Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 69) - Menikahi Lebih Dari 100 Peri


Bunda Ratu menatap Dewi Yuna dengan tatapan yang sulit ditebak, lalu sorot matanya berpindah kearah laka Indi.

"Ananda Raden... Apa kabar? Apa ananda raden selama ini baik-baik saja, sehat selalu dan tidak kurang suatu apapun.?"

"Alhamdulillah... saya baik-baik saja bunda ratu." Jawab Jaka Indi sopan.

"Ya itu bagus sekali, sesuai dengan yang kuharapkan, Raden sehat selalu, tidak kurang suatu apapun, dan tidak sampai mati." Ujar Bunda Ratu dengarn senyum lega dan gembira.

Sampai disini, Jaka Indi tidak mengerti kemana arah pembicaraan yang dituju Bunda Ratu.

"Tahukah Raden apa maksudku menikahkan Raden dengan putriku Yuna!?"

"Bukankah untuk diambil sebagai menantu." Jawab Jaka Indi sambil lalu.

Sementara itu Dewi Wening telah memanggil peri yang ketiga dari seratus peri, untuk maju berdiri ke depan dan memperkenalkan dirinya. Jaka Indi tidak terlalu berminat mengikuti kegiatan perkenalan diri dari para peri, karena dirinya sedang bertanya-tanya, untuk apa dirinya diundang pada acara semacam ini, dan Jaka Indi masih menunggu penjelasan dari Bunda Ratu.

"Tentu saja untuk di ambil sebagai menantu, tapi tujuan utamaku adalah agar Raden bisa segera nmemberi keturunan pada Yuna, agar generasi keluarga kerajaan ini tetap berlanjut."

Setelah menarik nafas sesaat... Bunda Ratu kembali melanjutkan bicaranya. "Sungguh suatu hal yang sangat menggembirakan melihat keadaan Raden yang dalam keadaan segar bugar. Setelah beberapa waktu menikahi Dewi Yuna, bukan saja keadaan kondisi kesehatan Raden tidak menjadi lemah dan sakit sakitan, justru tubuh dan kesehatan Raden terlihat lebih prima dan lebih kuat dari saat terakhir pertemuan kita."

Sampai disini Jaka Indi seperti sudah mulai dapat meraba arah pembicaraan Bunda Ratu.

Walau masih sebatas dugaan kalau ini terkait kaum pria yang menikahi para peri umumnya berujung pada kematian.

"Tapi sangat disayangkan Yuna hingga saat ini belum memberikan keturunan bahkan belum juga hamil. Sesungguhnya aku sangat menaruh harapan besar padanya. Tidak hanya itu, sampai saat ini tak satupun putriku yang lainnya yang juga telah memberikan keturunan bagiku, ada yang terlalu pilih-pilih pasangan, ada pula yang belum ingin menikah."

"Maka melihat situasi yang telah berkembang masih jauh dari apa yang kuharapkan, oleh karenanya aku telah membuat putusan yang harus Raden dan juga putri-putriku jalankan."

Sampai disini Jaka Indi dapat mendengar suara Dewi Yuna yang tepat berada disebelahnya tiba-tiba mendesah halus. Desahannya sangat lembut, namun membawa nada yang begitu rawan dan nelangsa Jaka Indi menarik lengan Dewi Yuna, dan mengelus punggung tangannya, dengan lembut, lalu beralih menggenggam erat tangannya. Seolah ingin menenangkan istrinya.

"Yuna aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun, Jangankan hanya sekedar tidak memiliki anak, bahkan bila rambutmu telah memutih dan kulitmu keriput sekalipun, dan kamu menjadi tidak cantik lagi, percayalah aku akan tetap selalu mencintaimu."

Entah mengapa tiba-tiba Dewi Yuna, yang awalnya terlihat bersedih, mendadak tersenyum dan me-ngikik geli, hingga terlihat lesung pipinya dan deretan giginya yang putih, yang menambah kecantikan wajahnya terlihat semakin menggiurkan.

"Mas Jaka ngomong apa sih!?" Sambil jarinya mencubit lembut lengan Jaka Indi.

"Mana ada peri disini yang menjadi nenek-nenek dengan rambut memutih dan kulit keriput. Sekalipun usia kami bertambah tetap saja tubuh kami tidak akan menua."

