Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 26) - Lastri


LASTRI

Anggara mengambil payung hijau yang terjatuh memegangnya dengan tangan kanannya. Si perempuan dengan penutup wajah masih setia berdiri didepan pintu rumahnya.

Anggara mengambil sejumlah batu kerikil yang berada dibawah kakinya, lalu memejamkan matanya sambil berdoa.

A‘udzu bi wajhillahil karimi wa bi kalimatillahit tammatillati la yujawizuhunna barrun wa la fajirun min syarri ma yanzzilu minassama’i, wa min syarri ma ya‘ruju fiha, wa min syarri ma dzara’a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min fitanillaili wannahari, wa min thawariqillaili wannahari, illa thariqan yathruqu bi khairin, ya rahman.

Artinya: Aku berlindung dengan wajah Allah Yang Maha Mulia dan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak ada orang yang baik dan tidak pula orang yang durhaka dapat melampauinya, dari kejahatan apa saja yang turun dari langit dan dari kejahatan apa saja yang naik ke langit; dari kejahatan apa saja yang masuk ke dalam bumi dan dari kejahatan apa saja yang keluar dari bumi; dari fitnah-fitnah di waktu malam hari dan di waktu siang hari; dari bencana-bencana dari malam hari dan siang hari, kecuali bencana yang datang dengan kebaikan, wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

Anggara melempar batu kerikil kearah setan berwujud perempuan yang ada didepan pintu rumahnya itu.

"Aaaaaaaaarggggggggght.....!!"

Makhluk itu menjerit dan terbakar. Anggara mengusap wajahnya dan membaca hamdallah.

"Kenapa kau melakukan hal serendah ini Lastri. Menyekutukan Allah hanya demi cintamu kepada makhluknya yang lemah ini."

Anggara perlahan melangkahkan kakinya menuju teras rumah. Dirinya mengambil sebuah ember kecil yang telah dipenuhi oleh air hujan.

"Bismillah...."

Byuuuuuuur....

Anggara menyiram depan pintu rumahnya yang terdapat tumpukan abu yang berbau busuk.

***

Tok...tok...tok...

Tok...tok...tok....

"Assalamualaikum nak Anggara!"

Tok...tok...tok...

Begitu hujan reda, pak Purnomo bergegas pergi kerumah Anggara untuk meminta bantuannya. Anggara yang tengah berdzikir bingung melihat pak Purnomo yang panik.

"Walaikumsalam, ada apa pak? Kok bapak panik?"

"Lastri nak, anu, tolong dia!"

"Ada apa pak, tenang dulu."

"Lastri kesurupan, dia berteriak-teriak sambil terus menyebut namamu."

Huuuft.  

Anggara menghembuskan nafas berat. Apa lagi sekarang?.

Pak Purnomo dan Anggara bergegas pergi ke kediaman kepala desa Kalimas tersebut. Disana banyak warga yang telah berkumpul. Dari luar terdengar Lastri berteriak-teriak sambil menyebut nama Anggara.

"Assalamualaikum...!"

"Walaikumsalam..!"

Warga yang hadir terlihat lega saat melihat Anggara datang.

"Nak Anggara, tolong Lastri nak, dia kenapa?"

Biyung Lastri langsung menemui Anggara dengan wajah penuh air mata.

Anggara menatap Lastri yang terus berteriak, kini sambil menunjuk wajahnya.

"Koe kurang ajar! Wis mateni anakku! Koe kudu melu mati!" (kau, kurang ajar? Sudah membunuh anakku! Kau juga harus mati!)

Lastri tiba-tiba menyerang Anggara, hendak mencekiknya. Namun gerakkannya terhenti dan akhirnya terpental menabrak tembok rumah.

Bruuught.....

"Pergilah, jangan ganggu anak manusia ini!"

"Ora sudi, bocah iki wis nggawe perjanjian mbi aku lan anakku, tapi anakku malah mati. Bocah iki bakal tak gawa dadi gantine anakku sing wis mbok pateni!" (Ora sudi, anak ini sudah membuat perjanjian denganku dan juga anakku, tapi anakku mati. Anak ini akan aku bawa sebagai ganti dari anakku yang telah mati kau bunuh!)

"Baiklah, jangan salahkan aku jika nasibmu akan sama seperti anakmu!"

Anggara mulai berdoa lalu menempelkan telapak tangannya dikepala Lastri. Lastri berteriak. Dengan gerakan seolah mencabut sesuatu dari puncak kepala Lastri,  Lastri berteriak kencang lalu pingsan sambil mimisan.

Para warga yang berkumpul disuruh pulang oleh pak Purnomo karena Lastri sudah tidak kesurupan lagi.

Pak Purnomo mengajak Anggara berbicara 4 mata dengannya.

"Maafkan saya nak Anggara. Saya tahu jika Lastri mengirim pelet kepada nak Anggara. Saya sebagai bapaknya tidak bisa menolak semua keinginannya. Saya harus bagaimana nak Anggara?"

"Bawa Lastri ke pulau seberang pak Purnomo. Disana Lastri akan belajar ilmu agama dengan adik perempuan dan guru besar saya.  Lastri sebenarnya gadis yang baik, hanya saja lingkungan yang selalu memanjakannya menjadi sebab Lastri memiliki sifat seperti ini."

"Haruskah saya benar-benar mengirim Lastri ke pulau seberang? Dirinya tidak pernah jauh dari kami orang tuanya nak Anggara."

Anggara mengangguk pasti.

"Disana ada adik dan guru besar saya. Pak Purnomo jangan khawatir."

"Baiklah nak kalau begitu. Aku akan bawa Lastri ke pulau Seberang."

BERSAMBUNG
close