Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LARANTUKA PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLIS (Part 30) - Ratu Iblis


Sumur itu begitu sempit, gelap dan dalam, Candini harus menjejakkan kaki kirinya ke dinding agar tak terjatuh. Sementara tangan kanannya mencekal sebilah belati yang menancap. Wajahnya pias bukan karena akan jatuh tapi ada suara bergemerincing di bawahnya dan sepasang benda bulat bercahaya dalam gelap, bergerak kesana kemari.

Ia berusaha mendorong ke atas jebakan pintu sumur itu, namun percuma, mekanisme daun pintu sumur dibuat seakan mustahil membuka kembali dari dalam sumur. 

"Sssiapa itu! aku mencium bau manusia!"

Candini mulai berkeringat namun ia menjaga agar mulutnya tak mengeluarkan suara, nafasnya ia  tahan agar tak terlalu keras menghembuskan udara. Posisinya demikian sulit tak kan mampu bertahan lama.

"Hihihi aku tahu kamu disana cah ayu? Wangi tubuhmu tak bisa mengelabui penciumanku yang tajam! aku ingin makan manusia, sudah lama aku tak makan daging manusia, sudah ratusan purnama! Hrrgggghhhh"

Suara geraman itu semakin keras, diiringi suara bergemerincing yang dahsyat. Tembok disekitar tempat Candini berpijak mulai tergetar hebat. Tahulah gadis itu bahwa makhluk yang ada dibawahnya terikat oleh rantai yang amat kuat, Candini berusaha memutar otak agar bisa kabur dari tempat itu.

Srett...

Belati itu tak mampu menahan laju berat badan Candini yang berjuang melawan gravitasi bumi. Jerit tertahan Candini sempat terdengar, untunglah tangannya menangkap suatu benda keras bergemerincing. Rantai yang besar terasa dingin menyentuh kulit, menjulur sampai ke dasar sumur. 

Rantai seukuran lengan Candini itu berukir aksara aneh yang tak mampu ia baca. Rupanya rajah itu memiliki kekuatan hingga mampu mengikat makhluk di bawahnya tak berdaya. Candini sigap menyusuri rantai terus sampai pangkal yang menancap di tembok. Terdapat benda bulat besar dari baja dengan lubang di tengah seperti menyerupai gembok. Gadis itu tersenyum gembira, masih ada sedikit jalan untuk keluar. 

"Nah jatuhlah kemari Cah ayu, Kemarilah!" bentak Siluman itu tak sabar. "Kau jatah ransumku bulan ini bukan? Hrggghh aku sudah lapar, kemari!" 

Dentingan rantai bergesekan semakin nyaring. Membuat Candini yang berpegangan terombang-ambing, walau dibelenggu rantai demikian besar, tidak hanya satu, tenaga goncangan makhluk ini luar biasa kuatnya.

Aku harus sabar, berpikirlah Candini, pasti ada jalan keluar!

Candini berusaha tidak menggubris ancaman makhluk di bawahnya. Ia tahu pasti Larantuka akan memenangkan pertempuran dan menyusulnya. 

"Wahai makhluk yang dibawah! kau bisa makan aku tapi kau akan tetap terkubur di tempat ini selama ribuan tahun lagi! Apakah kau mau terus dirantai seperti anjing penjaga? Diberi makanan jatah yang paling kau benci layaknya budak?" seru Candini akhirnya bersuara.

Pancingan Candini rupanya tepat mengenai titik kesombongan makhluk seram itu. 

"Diaaam! Aku Raja Buto Ijo tak pernah dihina seperti ini! Hrrrgghh Jahanam Gondo Mayit, dia harus membayar penghinaan atasku ini berkali lipat. Tidak hanya menipuku dalam sumur,  tapi ia ambil alih semua anakbuah kesayanganku di kerajaan demit! Hrrrgggh akan kukunyah batok kepalanya, kulumat semua jeroan setan wanita itu!" damprat suara makhluk itu bergema,  membuat telinga Candini berdenging.

"Kau yang Diam!" balas Candini. Dahinya mengeluarkan keringat sebesar biji jagung.

Aku tak boleh menunjukkan rasa lemah di depan demit ini, tidak boleh tunduk!

"Heh dengar Aku bisa membantumu membalaskan dendam dengan keluar dari sini, itu mudah! Cukup membuka gembok kunci rantai ini dengan pisau belatiku. Tapi kau harus janji untuk mengeluarkanku dari sumur ini! Saat ini temanku sedang bertarung melawan ratu iblis yang pernah menaklukanmu, ilmunya setinggi langit seluas bumi. Kau hanyalah debu bila dibandingkan dengan temanku ini!"

"Hrrrghhhhaaahhh!" suara raungan kemarahan kembali terdengar mengerikan.

***

Titik titik air berlarian di pipi Murni, ia merasa tak berguna karena tak bisa membantu Candini, bagaimanakah keadaaanya di dalam sumur? apakah mati atau hidup? sayangnya Murni tak bisa untuk berbalik mundur lagi menyelamatkan orang yang telah berkorban jiwa untuknya. Hatinya sebagian menyuruh untuk tidak mengkhianati permintaan terakhir Candini, kebebasannya tak boleh disia-siakan, ia harus selamat. 

Ia hanya berdoa semoga sang wanita memiliki umur panjang, dan bisa kembali bersua saat semua ini berakhir.

