Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 70) - Tugas Menabur Benih


Terukir senyum gembira pada wajah bunda ratu yang cantik nan anggun, matanyapun mengerjab bersinar, saat mendengar jawaban Jaka Indi.

"'Sebenarnya Raden tidak perlu khawatir, terkait kondisi kesehatan Raden. Untuk menjaga stamina dan kesehatan Raden, eyang Ageng Wicaksono selaku kepala tabib istana, yang juga pelindung serta penasihat kerajaan Suralaya, akan membantu dan memberi bimbingan pada Raden, adapun Dewi Wening sebagai Kepala Rumah Tangga Istana yang akan menmberikan segala kebutuhan Raden." Tuturnya dengan tatapan lembut.

"Jadi tugas Raden disini hanya menabur benih, dimasa subur dari para peri, hanya tiga hari berturut pada tengah bulan disaat bulan purnama, yaitu hanya pada tanggal 13, 14 dan 15 dalam kalender lunar. Untuk penjelasan tehnisnya dan pengaturan jadwal Raden menabur benih pada para peri, nanti akan dijelaskan lebih lanjut oleh Dewi Wening."

"Waduuh... aku disamakan dengan hewan pejantan, hanya untuk pembiakan dan memberikan keturunan yang banyak bagi para peri, untungnya kewajibanku hanya tiga hari dalam setiap bulannya, itupun aku tidak tahu apa aku masih bisa hidup atau tidak. " Gumam Jaka Indi dalam hati, dengan rasa getir.

Kemudian Bunda Ratu Sheema bangkit berdiri dari tempat duduknya, dan memberikan isyarat tangan agar semua yang hadir menghentikan kegiatannya. Suasana mendadak hening, entah sudah berapa peri yang memperkenalkan diri di atas podium, yang tak dikuti oleh Jaka Indi.

Lalu Bunda Ratu mulai berbicara. "Sugeng ndalu, selamat malam para peri yang telah hadir di acara ini, saya ingin memperjelas kembali, sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya dalam undangan yang telah saya berikan kepada masing-masing kepala suku ataupun pimpinan dari setiap kelompok peri, yang mana maksud mengumpulkan para peri wanita di Istana 100 peri ini adalah untuk menikahkan kalian dengan Raden Jaka Indi, Raden Jaka Indi merupakan keturunan dari salah satu leluhur kita Dewi Nawang Wulan dengan Raden Jaka Tarub yang merupakan putra dari Raja Majapahit Brawjaya V." Tuturnya seraya menarik nafas sejenak.

"Sebagaimana diketahui Raden Jaka Tarub dan Jaka Indi adalah pria yang terbukti tidak mengalami kematian, sekalipun menikahi bangsa peri. Seperti yang saya titahkan dalam undangan yang saya kirim kepada setiap kepala suku dan juga pimpinan kelompok dari para peri, bahwa setiap kepala suku dan setiap pimpinan kerajaan dan penguasa wilayah yang telah bergabung dibawah kekuasaan negeri Suralaya, wajib mengirimkan lima orang peri wanita terbaiknya yang mereka miliki. Saat ini sebanyak seratus peri dari seluruh perwakilan para peri yang mewakili masing-masing suku, kelompok komunitas dan penguasa setempat, serta kerajaan yang berada dibawah perlindungan kerajaan Suralaya, telah hadir semua. Para peri yang menerima undangan dan hadir di acara pertemuan ini, masing-masing berhak mendapat hadiah seratus keping emas, dan bila bisa memberikan keturunan akan diangkat menjadi anggota keluarga kerajaan, dan mendapat tambahan sepuluh ribu keping emas. Serta seumur hidup mendapat tunjangan istana Suralaya. Putra atau putri yang kelak dilahirkan para peri, sepenuhnya menjadi milik kerajaan Suralaya. Dan bila kelak dewasa, putra dan putri yang dilahirkan akan menempati posisi penting dalam struktur pemerintahan kerajaan Suralaya. Sedang untuk kepala suku atau pimpinan kerajaan taklukan yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Suralaya, bagi mereka yang menolak mengirimkan perwakilan peri wanita terbaiknya dari rakyat dan wilayah yang dipimpinnya, maka kepala suku atau pimpinannya akan dihukum mati." Tutur bunda ratu panjang lebar dengan nada terlihat sangat mendominasi dan adakalanya terlihat mengintimidasi.

