Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BABAK TERAKHIR NGIPRI KETHEK KELUARGA NINGRAT (Part 28) - Astana Tali Mongso

"Tiga orang pembesar bersatu untuk memperebutkan ambisinya masing-masing lewat ngipri kethek."


Untuk part 1-27, bisa langsung baca disini.

Ini adalah babak baru dari cerita Pesugihan Keluarga Ningrat. Setelah kejadian dari alas wingit, raden artonegoro dan yang lainnya bermukim di suatu tempat yang berdekatan dengan sungai, dimana aliran sungai tersebut menjadi titik pertemuan dua sungai yang berbeda dan diyakini sebagai tempat orang-orang sekitar melakukan ritual untuk mencari petuah atau kekayaan.

Masyarakat di sana sudah tidak asing lagi dengan orang-orang yang menjadikan sungai tersebut sebagai tempat ritual untuk mendatangkan wangsit atau keinginan yang mereka perlukan demi kepentingan duniawi.

Akan tetapi, ada harga yang sangat mahal untuk mendapatkan itu semua. Mereka harus menyerahkan tumbal sebagai syarat untuk mendapatkan keinginannya.
Mereka menyebutnya sebagai ‘’TUMBAL TALI MONGSO.’’

‘’SING KENO ISO ROTO. AWAK ORA ISO OPO-OPO. MATI ROSO.’’ (YANG KENA BISA SEMUANYA. BADAN TIDAK BISA BERGERAK SAMA SEKALI. MATI RASA)

Babak akhir Ngipri Kethek Keluarga Ningrat Bagian 1 - Weteng Kopong (Perut yang Kosong)

Setelah kejadian dari Alas Wingit, bapak beserta yang lainnya bermukim di suatu tempat yang jaraknya cukup jauh dari alas wingit.

Kini, mereka semua benar-benar harus kembali berjuang. Entah apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, namun, selama mereka masih menjadi incaran dari keluarga brotoseno dan keluarga ningrat, mereka juga akan mendapatkan gangguan dari yang lainnya.

Pemberitaan sudah masuk. Bapak dan juga Kang Waris menerima laporan terkait orang-orang yang gugur saat berada di desa alas wingit.

Mereka yang gugur atas kejadian tersebut antara lain:
1.Masmo (Teman Jaja)
2.Kang Didik
3.Mbak Arumi
4.Birawa
5.Raden Jogopati

Untuk sementara, mereka berlima yang baru diketahui. Namun, dari semua korban yang meninggal tersebut, hanya Raden Jogopatilah yang ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan.

Dia ditemukan di hutan alas wingit. Kang Waris meyakini, kematian Raden Jogopati disebabkan khodam/leluhur Raden Artonegoro yang yang menjaga keluarganya selama ini.

Babak baru pun dimulai. Kang Waris, bapak, ibu, nyai ratih, raden kuncoro, mas rahardian dan juga Jaja.
Tersisa 7 orang yang selamat dari kejadian mengerikan tersebut.

Mereka semua benar-benar diberikan keselamatan dan mampu terhindar dari serangan yang dilakukan oleh Raden Angkoro dan juga yang lainnya.

Desa yang mereka tempati saat ini letaknya berdekatan dengan sungai, dimana aliran sungai tersebut menjadi titik tempat bertemunya dua aliran sungai yang yang berbeda.

Banyak masyarakat sekitar yang meyakini bahwa, jika ada salah seorang yang memiliki keinginan dengan tujuan tertentu, mereka harus berendam di sungai tersebut di malam-malam tertentu.

Kenyataan-nya memang benar. Banyak masyarakat yang berasal dari luar desa datang  untuk berendam di sungai tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan keinginannya masing-masing.

Rata-rata, tujuan mereka adalah untuk mencari kekayaan atau pesugihan. Beberapa dari mereka yang berhasil mendapatkan kekayaan dari tempat itu, sebagai syarat pertukaranya harus menyediakan tumbal.

Bukan hal yang mudah memang. Namun, masyarakat sekitar sudah memahami akan hal tersebut.
Karena itulah, semenjak kejadian hilangnya jabang bayi dari dalam kandungan yang terjadi pada salah seorang wanita di desa ini, mereka semakin berhati-hati.

Mereka menyebutnya sebagai ‘’TUMBAL TALIMONGSO.’’ Penumbalan tersebut sebagai syarat pertukaran dari keinginan yang akan mereka dapatkan.

Namun, menurut kepercayaan masyarakat setempat, mereka bisa terselamatkan dengan satu cara.
Cara tersebut terlihat konyol dan tidak masuk akal. Yaitu dengan mengantarkan wanita hamil tersebut ke sebuah astana (Tempat pemakaman)

‘’Sebelum malam tiba, perasaan takut akan dirasakan oleh setiap wanita yang sedang hamil. Karena sebentar lagi, perutnya akan kosong.’’

