’ Tanya ibu.
‘’Dihancurkan? Bagaimana kita bisa menghancurkan takdir sedangkan kita hanya disuruh berlayar ke dalam lautan kehidupan.’’ Jelas kang waris.
Ibu terdiam. Ia langsung tak bisa berkata apa-apa ketika kang waris mengatakan hal itu. Tampaknya ibu merasa membenarkan apa yang memang kang waris katakan terkait takdir dan juga lelakon (perjalanan hidup) yang telah terjadi.
‘’Semoga kita bisa menghentikan salah satu dari ketiganya. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Namun akan banyak lagi orang-orang yang bermunculan yang berasal dari tragedi peteng pati yang terjadi di masa lalu dan berduyun-duyun untuk memproyeksikan diri di masa kini.’’
Penjelasan kang waris pun menjadi penutup obrolan pada pagi itu. Kang waris meminta kepada bapak untuk menjaga isteri dan juga anaknya. Alasannya sangat mudah. Mereka (Raden angkoro dan juga pak lingga) telah mengetahui lokasi dari rumah bapak.
Jika tidak waspada sedetik saja, maka tumbal berikutnya akan dipaksakan lagi kepada seseorang yang memiliki darah biru nan mulia itu sendiri.
Keadaan siang hari di Pabrik bawang.
Para karyawan pun beristirahat sejenak. Sembari menikmati waktu istirahat, ada salah seorang karyawan yang sudah berberes-beres untuk pergi.
Tampaknya ia merasa ketakutan karena mungkin saja namanya telah dicantumkan untuk dijadikan korban tumbal berikutnya.
‘’Jaja? Mau kemana? Kok rapih banget?’’ Tanya salah seorang karyawan kepada Jaja.
‘’Oh ngga kang. Saya ada urusan sebentar.’’
Jaja pun segera meninggalkan keramaian orang yang masih memperhatikannya dari kejauhan.
Jaja segera menyelinap ke sebuah ruangan khusus yang saat itu dijadikan sebagai tempat untuk melakukan ritual.
Namun saat dirinya sedang mengintip sesuatu dari jendela ruangan itu, tiba-tiba perasaan merinding pun membangunkan tubuh jaja untuk segera meninggalkan ruangan tersebut.
Jaja melihat dengan jelas salah seorang yang bernama Raden jogopati itu sedang melakukan sebuah ritual. Di hadapannya terhadap sesajen lengkap dengan seorang karyawan yang tubuhnya telah telanjang tanpa satu kain apapun.
Tiba-tiba tubuh dari orang tersebut berubah menjadi siluman monyet berwarna putih dengan ukuran yang sangat besar.
Jaja yang melihat itu pun langsung terkejut. Ia akhirnya mundur untuk mencari jalan agar bisa melarikan diri dari kematiannya sendiri.
Jaja pun akhirnya mengetahui siapa sosok dari siluman kethek yang dirumorkan oleh para karyawan yang ada di pabrik tersebut.
‘’Tidak mungkin! Aku salah sangka!”
Jaja pun mencoba untuk meninggalkan tempat tersebut, namun saat dia membalikkan arah, tiba-tiba… Ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya sembari membungkam mulut Jaja yang ternyata dia sendirilah yang menjadi incaran oleh orang-orang yang tergabung dalam kanuragan ireng,
‘’Husss… jangan berisik. Kalau kamu teriak, nanti tubuhmu bisa dicabik-cabik oleh mulut siluman monyet itu.’’ Ucap orang tersebut dengan senyuman mengerikannya.
‘’Pak Ling…. Lingga?’’ Tanya jaja dengan nada yang terputus-putus.
Pak lingga pun langsung menarik paksa jaja untuk memasuki sebuah ruangan yang tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya.
Ia kemudian diseret oleh pak lingga untuk meninggalkan ruangan tempat dimana siluman monyet itu berubah.
Jaja berusaha untuk melepaskan tangan dari pak lingga, namun tenaga pak lingga ternyata lebih besar dari yang jaja kira.
Malam harinya saat dimana bapak dan ibu sedang berada di dalam rumah, mereka berdua tiba-tiba mendengar suara aneh dari atap rumah.
‘’Pak? Itu suara apa?’’ Tanya ibu.
Bapak pun penasaran dengan suara yang dikatakan oleh ibu. Suara yang amat berisik itu seperti suara orang yang sedang berjalan santai sembari menginjakkan kedua kakinya ke genteng-genteng rumah.
Suara itu pun terhenti tepat di belakang rumah bapak. Bapak yang mulai merasakan sesuatu yang tidak enak segera menyuruh ibuku untuk bersembunyi.
‘’Bu! Sembunyi!’’ Ucap bapak.
‘’Tapi pak?’’
‘’Dia datang?’’
‘’Siapa?’’
Bapak pun memberikan isyarat kepada ibu dengan menggunakan mulutnya tanpa berbicara.
Ibu yang mengetahui isyarat tersebut akhirnya langsung bersembunyi untuk menghindari hal-hal yang tidak baik untuknya.
Setelah suara itu terhenti di belakang rumah, bapak pun perlahan membukakan pintu.
Tidak lama kemudian, ia melihat segerombolan orang sedang berkumpul tepat di belakang rumahnya.
Orang-orang tersebut memiliki wajah yang sangat pucat dan posisi kepalanya menunduk ke arah bawah.
Tidak lama kemudian, dari keramaian orang tersebut, muncullah tiga orang yang mana dua dari ketiga tersebut sudah bapak kenal terlebih dahulu.
Mereka datang menggunakan jubah hitam dan memberikan ancaman kepada bapak dengan gertakan yang sangat mengerikan.