"Untuk semua putri kandung saya, setelah pernikahan ini, semua berstatus sebagai permaisuri, dan bagi yang bisa memberikan keturunan untuk pertama kali, maka keturunannya, kelak akan diangkat menjadi penerus kerajaan Suralaya, yaitu sebagai Raja atau Ratu negeri Suralaya, bagi sang Ibu yang pertama kali telah memberi keturunan, akan diangkat sebagai Permaisuri utama." Sampai disini Bunda Ratu menatap para putrinya yang sedang duduk berbaris rapi di meja utama.

Jaka Indi menatap sesaat pada semua putri Bunda Ratu, nampak wajah mereka semua menyiratkan ekspresi kegembiraan, bahkan Dewi Rheena yang sebelumnya memiliki sorot mata yang rumit dan ekspresi yang sulit ditebak, kali ini juga tampak binar cahaya kegembiraan dan terlihat cahaya ambisi kekuasaan pada sorot matanya.

Dewi Rheena sebenarnya hanya berfikir akan menjadi penguasa atau pimpinan di perkumpulan bunga teratai, menggantikan gurunya Dewi Jannetra. Tapi sama sekali tidak diduga kalau dirinya lewat perantara putra atau putrinya kelak, bahkan memiliki peluang untuk menjadi penguasa kerajaan Suralaya. Negeri Suralaya memiliki kekuasaan, wilayah, kekayaan dan kekuatan yang sangat besar, serta memiliki banyak negeri taklukan, tentu saja ini membuat Dewi Rheena b*******h untuk bisa mendapatkan peluang ini. Renung Dewi Rheena sambil matanya melirik sekilas kearah Jaka Indi.

Dewi Ambarwati, juga sedang menatap tajam kearah Jaka Indi. Mungkinkah keturunanku yang kelak akan jadi raja atau ratu penerus kerajaan ini!? Bila saatnya di peraduan nanti, aku harus bisa melayani Raden Jaka Indi sebaiknya. Batinnya
dalam hati.

Sedang Dewi Kirana, hanya mencuri lihat ke Jaka Indi, sambil melempar senyum manis. Dalam batinnya berkata, aku harus berusaha sesering mungkin bercinta dengannya, agar segera memiliki keturunan.

Dewi Salasika, juga sedang menatap Jaka Indi, ingin tahu bagaimana reaksi Jaka Indi. Karena ia menyadari Jaka Indi dan dirinya, sama-sama tidak memiliki kesan khusus, kecuali sebatas hubungan persahabatan.

Tapi Jaka Indi tidak menyadari lirikan Dewi Rheena dan tatapan para putri bunda ratu padanya, karena dirinya terasa janggal mendengar penjelasan Bunda Ratu. Setahunya yang namanya permaisuri hanya satu orang selebihnya adalah para selir, tetapi di Kerajaan Suralaya ini semua putri bunda ratu yang menjadi istri Jaka Indi disebut permaisuri.

Disisi lain Jaka Indi merasa pernikahan ini akan membuat dirinya binasa, karena jangankan menikahi lebih dari 100 peri, dengan satu peri saja yaitu Dewi Yuna, dirinya sudah merasa sangat kepayahan. Sebenarnya Jaka Indi tak pernah selintas pun berpikir untuk memiliki lebih dari satu istri, dia sudah merasa sangat puas dengan Yuna sebagai istrinya.

Kemudian Jaka Indi melirik sekilas ke istrinya Dewi Yuna, yang persis duduk disebelah kanannya. Terlihat ekspresi ketidak pedulian dengan penjelasan Bunda Ratu soal peluang anak yang terlahir lebih dahulu bisa menjadi penguasa dan penerus kerajaan Suralaya.

Dewi Yuna hanya menatap Jaka Indi dengan pandangan mesra, sepertinya berbagi suami bahkan punya keturunan yang bisa menjadi penguasa kerajaan Suralaya, bukan masalah penting baginya. Tangan Dewi Yuna justru menggenggam tangan Jaka Indi yang berada dibawah meja, seolah berupaya memberi kekuatan dan dukungan.