Murni tersengal setengah mati karena harus terus berlari, kakinya sakit tergores jalan yang penuh hiasan rangka tulang belulang. Setelah melewati lorong curam berselimut ukiran wajah manusia, ia mendapatkan ada cahaya di ujung lorong. Tanda kapur yang dibuat Candini telah membantunya mencari jalan keluar. 

Sinar di ujung lorong itu begitu menyilaukan mata, namun terasa hangat menerpa sekujur tubuh Murni. Disana ia melihat satu sosok tegap berbaju serba hitam yang amat dikenalnya. Tak terasa airmatanya kembali meleleh, pemuda misterius yang senantiasa hadir dalam pengharapannya untuk selamat. Dan kini lelaki itu menepati janjinya, mencari dan menyelamatkan Murni dari cengkraman Ratu iblis.

Badan kekar itu berdiri dengan jubah berkibar ditiup angin pertempuran, cahaya kemilau keemasan berputar-putar di sekujur tubuh Larantuka. Mata pria itu terpejam dengan tangan kanan dilipat didepan dada.

"Kakang Larantuka!" isak wanita muda itu.

Langkah wanita itu terhenti saat netranya menatap makhluk mengerikan yang sedang dihadapi oleh Pemuda itu. Darah Murni terasa membeku melihat monster raksasa dengan rambut merah darah menjuntai menatap nyalang ke arahnya.

"Murni! rupanya kau bisa lolos dari rantaiku, kemari! ... atau kululuh lantakkan badanmu bersama pemuda ini!" perintah makhluk itu dengan bengis.

Murni menggeleng dan berlari memutar ke belakang Larantuka untuk mencari perlindungan, matanya tetap terpejam, ia tak mau menatap wajah iblis wanita yang ditumbuhi tanduk itu.

"Bersiaplah atas kehancuranmu Ratu iblis" ujar Larantuka dengan suara berat, ada nada ketenangan dalam dirinya setelah melihat Murni bisa kembali dengan selamat.

Amarah sang Ratu Iblis kembali berkobar, ilmu kitab Iblis Sangang Urip ia himpun sampai puncak, dari sekujur tubuhnya keluar sinar merah menggidikkan menyerang Larantuka, menimbulkan suara dentuman keras dan percikan api berpijaran.

Ledakan itu menimbulkan angin keras yang menyesakkan Murni hingga terjengkang.

"Kakang Hati-hati!" jerit Murni khawatir.

Ketiga mata Nyi Ratu terbelalak melihat Larantuka masih mampu berjalan mendekat sambil menyeret kakinya, sinar perak dari langit masih turun bagai meteor menyelimuti pendekar cacat itu.

"Jahanam Bagaimana mungkin kau masih belum mampus!" geram Nyi Ratu.

Hanya selisih hari ilmu Larantuka meningkat berkali lipat diatasnya, ia hampir hilang akal melihat kemajuan pemuda itu. Kali ini ia harus benar-benar memusnahkan lawannya dari muka bumi untuk selamanya. Ia kerahkan seluruh kemampuannya dalam satu serangan ilmu puncak Kembang Mayang Rogoh Sukmo. Mulutnya yang lebar sampai ke telinga membisikkan mantra-mantra gaib dengan berbisik.

Ajining Demit Sekti Mandraguna tumpes rantas ireng roh manungso, siro sun konkon seroten bayune ratuning roso. Buyar Segoro, bumine bubrah,  laruten mblesek, kepati luruh ora iso tangi. 

Haargghhhh...

Bersamaan jeritan Sang Ratu, angin kencang berhembus tanpa ampun, tanah berguncang saat kilatan petir berwarna hitam keluar dari tubuh Ratu menyambar kesegala arah.

Petir hitam itu berjumlah ribuan menyambar tubuh Larantuka dari segala arah. Sementara tangan Ratu bergetar hebat, nyala api merah membakar tangan berkuku runcing tajam itu. Siap untuk dipukulkan ke badan musuh.

Larantuka mengarahkan kedua tangan ke atas ke arah langit, meminta tenaga murni dari alam semesta yang dikumpulkan ke dalam telapak tangannya. Kedua tangan itu ia turunkan dengan lintasan berbentuk lingkaran hingga mengatup di depan Dada. Matanya memancarkan sorot tajam penuh kesungguhan.

"Kali ini aku akan menghancurkanmu Gondo Mayit, satu dari Ratu Demit Pitu yang sudah mencelakai umat manusia semenjak jaman kawitan Kembalilah ke alam neraka tempatmu bermula! Disana sudah menunggu Ratu Demit Wungu KalaBrahala yang sudah kutumpas!"

Gondo Mayit melotot, "Harrgghh tidak mungkin tidaaakk manusia sepertimu hanya menjemput ajal jika sudah melihat wujud asli kami. Hiaaattttt"

Teriakan keras bergema saat Ratu Gondo Mayit menyarangkan tapak sarat kuasa iblis ke dada Larantuka, disambut oleh pemuda itu dengan telapak berselimut cahaya murni keperakan. Perisai Cermin Pusaka Langit kembali dijajal.

Blammmm...

Sang Ratu tercekat merasakan tenaganya seperti gelombang deras keluar dari wadag kasar ke arah Larantuka. Tenaga itu seperti membentur sesuatu yang keras lalu berbalik menerjang ke tubuh Ratu Siluman itu.

"Cilaka kowee!"

BERSAMBUNG
close