Dari desa tempat mereka bermukim, ada beberapa orang yang diketahui sering datang ke sungai untuk mencari wangsit atau inginkan tertentu.

Sungai itu disebut sebagai sungai Tirto Indah. Sungai yang menjadi bagian penting desa tersebut ternyata menyimpan misteri yang belum juga terpecahkan.

Kedatangan Bapak dan yang lainnya disambut baik oleh masyarakat di sana. Mereka sangat menyukai pendatang terlebih jika diatara pendatang tersebut ada yang sedang hamil.

‘’Silahkan mas…‘’ Sapa mereka.
Ibu hanya melihat para warga yang tersenyum ramah kepadanya. Pandangan mereka terlihat kosong, dari wajahnya menggambarkan sesuatu yang menyedihkan.

Mereka tampak antusias saat menyapa segerombolan orang yang baru mendatangi desa tersebut.

Bapak dan Kang Waris menuju sebuah rumah besar yang di dalamnya sudah tersedia banyak kamar. Untuk sementara, mereka akan tinggal di desa tersebut sebari menjauh dari kejaran Raden Angkoro dan yang lainnya.

Di desa tersebut, terdapat sebuah Astana atau tempat pemakaman yang di dalamnya hanya terdapat satu makam saja.

Menjelang sore hari, banyak wanita hamil yang mendatangi Astana (makam) tersebut untuk menghormati kepercayaan orang-orang terdahulu yang diyakin dapat menghindarkan desa dari bencana.

Di desa tersebut, bapak mengenal salah seorang yang menjadi pengurusnya. Desa ini dinamakan Desa Astana Talimongo.

Entah mengapa desa ini disebut sebagai desa Astana Talimongso, namun, sebagian orang di sini masih mempercayai akan tumbal pesugihan yang dilakukan orang-orang yang sengaja mencari kekayaan/pesugihan di sungai tirto indah.

Para warga desa tidak ada yang berani untuk menghalau orang-orang yang melakukan ritual di sungai tersebut, dikarenakan memang ada sekelompok orang dari desa yang mendukung ritual itu.

***

Malam pertama berada di Desa Astana Talimongso.

Malam pertama mereka menempati Desa Astana Talimongso sama seperti mereka menempati desa-desa yang lainnya.

Hanya saja, saat sore hari, bapak dan yang lainnya melihat fenomena aneh dari para wanita hamil yang berada di desa tersebut.

Mereka menuju sebuah pemakaman yang konon katanya mampu mencegah hilangnya bayi yang sedang berada di dalam kandungan.

Di malam pertama ibu merasa tidak tenang. Mas Rahardian pun terus merenek.

Rumah yang mereka tempati juga tergolong rumah lama yang baru saja direnovasi. Mungkin, dengan keadaan semacam itu, kenyamanan menjadi berkurangan akibat hawa yang berada di dalam rumah tersebut.

Bapak dan juga Kang Waris kembali membahas terkait rencana mereka selanjutnya.
Bersama dengan Raden Kuncoro dan juga Jaja, mereka berempat membahas tentang rencana Raden Angkoro ketika ditimpa kegagalan untuk kedua kalinya.

Kang Waris sendiri sudah merasa aman jika dirinya dan yang lainnya berada di desa ini. Terlebih lagi, desa ini letaknya cukup jauh dari Desa Alas Wingit dan keberadaan para keluarga ningrat yang lainnya.

Hanya saja, kang waris merasa ada yang tidak beres dengan para warga yang menyambutnya ketika mereka mendatangi desa ini. Mereka tampak antusias namun ekspresi mereka seperti menggambarkan sebuah jebakan.

‘’Kita harus mencari tahu   terkait desa ini. Aku tahu, ada sebuah Astana (Pemakaman) di desa ini. Warga di sini masih memiliki kepercayaan orang-orang terdahulu.’’ jelas Kang Waris kepada yang lainnya.

Jika dibilang fanatik, memang, warga di sini sangat fanatik terhadap hal-hal yang masih bersifat mistis dan kepercayaan terdahulu (leluhur).

Namun, ada juga beberapa warga yang tidak percaya akan hal ini. Mereka merasa tertekan dengan adanya sekelompok orang yang masih menjaga nila-nilai keburukan yang tertanam lama di desa ini.

‘’Bagaimana arto? Apa yang akan kita cari di desa ini? Ada sungai yang menjadi kepercayaan orang-orang luar untuk mendapatkan kekayaan ada juga sebuah makam yang dipercaya sebagai tempat pengenalan terhadap jabang bayi yang akan lahir.’’ Jelas Kang Waris.

