Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LARANTUKA PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLIS (Part 29) - Perisai Cermin Pusaka Langit


Apa itu Cinta?

Apa itu Dendam?

Larantuka tidak tahu apa itu semua, yang ia tahu dadanya terasa terbakar melihat kekejaman kaum Siluman melahap ribuan manusia tak berdosa, amarahnya meluap-luap saat Dedemit itu memperdaya manusia yang serakah, Gigi bergemeretak, tangan mengepal membesi melihat para iblis menjadikan manusia budak kegelapan dan sajian tumbal saat perjanjian berdarah itu berakhir.

Tidak ada kesenangan atau kebahagiaan abadi didapat dari hasil bekerjasama dengan setan, pada akhirnya manusia itu harus menerima kutukan dan kesengsaraan buah dari keserakahan semasa berjaya, dengan bantuan kuasa kegelapan. Semua kesenangan, kekuasaan, kesaktian itu adalah fana, setipis embun pagi yang mudah hilang terkena sinar matahari.

Bangsa Iblis menjadi musuh bebuyutannya dari saaat ia masih dibuai ayunan. Banyak sudah kepedihan yang harus ia lalui, penderitaan yang menghantui dari masa lalu terus membayangi, yang tidak semua manusia bisa menahan. Namun rasa dendam berkobar inilah yang menjadikan Larantuka terus kuat mengayunkan langkah kaki. Menyeret tubuhnya terpincang Melewati lembah terpencil, gurun yang tandus dan berangin. Bahkan hutan gelap rapat dengan jalinan akar menjulang ia masuki untuk memburu iblis yang tersisa. Tidak ada belas kasih dari Larantuka, semua demit harus musnah dari muka bumi ini, agar perihnya luka masa lalu bisa sedikit terobati dan penderitaan manusia tidak semakin bertambah.

Pertempuran akhir antara Nyi Ratu Gondo Mayit dan Larantuka kembali tumpah. Kali ini di alam kekuasaan tempat Nyi Ratu berkuasa penuh. Tidak terikat dengan hukum alam dimana kekuatan kaum demit melemah di kala siang hari.

Cakar Ratu bagai kilat, membabat dengan kejam dan tanpa ampun mengarah ke muka dan dada Larantuka. Sekedip mata Cakar maut membayang tiga kali kearah Larantuka, Pemuda itu tidak bergeming namun tangannya lurus mendorong kedepan memapak kuku Rogoh Sukmo yang tajam.

Nyi Ratu tercekat harusnya telapak tangan itu sudah bolong tertusuk cakarnya yang tajam tetapi larantuka enteng menepis ringan dengan jalur setengah lingkaran ke arah kanan, tenaganya terlihat biasa namun cakar Nyi ratu terbanting keras sebelum terkena sasaran. Edan.

Serangan mengalir tanpa ampun, Ajian dan Kesaktian dikeluarkan Kanjeng Ratu mengandalkan ilmu Rogoh Sukmo yang cepat dan lincah, terkadang meliuk bagaikan sabetan ekor sriti yang membelah air, namun tak disangka Larantuka mampu mengimbangi  belasan ilmu mahasakti milik Kanjeng ratu, dengan satu tangan! Sebelah tangan itu dengan ajaib menari-nari di bola mata Nyi Ratu.

Ilmu Sihir apa ini? bentaknya dalam hati, tenaga Larantuka ternyata sangat tebal dan berlapis-lapis sehingga arah serangannya gampang dibelokkan. Nyi Ratu mendesis marah, ia melanjutkan menyerang dengan ganas perut Larantuka dengan tangan kiri bersiap membuaat usus Pemuda itu terburai.

Serangan Nyi Ratu teramat dahsyat sehingga menimbulkan deru angin kencang namun pemuda itu segera mengangkat lutu untuk menangkis serangan Ratu, tidak berhenti sampai disitu, tahu-tahu kaki kiri pendekar itu lanjut menyepak samping kepala sang Ratu.

Dhuessh...

Nyata tenaga Larantuka berkali-kali lipat lebih dahsyat, tendangan tadi bagaikan palu menggodam kepala Nyi Ratu, membuat demit itu terlempar ke samping menabrak tembok hingga dinding itu jatuh berguguran. Ratu demit itu murka ia bangkit dan mengerahkan tenaga murninya, segera ilmu Kembang Mayang Rogoh Sukmo meraung keras, menimbulkan angin dahsyat dan menggetarkan tanah tempat Larantuka berpijak.

Sebagai Ratu Iblis ia tidak pernah kalah sekalipun dari manusia. Tidak ada yang mampu mengalahkannya selama gentayangan di muka bumi ini berabad-abad lamanya. Tidak pernah seorang pun!

Dan kali ini ia dipaksa mencium tanah oleh pemuda ingusan tak tahu dari mana asalnya!

Nyi Ratu menggeram keras, diantara gaun panjang merahnya yang berkibar-kibar sosoknya perlahan berubah semakin menakutkan. Mata melotot merah seperti hendak keluar dari rongga, mulutnya melebar sampai ke telinga memperlihatkan giginya yang berubah menjadi taring-taring tajam. Tanduk panjang kembali terlihat runcing dan tajam siap menusuk musuh.

Entah bagaimana tubuh Nyi Ratu membesar,  menjelma menjadi raksasa setinggi sepuluh tomba, dan rambutnya yang merah beriak-riak bagaikan sungai api luber dari kepalanya. Ia telah tiwikrama, artinya mengerahkan semua ilmu yang dimiliki membuat tubuhnya menjadi raksasa sakti yang kebal semua senjata dan serangan.