Tiba-tiba para peri yang sedang hanyut dalam lamunannya masing-masing, dikejutkan oleh suara bunda ratu "Apakah kalian semua sudah mengerti!?" Ucap bunda ratu dengan nada tegas.

"Siap dan mengerti bunda ratu, jawab para peri hampir serentak bersamaan."

"Mari kita semua menuju ruang aula utama untuk menyelenggarakan pernikahan secara masal dan bersama-sama, yang mana pernikahan ini akan dipimpin oleh dewi suci lestari bersama denganku."

Dewi Suci Lestari yang berbusana serba putih ikut bangkit berdiri untuk mengiringi Bunda Ratu.

Posisi duduk Jaka Indi di meja utama, saat ini dengan posisi kursi membelakangi aula dan podium istana serta membelakangi posisi 100 peri, hingga ia tidak memperhatikan kondisi istana secara keseluruhan, serta tidak mengamati dan menyimak saat para peri memperkenalkan diri, yang para peri tersebut sesaat lagi akan menjadi istrinya atau selirnya.

Saat membalikkan badan dan melihat ruang aula utama istana yang dihiasi lampu kristal bergantung yang besar, nampak terlihat sangat megah. Terlebih sekeliling ruang istana juga berhias lampu-lampu yang terang benderang, berikut nampak berbagai ornamen emas dan perak, serta hiasan berbagai jenis bunga di setiap sisi dinding istana yang menambah keindahan aula istana.. Nampak pula semua para peri yang cantik jelita, bergaun indah, membuat Jaka Indi merasa takjub dan terkesima laksana merasa berada di taman firdaus.

"Yuna, sejak kapan kerajaan ini mulai menggunakan lampu, bukankah sebelum ini hanya menggunakan api pelita atau lilin," Tanya Jaka Indi dengan berbisik ditelinga Yuna istrinya.

"Bersamaan dengan dibangunnya istana 100 peri ini, kepala proyek pembangunan memberitahukan kalau teknologi kelistrikan dengan menggunakan energi tenaga air, sudah ditemukan dan dapat digunakan seterusnya di Kerajaan Suralaya," jelas dewi Yuna.

Sebenarnya bukan hanya lampu kristal saja yang menarik perhatian Jaka Indi, bahkan bahan bangunan yang digunakan, baik itu batu pualam, batu marmer, batu granit, juga ornamen emas, perak dan ornamen kayu, serta karpet merah tebal yang menghiasi lantai, semua dari bahan-bahan kelas satu. Istana 100 peri bukan hanya tidak kalah dengan istana utama, tapi malah terlihat bangunannya lebih bagus dan lebih modern dari Istana Utama maupun pesanggrahan Doro Kepak tempat tinggal bunda ratu.

Kemudian Jaka Indi jalan bersama para putri bunda ratu, yang akan melakukan upacara pernikahan bersama-sama, terkecuali Dewi Yuna yang tetap menunggu ditempatnya. Setelah berada di aula tengah istana, persis dibawah lampu kristal yang megah, agak terkejut perasaan Jaka Indi saat mendapati beberapa peri yang ternyata dikenalinya.

Ada dewi Arimbi bersama empat peri langit lainnya, dari adanya sayap transparan laksana sayap kupu-kupu pada punggungnya, serta aroma harum semerbak dengan wangi berbagai macam bunga yang keluar dari tubuh mereka, membuat Jaka Indi langsung mengetahui kalau peri tersebut adalah jenis peri langit. Hanya kali ini para peri langit tampil dalam ukuran tubuh wanita dewasa normal, sekitar tinggi 160-165cm.

Berikutnya Jaka Indi Juga melihat Anggraini dan Diandra, Anggraini melambaikan tangannya pada Jaka Indi dengan antusias dan tersenyum sangat manis, sedang Diandra hanya menunduk tersipu. Tapi terlihat sumringah pada rona wajahnya. Bahkan ada juga peri bermata sipit dengan busana serupa kimono, yang pernah ditemui Jaka Indi di kedai danau asmoro.

"Apakah perkumpulan rahasia bunga teratai juga mengirimkan perwakilannya!?"

Sungguh berbahaya jika para peri ini berniat membunuhnya. Renung Jaka Indi.

BERSAMBUNG
close