Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 25) - Lamaran


LAMARAN

"Jadi begini nak Anggara, saya ingin mengajukan lamaran kepada nak Anggara agar mau mempersunting anak saya, Lastri. Apakah nak Anggara bersedia?"

Anggara mendesah pelan, ini bukanlah sesuatu hal yang patut untuk dirinya banggakan, dikejar-kejar anak gadis kepala desa Kalimas. Menikah bukanlah prioritasnya saat ini. Lastri memang seorang gadis dengan paras yang cantik dan tubuh indah tanpa cacat idaman para lelaki. Tapi sayangnya tak ada rasa sedikitpun untuk Lastri dihati Anggara. Dirinya harus fokus dengan amanah mendiang kakek buyutnya. Selain itu juga hatinya sudah terisi nama perempuan lain.

Pak Purnomo yang membaca ekspresi Anggara langsung mengerti.

"Jangan terburu-buru. Kami tidak meminta jawaban nak Anggara saat ini juga. Nak Anggara boleh berfikir dengan tenang terlebih dahulu."

"Maafkan saya pak Purnomo. Sebenarnya..."

"Apa kang mas Anggara menolak ku karena perempuan lain?."

Lastri langsung memotong perkataan Anggara. Padahal Anggara belum selesai dengan ucapannya.

"Wanita lain?"

"Iya bapak. Kemarin saya melihat kangmas Anggara bersama perempuan lain dipinggir sungai."

"Benarkah nak Anggara, kau sudah memiliki calon?"

Anggara menghembuskan nafas berat. Perlahan Anggara menceritakan perihal perempuan yang ia temui di pinggir sungai tempo hari.

"Sumirah? Tadi nak Anggara bilang Sumirah?."

"Iya pak Pur, perempuan yang tidak sengaja saya temui itu bernama Sumirah."

Pak Purnomo nampak terkejut dengan perkataan Anggara. Ternyata saingan Lastri adalah Sumirah. Perempuan ningrat yang telah menjanda 2 kali itu. Pak Purnomo menggelengkan kepalanya perlahan. Lastri anaknya sudah tidak mungkin mendapatkan Anggara.

Sumirah adalah perempuan yang sangat cantik dan kaya serta tutur katanya yang lembut. Walau Sumirah sedikit aneh karena setelah sekian waktu menghilang dengan wajahnya yang buruk karena luka bakar, tiba-tiba ia kembali dengan paras wajah yang cantik sempurna.

"Kau tahu siapa Sumirah itu nak Anggara?"

Anggara menggelengkan kepalanya, karena dirinya memang tidak begitu mengenal Sumirah.

"Sumirah adalah seorang perempuan yang baru saja ditinggal mati suaminya, juragan Paijo. Suaminya ditemukan warga meninggal dipinggir sungai karena dipatuk ular berbisa."

"Berarti Sumirah janda?."

"Iya."

Pak Purnomo pun menceritakan dan menjelaskan kisah Sumirah. Disini Permana baru tahu jika lelaki gila dengan badan penuh borok yang dia temui dipinggir sungai bernama Permana, suami pertama Sumirah. Serta siksaan kejam Permana kepada Sumirah.

Anggara semakin pusing dengan keadaan disekitarnya saat ini. Anggara memijit perlahan pangkal hidungnya untuk meredakan rasa sakit dikepalanya.

"Lalu bagaimana dengan saya kangmas?"

Lastri menunduk sambil memegang selendang pemberian Anggara untuknya. Lastri sudah mulai menutupi tubuhnya seperti rambut, bahu dan dada yang biasanya dapat dilihat oleh semua mata lelaki. Air mata Lastri menetes. Anggara merasa bersalah. Tetapi perasaan tidak bisa dipaksakan.

"Maafkan saya Lastri, saya masih ada amanah yang harus dipikul di bahu ini dan amanah ini sangat berat. Jujur saya belum memikirkan tentang pernikahan sama sekali. Maafkan saya Lastri."

"Jadi kangmas menolakku bukan karena perempuan lain?"

Anggara menggelengkan kepalanya mantap.

"Bukan! Ini bukan karena perempuan lain. Tapi karena saya masih mempunyai tanggung jawab yang besar Lastri."

"Aku akan mendampingi mu kangmas, dalam suka maupun duka. Jangan tolak aku kangmas Anggara!."

Pak Purnomo memegang pundak Lastri anak gadisnya yang kini telah berurai air mata. Pak Purnomo sebenarnya memaklumi jika Anggara menolak anaknya itu. Lastri walaupun cantik namun dirinya jauh dari kata dewasa. Dirinya masih belum dewasa, masih kekanak-kanakkan, egois. Serta jika menginginkan sesuatu harus terpenuhi. Seperti saat ini, Lastri menginginkan Anggara untuk menjadi suaminya, maka harus menjadikan Anggara suaminya walau harga diri bapaknya harus dibuang jauh-jauh saat melamar Anggara.

"Sudahlah nduk, jangan paksakan nak Anggara."

Braaaakk...!

Lastri menggebrak meja dengan keras. Matanya memerah.

"Tidak bapak! Kangmas Anggara harus menikahi ku. Aku tahu alasan sesungguhnya itu karena perempuan lain. Kau harus menikahi ku kangmas Anggara!."

"Maafkan aku Lastri."

"Kau akan menyesal karena telah menolak ku kangmas! Akan aku pastikan kau akan menjadi milikku. Jika tidak maka tidak ada satupun perempuan di dunia ini yang boleh memilikimu!. Camkan kata-kataku kangmas Anggara!."

Lastri melepas selendang pemberian Anggara, lalu melemparkannya tepat dimuka Anggara.

"Ini aku kembalikan selendang pemberianmu itu!."

Lastri berlari ke kamarnya lalu membanting pintu kamarnya dengan keras.

Dueeeeer... 

Pak Purnomo yang merasa malu dengan sikap putrinya itupun meminta maaf kepada Anggara serta menyuruh Anggara pulang saja. Pak Purnomo takut jika Lastri akan berbuat nekat. Anggara memakluminya pun pergi meninggalkan rumah pak Purnomo.

Disisi lain lebih tepatnya di Rawa Ireng, kanjeng ratu Lintang Pethak masih dengan semangat mengawasi pergerakkan Anggara dari pantulan danau jelmaan rawa ireng.

"Manusia selalu melakukan kesalahan yang sama. Mereka melakukan apapun atas nama cinta, walaupun nyatanya hanya demi hasrat dan nafsu belaka."

Sssst......ssssssst.....ssssst....

Sssst......ssssssst.....ssssst....

Sssst......ssssssst.....ssssst....

"Naaaaah... Sekarang apa yang akan kau lakukan Anggara...!."

BERSAMBUNG
close