Namun mendengar perkataan Jaka Indi, Dewi Yuna merasakan ada perasaan manis dan hangat yang melintas di hatinya.

Jaka Indi baru menyadari kalau ucapannya ada yang keliru, karena selama ia tinggal di negeri Suralaya ini, ia memang tak pernah menjumpai seorang peri nenek-nenek, semua peri disini muda-muda dan cantik-cantik, Eyang Dewi Nawang Sari yang sekalipun seumuran dengan leluhurnya Dewi Nawang Wulan, juga masih terlihat seperti gadis usia 28-30 tahun.

"Mas Jaka, aku sudah puas hanya mendengar engkau mengatakannya. Aku tidak peduli apa yang dipikirkan orang akan aku!" Ucapnva dengan mata mengerling indah dan teriring senyum yang menawan.

Bunda Ratu hanya menatap sejenak tanpa ekspresi kearah Yuna, lalu melanjutkan bicaranya. "Aku telah mengundang putri-putriku yang belum menikah dan seratus peri dari seluruh wilayah kerajaan Suralaya, Semua peri-peri yang hadir disini adalah peri-peri tercantik dan terbaik dari seluruh penjuru negeri yang berasa dibawah kekuasaan kerajaan Suralaya."

"Apa Raden telah melihat para peri yang hadir disini??"

"Sudah Bunda Ratu." Jawab Jaka Indi sopan, meski dirinya tak memperhatikan para peri yang hadir secara khusus, namun ketika Jaka Indi memasuki ruangan untuk pertama kalinya, ia telah melihat kalau semua peri yang ada dalam ruangan ini benar-benar cantik, ber-aroma harum dan sangat menawan. Tak bisa disangkal ini adalah pertama kalinya Jaka Indi didalam hidupnya melihat wanita cantik sebanyak ini.

Sesungguhnya sejak memiliki Dewi Yuna sebagai istrinya Jaka lndi sudah merasa sangat puas dengan keadaannya. Hingga sekalipun ada lebih dari seratus wanita cantik disekitarnya, tak ter-perhatikan sedikitpun oleh Jaka Indi.

"Tahukah Raden.., Apa maksudku mengundang Raden kesini, dan membangun Istana seratus peri, serta mengundang seratus peri tercantik dari seluruh penjuru negeri Suralaya?" Lanjut Bunda Ratu.

"Maaf saya tidak tahu Bunda Ratu?"

"Maksudku adalah hendak menikahkan seratus peri tersebut bersama seluruh putri-putriku yang belum menikah secara bersamaan untuk dijadikan istrimu dan menjadikan istana seratus peri menjadi tempat tinggal kalian." Tutur bunda ratu dengan ekspresi wajah yang sangat tenang dan meyakinkan.

"APAA..! Menikahi seratus peri !?" Sungguh sangat terkejut Jaka Indi mendengar perkataan Bunda Ratu, sampai-sampai Jaka Indi hampir saja jatuh terjungkal kebelakang bersama bangku yang didudukinya.

Sebenarnya bukan hanya Jaka Indi yang terkejut dengan apa yang disampaikan oleh bunda ratu, keempat putri bunda ratu yang belum menikah juga sangat terperanjat saat mendengar percakapan Bunda Ratu bersama Jaka Indi. Tentu saja mereka berempat Dewi Rheena, Dewi Ambarwati, Dewi Kirana serta Dewi Salasika, dapat mendengar jelas semua pembicaraan itu, karena mereka duduk berdekatan dan berada dalam satu meja yang sama. Namun hanya Dewi Rheena yang mengerutkan keningnya, entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Bun... Bun... Bunda... Ratu...! Mana bisa seorang pria sepertiku menikahi seratus wanita sekaligus!?" Ucap Jaka Indi dengan gugup dan terbata bata.

"Siapa bilang tidak bisa!!" Jawab Bunda Ratu dengan nada tinggi dan tegas.

"Tahukah ananda Raden, berapa jumlah istri Raja Daud dan berapakah jumlah istri Raja Salomo!? Dan dengan maksud apakah Raja Salomo memiliki banyak istri!?"