Bapak masih berpikir panjang untuk bisa memutuskan hal tersebut. Paling tidak, dengan tinggal di rumah ini untuk sementara waktu, mereka akan bisa dengan bebas untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan saat ini yaitu perlindungan dari kejaran Raden Angkoro dan yang lainnya.

Tidak ada keputusan yang membuat mereka bisa tenang malam itu. Mereka lebih memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menunggu esok hari.
Barangkali, di keesokan harinya, mereka bisa mendapatkan petunjuk dari apa yang sudah ada di dalam desa ini.

Tepat di malam hari, saat mereka sedang tertidur, ibu bermimpi hal aneh yang ada di desa astana talimongso ini.

Ibu bermimpi, jika banyak wanita hamil yang kehilangan bayinya dalam waktu semalaman. Ibu tidak tahu apa yang menjadi penyebab hilangnya bayi yang masih berada di dalam kandungan tersebut.

Akan tetapi, di dalam mimpi tersebut, ibu dibawa ke sebuah bangunannya yang berada jauh dari desa.
Di dalam bangunan tersebut, ibu melihat ada sebuah makam. Lalu, perlahan banyak wanita hamil yang masuk ke dalam bangunan tersebut.

Akan tetapi, hal yang mengerikan terjadi tatkala mereka semua keluar dari dalam bangunan itu.
Kaki mereka sudah penuh dengan darah. Dengan perut yang sudah mengecil. Lalu wajah mereka tampak senang seperti tidak ada masalah apapun. 

Yang awalnya mereka masuk dengan keadaan hamil besar, kini perut mereka benar-benar kopong (kosong) tanpa keberadaan jabang bayi dalam perut mereka.

Ibu kebingungan, sebenarnya apa yang sudah terjadi di dalam bangunan tersebut. Lalu, dia beranjak masuk je arah bangunan tersebut. Ibu ingin tahu, apa yang sudah terjadi sampai-sampai banyak wanita yang perutnya tiba-tiba menjadi kempes.

Perlahan ibu terus berjalan ke arah bangunan tersebut. Hingga ia masuk ke dalam bangunan itu.

Namun, sewaktu ibu berada tepat di depan pintu dari makam tersebut, ibu mendengar suara rintihan dan teriakan wanita yang berada di dalam bangunan itu.
Suaranya sangat mengerirkan. Teriakan itu seperti orang sedang kesakitan.

Setelah suara itu menghialng, keluarlah seorang wanita yang mana kakinya sudah penuh dengan darah.
Wanita tersebut menyeret-nyeret kakinya dan menatap ke arah ibu dengan tatapan kosong. Mulutnya tersenyum. Senyuman yang menyeringai lebar itu membuat Ibu ketakutan.

Tidak berselang lama, wanita yang baru saja keluar itu mengatakan sesuatu kepada Ibu,
‘’Kamu mau masuk ke dalam?’’

Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak mau masuk ke dalam karena merasakan hal yang aneh dari dalam bangunan tersebut.
‘’Bayi kamu cantik ya.’’ Ucap wanita tersebut.

Aneh! padahal ibu sendiri belum tau bahwa bayi dalam kandungannya akan terlahir dengan jenis kelamin perempuan.
Namun wanita itu dengan tegasnya mengatakan jika bayi yang berada dalam kandungannya berjenis kelamin perempuan.

Wanita asing itu meninggalkan Ibu. Ia berjalan menuruni tangga dan kembali lagi ke desa.
Ibu yang merasa ada yang tidak beres, ia pun segera mengikuti wanita tersebut.

Namun, saat ibu menuruni tangga, tiba-tiba ada sesuatu yang memegang perutnya dari belakang.
‘’Nduk, jabang bayimu wangi yo.’’ (Nak, jabang bayimu wangi ya.)

Ibu melihat dengan jelas kedua tangan yang sangat besar sedang memegangi perutnya. Kuku dari masing-masing tangan tersebut sangat panjang. Warnanya hitam. Lalu perlahan, ibu menengok ke arah belakang.

‘’Nduk? Melok aku yo nduk…‘’ (Nak? Ikut aku yo nak…)
Ibu langsung berteriak kencang. Namun mulutnya seperti tersumpal sesuatu. Tatapan dari sosok itu benar-benar sangat mengerikan.

Sosok itu memiliki wujud yang tidak lazim seperti umumnya. rambutnya yang panjang, wajahnya yang keriput seperti nenek tua, namun, kedua matanya benar-benar tidak ada.

Lalu sosok itu melayang layang. Dengan kedua tangannya yang lebih besar dari badannya. Sosok itu menginginkan bayi yang berada dalam kandungan Ibuku.

‘’Nduk? Melok aku yo nduk…‘’ (Nak? Ikut aku yo nak…)
Sosok tersebut mengucapkan kalimat yang sama. Ibu mencoba berlari, namun tubuhnya tidak bisa bergerak.