Apabila musuh sudah melakukan tiwikrama artinya mereka sudah mengerahkan semua tenaga kesaktian yang dimiliki.

"Mampuss!"

Bentak kanjeng Ratu meloncat memukul ke arah depan, setiap langkah kakinya menimbulkan gempa dahsyat. Tangan yang sebesar batang kelapa itu bagaikan cambuk dari neraka menghantam tepat ke atas kepala Larantuka.

Pendekar itu segera menangkis serangan itu dengan sebelah tangan kanannya, badan merunduk, kaki membentuk kuda-kuda rendah. Namun kekuatan hempasan serangan itu seperti menjalar membuat lantai yang dipijak Larantuka luluh lantak tak karuan.

Mata pemuda itu membulat menatap monster didepannya, ia tak menyangka kekuatan Ratu sungguh besar.

Menyusul hantaman tangan kiri Kanjeng Ratu menyodok ke badan Larantuka yang saat ini hanya seukuran genggaman tangan raksasi itu. Larantuka sudah mengangkat lututnya untuk kembali menangkis namun tekanan hawa tenaga dalam ratu terlalu besar.

Blammm...

Kali ini berganti Larantuka yang terlempar ke arah atap Istana, menyebabkan atap itu hancur berkeping-keping. Reruntuhan pilar dan atap itu jatuh berserakan mengubur tubuh Larantuka yang sudah terjerembab di lantai.

Sekejap terdengar suara keras dan tumpukan puing-puing itu berpencar ke segala arah. Pemuda itu masih belum menyerah!

Nyi Ratu tak memberikan Larantuka kesempatan mengambil napas apalagi mengatur serangan kembali, kali ini Ratu Demit itu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan diarahkan ke pemuda itu, dua larik sinar hitam bagai kilat menyambar tubuh pemuda itu.

Dhuarrr...

Bunyi ledakan terdengar keras, sinar itu membuat Larantuka jatuh tersungkur menahan sakit dengan kedua tangannya.

Tanpa Ampun juruh Kilatan Sinar inti iblis Nyi Ratu Gondo Mayit ia sarangkan kembali ke badan Larantuka diiringi suara ledakan bertalu-talu. Cahaya hitam berpendar mengelilingi tubuh Larantuka. Membuat punggung pemuda itu remuk redam, darah menggumpal hitam kental keluar dari mulutnya akibat digempur oleh ilmu iblis sang Ratu tanpa ampun.

"Hahaha mati kau!"

Namun pemuda itu tak menyerah, diantara belasan pukulan sinar hitam bersarang di tubuh, diantara kepulan debu dan bebatuan yang menyesakkan napas, diantara darah yang mengalir di sela giginya, ia menggertak keras! telunjuk tangan kanannya diarahkan ke atas langit.

Sebuah sinar kemilau kebiruan melesat dari telunjuk itu lurus ke atas langit dan membias sempurna diatas.

Diatap yang telah berlubang itu terlihat pemandangan luar biasa!

Langit merah kelam seperti membuka tirai penutup wajahnya, pusaran awan membentuk lingkaran bagaikan tepi dari sebuah cermin, tampak langit yang hitam bersih dengan taburan ribuan cahaya bintang tampak mengkristal indah layaknya sebuah cermin maha jernih!

Perisai Cermin Pusaka Langit!

*** 

Candini melesat diantara pilar-pilar besar istana Jalmo mati, sesekali ia harus mengganti langkahnya agar tidak terpengaruh goncangan tanah yang bergetar akibat pertarungan antara Larantuka dan ratu iblis. Sesungguhnya wanita itu ingin menyaksikan pertarungan maha dahsyat namun ia telah diperintahkan Larantuka untuk membebaskan Murni terlebih dahulu.

Tangannya yang mungil sesekali dimasukkan ke kantong kecil di balik bajunya, kantong kecil itu berisi bubuk kapur putih, sebagai telik sandi dengan cekatan ia membuat tanda panah terbalik di lorong agar mudah untuk menemukan arah jalan kembali.

Telinganya yang tajam mendengar rintihan suara permintaan tolong dari kejauhan. Iapun segera berkelebat menyusuri lantai istana. Benar saja di aula belakang terlihat di sebuah altar yang lebih tinggi dari sekitarnya ada Murni yang terikat lemas tak berdaya. Rambutnya acak tangannya terlilit tali tipis.

Setelah Gadia itu menyelinap di antara pilar dan memastikan tidak ada musuh lain di sekitar ruangan maka ia bersalto dan hinggap di hadapan Murni, rupanya gadis itu tertotok jalan darahnya. Iapun segera menotok lepas jalan darah gadis desa bakor itu.

Namun Candini  lengah, ternyata lantai altar itu adalah sebuah jebakan!, segera saja lantai itu terbalik menjatuhkan kedua gadis ke dalam Lubang sumur yang dalam. Pendekar wanita itu bertindak reflek mendorong tapaknya untuk melemparkan Murni ke atas melewati mulut sumur.

"Ikuti Arah kapur!" teriak Candini meneriakkan kata terakhirnya sebelum ditelan gelap lubang  sumur.

Murni berteriak memanggil Candini namun lubang itu kembali telah menutup rapat seakan barusan  tidak terjadi apa-apa.

Didalam Sumur Candini sigap mengeluarkan belati dan menancapkan ke dinding sumur untuk memperlambat jatuh tubuhnya. Ia tak mau mati konyol terhempas di dasar sumur.
Tubuh gadis berbaju kuning itu bergetar melihat dua titik yang semakin membesar di bawahnya.

Dua lingkaran besar bercahaya hijau, menatapnya dari dasar sumur yang gelap!

BERSAMBUNG
close