Tentu saja Jaka Indi tahu dari literatur yang dibacanya, bahwa Raja Daud memiliki 99 istri sedang Raja Salomo atau Solomon atau Nabi Sulaiman memiliki 700 istri dan 300 orang selir. Namun Jaka Indi tidak tahu maksud Raja Salomo memiliki banyak istri.

Bunda Ratu kembali melanjutkan bicaranya. "Raja Salomo menmiliki banyak istri bertujuan memiliki keturunan yang banyak dan bisa membentuk pasukan yang kuat, tangguh dan terpercaya. Dan aku memintamu menikahi semua putriku yang belum menikah serta menikahi seratus peri dari kalangan bangsaku sendiri, adalah agar kerajaan Suralaya memiliki peneruS serta memiliki banyak keturunan yang bisa memperkuat dan melanjutkan kejayaan kerajaan Suralaya."

"Apa sampai disini, ananda sudah paham akan penjelasanku ini." Ujar Bunda Ratu penuh dengan semangat dan nada sedikit berapi-api.

Sementara itu para peri yang memperkenalkan diri telah sampai nomor urut 27, namun sejak para peri memperkenalkan diri mereka, dari mulai l nomor urut satu, hingga nomor urut dua puluh tujuh, tak pernah sekalipun Jaka Indi memperhatikannya.

Kebetulan juga posisi Jaka lndi duduk saat ini membelakangi panggung tempat para peri memperkenalkan diri.

"Mas Jaka, ikutilah semua perkataan bunda ratu, semua ini untuk kebaikanmu dan kepentingan kerajaan Suralaya." Pinta Dewi Yuna, seraya berusaha meyakinkan Jaka Indi, saat melihat ekspresi Jaka Indi menyiratkan penolakan dan ketidak setujuannya.

"Negeri kami berbeda dengan negeri asalmu. Memang sudah lazim disini seseorang pria memiliki istri lebih dari satu bahkan para bangsawan dan pria pembesar negeri sudah biasa memiliki seratus orang istri." Kembali Yuna melanjutkan penjelasannya.

Suara Jaka Indi mendadak tercekat, "Karena..... karena.... hanya kata itu yang bisa dikeluarkannya dengan suara gugup." la tidak tahu harus menjawab apa.

"Karena apa Raden.??" Tanya Bunda Ratu, yang ternyata mendengar perkataan Jaka Indi yang lirih itu.

"Karena menikahi seratus peri, sama saja menjatuhkan diriku dalam kebinasaan, menikahi seorang peri saja aku sudah sangat kewalahan dan tak jarang hampir membuatku mati, apalagi menikahi seratus peri."

"Tapi bukanlah kenyataannya sampai saat ini Raden baik-baik saja, justru Raden terlihat lebih bugar dan lebih kuat tenaga dalamnya dari sebelum Raden menikahi Dewi Yuna." Jelas Bunda Ratu dengan bibir mengukir senyum yang indah.

"Pokoknya ini harus dilaksanakan, karena ini Titah seorang Ratu, bukan lagi sesuatu yang harus didiskusikan atau dipertimbangkan." Lanjut Bunda Ratu Sheema, menerangkan dengan nada tegas.

Sebenarnya kebugaran Jaka Indi saat ini adalah hasil proses latihan dan meditasi... Rasanya percuma berdebat dengan Bunda Ratu, apalagi Bunda Ratu telah berkata pokoknya. Pikir Jaka Indi.

Jaka Indi sangat paham betul dengan pameo yang berkembang dimasyarakat.

Bagaimanapun wanita tidak bisa salah, bagaimanapun bos tidak bisa salah, bagaimanapun pimpinan pasti benarnya.

Kalau bos atau pimpinanmu adalah seorang wanita, maka Jaka Indi harus tahu bagaimana cara menempatkan diri. Sebenarnya bisa saja Jaka Indi menolak semua putusan Bunda Ratu, dan memilih pergi kembali ke dunia asalnya. Masalahnya pada hatinya saat ini sudah tumbuh perasaan cinta pada Dewi Yuna.

Pada akhirnya dengan menghela nafas lesu, Jaka Indi berucap, "Baiklah Bunda Ratu, aku ikut putusan Bunda Ratu dan bagaimana baiknya menurut Bunda Ratu saja."

BERSAMBUNG
close