Sosok itu perlahan memegang perut ibu. Lalu dengan cepat ia merobek bagian perutnya dan mengambil paksa bayi yang berada di dalam kandungan Ibu.
Tidak lama kemudian darah mengalir deras hingga membasahi kakinya. Ibu kemudian berteriak kencang.
‘’ARGHHHHHHHHHHHHHHH!’’

Semua yang berada di rumah tersebut langsung terbangun. Bapak yang berada di samping Ibu segera menanyakan apa yang baru saja terjadi,
‘’Ibu kenapa?’’ Tanya Bapak.

‘’Pak… Desa ini bukan desa yang baik pak.’’

Kang Waris dan juga Jaja segera mengetuk pintu. Mereka bersamaan menanyakan apa yang sudah terjadi dengan Ibu.

Bapak kemudian meminta kepada Ibu untuk menenangkan diri. Ia tahu jika ada pertanda yang kurang baik dari desa ini, pasti orang pertama yang merasakannya adalah Ibu.

‘’Ibu tenang dulu. Nanti kita bicarakan bersama Kang Waris dan yang lainnya.’’ Jelas Bapak.
Bapak segera memakai bajunya dan keluar dari kamar. Di luar kamar, kang waris dan Jaja sudah menunggu dan menanyakan apa yang sudah terjadi pada Ibu.

‘’Kenapa isterimu arto?’’ Tanya Kang Waris.

‘’Kang Waris, sepertinya ada sesuatu yang tersimpan di desa ini. Sebelumnya di desa alas wingit, isteriku merasakan hal yang sama.

Jika ada desa yang menyembunyika sesuatu yang terkesan sangat mengerikan, berarti desa tersebut benar-benar berbahaya.’’ Jelas Bapak kepada Kang Waris.

Kang Waris mengerti apa yang dimaksud oleh Bapak. Dari dalam kamar, ibu masih menangis. Ia tampak traoma dengan mimpinya tersebut.
‘’Sepertinya, pagi ini akan ada sesuatu yang terjadi di desa ini.’’ Ucap Kang Waris kepada Bapak.

Bapak belum diberitahu terkait mimpi yang baru saja dialami oleh Ibu barusan. Namun dirinya merasa takut, jika mimpi tersebut merupakan pertanda buruk yang akan terjadi di desa ini.

Malam itu juga, bapak menemani Ibu sampai tertidur. Ia berjaga-jaga agar Ibu tidak mendapatkan gangguan serupa.

Keesokan harinya, para warga desa Astana Talimongso di gegerkan dengan adanya beberapa wanita hamil kehilangan bayi mereka padahal masih berada dalam kandungan.

Ibu yang mendengar tersebut langsung menutup mulutnya. Ia kemudian meneteskan air mata dan mengatakan jika apa yang terjadi pada warga saat ini, sangat mirip seperti mimpi yang baru saja Ibu alami semalam.

Tidak ada yang tahu apa penyebabnya. Mereka masih mencari-cari penyebab dari hilangnya bayi yang berada di dalam kandungan tersebut.

Para wanita yang bayinya menghilang dalam waktu semalam hanya bisa menangis histeris. Tatapannnya menjadi kosong.
Mereka menyalahkan suami mereka masing-masing karena telah membawa mereka ke sebuah tempat yang sangat tidak wajar.
Tempat itu adalah ASTANA TALIMONGSO.

Sedangkan di dalam kamar, ibu berteriak kencang. Ia tampak stress dengan apa yang sudah terjadi di desa tersebut.
‘’AKU INGIN KELUAR DARI DESA INI!”

Beberapa kali Ibu mengatakan jika desa yang di tempatinya sekarang bukanlah desa yang baik baginya. Karena seluruh kejadian yang ada dalam mimpinya, sama persis seperti apa yang sudah terjadi saat ini.

‘’Tapi bu… Kita harus sabar…‘’ Jelas Bapak.

‘’Sampai kapan pak?’’ Tanya Ibu.

‘’Aku dan Kang Waris akan menuju Astana itu. Kita akan mengulik lebih dalam. Seperti halnya desa alas wingit, kita tidak tahu. Apakah desa ini masih ada kaitannya dengan orang-orang kita!”

‘’Orang-orang kita?’’

‘’Aku merasa, desa ini masih ada hubungannya seperti halnya desa alas wingit. Desa yang menumbalkan bayi, di desa ini juga, bayi ditumbalkan. Namun aku tidak tahu apa yang sedang terjadi di desa ini barusan.’’

Bapak berpikir, jika desa astana talimongso ini masih memiliki hubungan dengan orang-orang yang mengincarnya yaitu keluarga Raden Angkoro.
Jika memang ini dibenarkan, apakah desa ini masih ada kaitannya dengan orang-orang Keluarga Raden Angkoro terdahulu?

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya
close