Bapak pun tidak percaya. Ternyata dirinya sudah dikurung oleh raden angkoro dan juga pak lingga yang mendatangi rumah bapak secara langsung tepat di malam hari.
‘’Selamat bertemu kembali arto. Aku datang bersama pasukan baruku. Kali ini kamu tidak akan bisa melarikan diri.’’ Jelas seseorang yang sangat familiar suaranya di telinga bapak.
Orang tersebut pun membuka penutup kepala dari jubahnya dan menatap ke arah bapak dengan tatapan yang mengerikan serta senyuman yang mematikan.
‘’Ini aku Raden angkoro.’’ Ucapnya.
Lalu orang kedua membuka tudung kepalanya lagi sembari tertawa kecil seperti hendak menertawakan bapak saat itu.
‘’Sudah lama tidak berjumpa. Terakhir kali berjumpa kau memegang erat tanganku mas arto. Apakah pertemuan kali ini kau akan memegang erat tanganku lagi sebagai wujud pertemuan untuk kedua kalinya?” Ucap seseorang yang suaranya familiar juga.
‘’Kau?’’ Tanya bapak.
‘’Aku lingga. Orang yang kau sebut sebagai belut pemerintahan. Aku datang untuk melihat ketakutanmu.’’ Ucap pak lingga dengan senyuman yang mengintimidasi keadaan bapak saat itu.
Lalu yang terakhir. Seseorang yang memiliki badan yang besar dan tinggi mirip seperti di Koran pagi tadi.
Ia berada di tengah-tengah raden angkoro dan pak lingga. Dan yang mengejutkannya lagi, ia hanya terdiam sedari tadi.
Namun tiba-tiba tangannya mengangkat tudung kepala yang menutupi kepalanya.
‘’Kau pasti tidak mengenalku. Tapi hari ini aku akan memperkenalkan diri.’’ Jelas orang itu dengan suara yang berat.
‘’Jangan-jangan kau…‘’
‘’Aku raden jogopati. Anak dari selir Raden Brotoseno dan saudara tertua dari Raden angkoro. Bagaimana kabarmu hari ini tikus kecil? Sudah berapa lama tubuhmu bersembunyi di lorong yang sempit ini?’’
Saat bapak menatap wajah dari orang yang menyebutnya raden jogopati, tubuh bapak langsung terjatuh seperti merasakan energi besar yang terpancarkan dari orang tersebut.
Aura kematiannya sangat besar. Tatapannya yang tajam, membuat tubuh bapak tidak bisa bergerak sama sekali.
‘’Oh ya. Kami membawa oleh-oleh untukmu…‘’
Tiba-tiba, raden angkoro pun bergerak ke arah samping.
Diikuti dengan pak lingga dan raden jogopati, mereka semua sengaja memberikan ruang kepada bapak agar bisa melihat sesuatu yang menarik di belakang tubuh mereka.
‘’Lihatlah mereka rindu kepadamu…‘’ Ucap raden angkoro.
Mata bapakku tiba-tiba melotot tajam. Ia tak percaya jika raden angkoro telah menyiapkan ini semua.
4 orang yang telah berdiri dengan keadaan yang sangat mengerikan sembari mengenakan kain putih yang beroleskan tanah kuburan sedang berdiri tepat di belakang mereka.
Mereka adalah Nyi endang, mas sugeng, mbak ina dan mas cipto!
Keempatnya dibangkitkan dari kubur dengan rupa yang mengerikan oleh raden angkoro dan juga pak lingga untuk mencekal bapak pada malam itu juga.
Nyi endang yang memiliki rambut yang panjang, ia membiarkan tubuhnya sedikit membungkuk dengan seluruh rambut yang menjuntai sampai ke tanah.
Lalu mas sugeng. Perutnya yang penuh cakaran dengan mulutnya yang selalu terbuka, memberikan aroma ketakutan yang sangat terasa hingga ke tubuh bapak.
Terlebih lagi mbak ina, dia yang meninggal karena siksaan berat yang dilakukan oleh raden angkoro, ia dibangkitkan dengan mata yang tertutup namun mulutnya yang dijahit menggunakan kawat sebagai pertanda bahwa mbak ina adalah orang yang berkhianat kepada raden angkoro.
Sehingga, mulutnya diumpamakan dengan ditutup menggunakan kawat agar tidak bisa berkata apapun.
Terakhir. Orang yang meninggal karena perutnya yang meledak karena ulah dari raden angkoro juga. Dia adalah mas cipto.
Raden angkoro memberikan kebangkitan yang mengerikan kepada mas cipto. Wujud dari mas cipto benar-benar menjijikan.
Perutnya mengeluarkan organ dalam yang masih menggantung di beberapa titik. Lalu kepalanya menghadap ke belakang karena tengkuknya yang diputar oleh raden angkoro sewaktu mengambil jasad dari mas cipto.
Bapak pun tidak bisa bergerak sama sekali.
Tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar karena rasa takut yang benar-benar membuatnya mati rasa.
Raden angkoro yang melihat ekspresi takut bapak pun tertawa kecil. Ia kemudian memberikan peringatan terakhir kepada bapak,
‘’Jadi sampai kapan kau akan menghalangi langkah kami semua?’’
Sekian
***
Reminder:
Dilanjutkan nanti, terkait akan kisah perjalanan anak raden artonegoro di 15 tahun ke depan saat dimana anak kedua dari Raden artonegoro tumbuh dan menjadi penentu dari pesugihan ini.
Namun sebelum itu, akan ada sedikit bagian yang menjelaskan setelah kejadian ini.
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya