Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENDAKIAN TERLARANG

Kali ini saya akan membagikan pengalaman misteri saya waktu mendaki gunung,
Serta bermaksud memberi peringatan, kepada teman-teman pendaki,
supaya lebih berhati-hati dalam mendaki gunung, terutama jika kondisi tidak fit dan tidak suci.

Saya sarankan mending pendakian ditunda dulu, jika tidak ingin seperti pengalaman saya ini,
cerita ini lebih dari sekedar cerita nyata pada umumnya, jadi mohon sungguh dijadikan pembelajaran yang berarti.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2010,
Waktu itu saya dan teman-temanku mendaki gunung yang berada di kota kami,

Dengan berjumlah 4 orang, 2 cowok, dan 2 cewek, kita mulai pendakian memang malam hari, karena lokasi gunung yang tidak jauh dari tempat tinggal saya, serta saya memang sudah beberapa kali mendaki gunung ini, jadi berangkat malam hari pun bukan menjadi masalah buat kami.

Perkenalkan kami aldo, doni, zahra dan fara (nama samaran ya)

Start pukul 16.00 kita awali perjalanan kami dari alun-alun kota menuju loket registrasi dengan menggunakan motor, 
Setelah melakukan registrasi di loket pendaftaran, kami lanjutkan dengan berjalan kaki, jarak antara loket pendaftaran dan sumber air terkahir, berjarak kurang lebih 30 menit,

Sepanjang perjalanan ke sumber, kami habiskan dengan menikmati pemandangan sore hari yang begitu indah, yang membuat perjalanan kami menjadi tidak terasa,
Sesampainya di sumber air, kami putuskan untuk beristirahat sambil mengisi perut kami, mie instan pun menjadi makanan andalan waktu di gunung, sambil menunggu air mendidih, waktu kami habiskan untuk ngobrol-ngobrol santai, hingga tidak terasa hujan pun turun, 
Kamipun memutuskan untuk menunggu hujan sedikit reda, agar perjalanan kami aman, tidak licin serta tidak berbahaya....
Waktu menunjukan pukul 18.30, karena hujan tidak kunjung reda, kami putuskan akan melakukan perjalanan dengan menggunakan jas hujan,
Sewaktu melakukan persiapan, tiba-tiba datang seorang cowok berumur sekitar 20 tahun menghampiri kami, dia sendirian, dan mengaku akan melakukan pendakian di gunung yang sama, kami pun sepakat melakukan pendakian bersama, karena dia bilang dia baru pertama kali ke gunung ini, mengingat dia hanya seorang diri, dan cuaca hujan, jadi lebih aman jika dia mendaki bersama kami, setelah kenalan, dia mengaku bernama imam, seorang pendaki tunggal asal kota banyuwangi jawa timur, dia juga bilang, kalau dia sering mendaki seorang diri ketika menjelajahi gunung di jawa,  bahasa keren nya pendaki solo,

Tanpa menaruh sedikitpun curiga, kami memulai pendakian sekitar pukul 7 malam.
Karena saya yang tahu jalan, saya berada di posisi terdepan dan imam di posisi paling belakang, karena dia tergolong berbadan paling besar diantara kami, jadi kami taruh paling belakang buat jagain track, (dalam dunia pendakian posisi perjalanan juga diatur loh mulai navigator leader logistik follower dll jadi gak asal-asalan).

Sepanjang perjalanan, zahra merasa tidak nyaman dengan keberadaan imam, karena posisi jalan dia tepat di depan imam, dia sering kali mencoba membicarakan kepada saya, tetapi tidak terlalu saya hiraukan, maklum lah waktu itu saya fikir dia cewek jadi ribet.

Setelah sampai post peristirahatan, kami istirahat, karena hujan sudah reda, kami putuskan istirahat agak lama disini, mengingat gunung ini tidak terlalu tinggi, jadi santai dulu boleh lah yaa..... waktu itu kami juga menjumpai beberapa pendaki lain juga sedang istirahat,

Tempat istirahat ini tergolong luas dan strategis, jadi tidak jarang beberapa pendaki mendirikan tenda disini dan tidak melanjutkan ke puncak, namun disini terkenal mistis, karena cerita warga setempat ada yang pernah melakukan bunuh diri di tempat ini,

Pertanyaan itu pun tidak bisa saya jawab ketika fara menanyakan detail tentang cerita itu kepada saya, karena saya tidak terlalu faham bagaimana ceritanya, meskipun saya sering kesini.

Semua mendadak diam, ketika imam tiba-tiba menjelaskan keadaan secara detail tentang mitos disini, bahwa pernah ada seorang lelaki bunuh diri, loncat dari batu karena cintanya tidak direstui, dan akhirnya meninggal dan ditemukan beberapa hari kemudian, saya pun merasa bertanya-tanya darimana dia tau semua cerita itu,.

Akhirnya Pertanyaan itu terjawab ketika si doni bertanya kepada imam

"Lho kamu tau dari mana bang"
Imam pun menjawab dengan santai tanpa memandang kami dan tetap memandang batu dia menjawab

"yang loncat itu teman saya".

Tanpa memikirkan hal itu kami melanjutkan mengeluarkan kompor, dan bersiap bikin kopi, karena keadaan cuaca yang sangat dingin, jadi kami perlu menghangatkan tubuh kami dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak,

Btw zahra, fara dia temen satu sekolah ku,

Fara ini tergolong cewek yang suka parno sedikit rewel dan agak lebay, beda dengan zahra, dia cewek yang pendiam, dan kita kenal dia sensitif dengan hal-hal yang berbau mistis, dia sering cerita tentang hal aneh disekolah dan biasanya memang terjadi.

Dan doni ini, temen main ku waktu dikampung, dia orang yang suka becanda banget, humoris serta konyol, jadi memang sengaja saya ajak agar selama pendakian kita tidak merasa sepi.

Kamipun melanjutkan perjalanan, selama perjalanan kami ditemani dengan ocehan si doni yang tidak bosan melakukan tindakan konyol,
Itu yang membuat rasa lelah kami sedikit terlupakan,

Tetapi disini zahra sudah sangat berbeda,
Sejak dari post peristirahatan tadi, dia lebih diam dan tidak ngomong sama sekali, saya mulai curiga dengan zahra, saya fikir waktu itu dia tidak enak badan dan dia tidak mau cerita.

(hal ini membahayakan pendakian jika salah satu tidak fit, sebaiknya pendakian dihentikan karena berbahaya bagi satu tim)

Hal itu membuat saya tukar posisi dengan doni, dia sekarang berada paling depan, saya di tengah dibelakang fara dan di depan zahra,
Saya mendekati zahra dan mencoba memastikan keadaan zahra, dia pun tidak mau menjawab dan cuma berkata "aku gapapa lanjut aja"

Imam ini memang gak banyak omong, jadi saya agak canggung kalau saya mau sok kenal sama dia,. 
Sepanjang perjalanan imam jarang sekali mengeluarkan suara dan terkadang berhenti tanpa konfirmasi, karena posisi dia paling belakang dia terkadang tertinggal jauh, dan kita pun berhenti untuk menunggunya,

Karena memang kita jalan santai, mengingat kita bawa 2 cewek, apalagi si fara, kebanyakan ngeluhnya daripada jalan nya, jadi kita sampai puncak hampir tengah malam.

Sesampai puncak,
Kita menjumpai beberapa pendaki yang sudah hangat dengan api dan selimutnya masing-masing, Membuat kami ingin segera mendirikan tenda dan menikmati indahnya kota kami dari ketinggian.

Keadaan mulai memanas ketika doni mulai jengkel dengan tingkah imam, karena dia tidak mau membantu kami sama sekali dalam mendirikan tenda, mencari kayu bakarpun dia tidak mau membantu, dia hanya diam dan cuma memandangi aktivitas kami,

Doni mulai kesal, diapun mengeluarkan sindiran hingga kata-kata kasar agar doni mau membantu kami,

Api pun menyala, ditambah segelas kopi hangat menemani kami, membuat rasa lelah kami hilang seketika ketika melihat kerlap-kerlip lampu kota waktu itu,
Imam yang sebelumnya sering diam dan duduk, kini dia lebih sering mondar-mandir keliling puncak, mungkin dia sudah tidak capek jadi dia mulai sadar kalau gunung ini indah, fikirku.

Keadaan jadi agak kacau ketika si fara hendak buang air kecil, dan merepotkan kami semua, dia tidak berani buang air sendirian, kami semua pun akhirnya mengantarkan dia agak jauh kebelakang tenda, dan betapa kagetnya ketika fara menjerit histeris,,,,,

" Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Kami pun sontak berlari ke arah fara untuk melihat kejadian apa yang terjadi, dan betapa kagetnya ternyata si imam tiba-tiba berada di samping fara,

Suara jeritan fara membuat pendaki lain mendatangi kami, dan setelah kami bilang bahwa tidak ada apa-apa, lalu kami mencoba bertanya kepada imam.

Kenapa dia tiba-tiba di samping fara,
diapun menjawab

"Jangan buang air kecil disini"

"Memang aneh nih ni orang" kataku

Disela-sela keadaan yang mulai tidak nyaman karena keberadaan imam, zahra menghampiri saya dan mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan si imam,

Saya pun menghampiri imam, mencoba mengajak ngbrol dan mencari informasi lebih jauh tentang dia.

"Ente gak bawa tenda mas?"
"Gak perlu" saut imam,

"Lho la ente nanti tidur e dimana mas, ini tenda kami masih muat kok kan cewek-cewek tidur di tenda sebelah". Kataku

Imam tidak menjawab sepatah katapun,

Akhirnya kutinggalkan dia sendiri, karena dia juga kurang enak kalau diajak ngobrol, Aku jadi malas juga, ditambah cerita zahra yang katanya imam memang memandangi kami aneh satu persatu terus-terusan mulai dari bawah tadi.

Waktu pun berlalu,,,
Kami menikmati api unggun sambil tertawa riang dengan lelucon-lelucon yang di lontarkan oleh doni,,,, imam tiba-tiba datang menghampiri kami dan dia gabung ikut menghangatkan badan,.

Sekitar pukul 3 pagi,
rasa lelah kami mulai terasa,,, kami berencana istirahat dan bangun pagi-pagi, untuk melihat sunrise,

Ketika kami hendak masuk tenda, saya coba menawarkan ulang tawaran kami agar dia (imam), istirahat di tenda saya,

Karena setau saya dia tidak bawa tenda ataupun sleepingbag,

Dia tetap menolak tawaran saya, dan dia bilang
"aku gak tidur mas tak jagain kalian soalnya temanmu ada yang gak suci".

Baik juga ni anak 'fikirku'

Tapi,,
Fikiranku mulai gak enak, karena saya khawatir,, nanti kalau saya dan doni tidur,  terus dia diam-diam masuk tenda fara zahra kan bahaya,,, orang kita baru kenal juga sama si imam, jadi belum tau siapa dia sebenarnya.

Akhirnya saya, imam dan doni tetap diluar tenda, saya bilang sama imam,

"aku disini aja mas didalam dingin mending disini hangat sambil jagain api biar tetap nyala"

Akhirnya karena kecapekan saya dan doni ketiduran di matras samping api unggun.

Waktu pun berlalu.....
Cahaya matahari terbit yang langsung ke arah wajah saya, membuat saya terbangun seketika dan membangunkan teman-teman untuk bersama-sama melihat indahnya sunrise dari gunung ini,

Setelah sunrise,
Tanpa memikirkan dimana keberadaan imam kamipun melanjutkan istirhat kami, karena badan masih terasa lelah sekali,

Saya terbangun sekitar pukul 09.00, karena fara membangunkan saya dan bertanya keberadaan zahra,

Saya sontak membangunkan doni dan mengajak mencari imam dan zahra, doni yang awalnya tidak mau ikut membantu, akhirnya mau setelah kupaksa, karena bagaimanapun juga, imam juga menjadi tanggung jawab kami, jika sampai terjadi apa-apa, karena kita berangkatnya sama-sama, 
Apalagi dengan zahra,,
Jika sampai terjadi apa-apa kita pasti bakal dituntut oleh keluarganya dan tidak menutup kemungkinan pasti keluarga zahra akan membawa masalah ini kejalur hukum,

Setelah mondar-mandir belum juga ketemu, akhirnya kami tanya pendaki lain tentang hilangnya teman kami itu,

Iya betul,, akhirnya kami duduk lemas,,,

Setelah mendengar jawaban pendaki lain,, bahwa setau mereka, kami cuma ber empat, tidak ber lima,

Astaga.....
Fikiran saya waktu itu sudah pasrah,  takut campur jadi satu, kalau memang imam itu setan, zahra pasti dibawa ke alam lain,

Di sela-sela fara yang terus menangis,
Kami mencoba berpencar untuk mencari informasi dari pendaki lain akhirnya jawabnnya pun sama,

Setau pendaki lain kami memang cuma ber empat,

Di puncak memang ada sekitar 6 sampai 7 tenda yang berdiri, dan tenda saya berada lumayan di tengah-tengah,

Jadi pendaki lain dengan yakin bilang kita cuma ber 4 dari awal.

Kita cerita soal ciri-ciri detail, sampai pas waktu fara kemarin malam teriak pun mereka bilang

"mas nya cuma ber 4 mas saya tau dari awal, mas datang dan nyapa saya kemarin, saya tau kalau mas cuma ber 4, saya juga sering liatin aktivitas ditenda masnya kok, kan cweknya cantik-cantik jadi kita liatin dari kemarin, Dan itu kalian memang cuma ber 4 mas , "tutur pendaki lain".

Di tengah keputus asa'an kami,  Saya coba menghampiri fara, yang kurasa dia paling dekat dengan zahra,

mencoba bertanya, detail hilangnya zahra barangkali kemarin zahra ngomong hal aneh atau semacamnya,

"Tadi pagi habis liat sunrise aku langsung diajak tidur lagi sama zahra, dia gak bilang apa-apa, cuma bilang, badanku agak lemas kurang tidur, tutur fara di sela-sela tangisannya yang semakin kencang.

"Itu tapi tas sama barang-barang dia masih ada apa kagak" sahutku

"Gak ada i" ucap fara sambil melihat barang-barang zahra yang tidak ada,

Wah ini pasti dia sudah turun, aku harap-harap cemas,

Ya mungkin cuma itu kali ya, harapan terbaik kami waktu itu, meskipun kemungkinannya kecil kami tetap berharap, dia sudah turun duluan.

Akhirnya kami putuskan untuk langsung turun seketika waktu itu

Di perjalanan turun,,,,
kami semua cuma diam tertegun, perasaan sudah tidak karuan,, fikiran menjadi kemana-mana. Perut lapar, tenggorokan kering, badan pegal pun sudah tidak terasa lagi,

Sekitar jam 12 siang akhirnya kami sampai di post peristirahatan, dan betapa kagetnya kita, ketika melihat zahra tiduran dengan santainya di samping batu,

Sontak kami langsung menghampiri dan memarahinya. Kenapa dia turun duluan, terlalu berbahaya karena dia juga baru pertama mendaki gunung ini,

"He kampret,, Maumu apa e,,, kita semua cariin lu malah turun sendirian, ninggalin kami,, gila lu" kata doni dengan penuh emosi

"Iy kamu kok tega,,, kita semua bingung, aku nangis terus,, anjirr, takut lu dibawa setan," sahut fara sambil memeluk zahra

Zahra dengan wajah kebingungan. Coba bertanya balik kepada kami apa yang sebenarnya terjadi

"Lo maksudnya gimana? Kan kita turun sama-sama, nah kata lu gue suruh nunggu sini" jawab zahra kebingungan sambil menunjuk kearah doni

"Kata siapa, orang lu udah gak ada dari pagi tadi" sahutku

"Iya kan tadi pagi lu bangunin gua lu ajak turun, keburu panas,,, gimana sih" jawab zahra coba menjelaskan

"Jadi menurut lu, lu turun dengan kita ?." imbuh doni

"La mau sama siapa lagi coba, aneh kalian,. Kan kata lu do, kita istirahat di pos peristirahatan aja, disana kagak panas, yaudah kita turun, nih gua baru bisa tidur bentar,, eh,, lu bangunin lagi, resek lu ya" kata zahra seolah tidak terjadi apa-apa,

Terus imam mana? Sahut doni

"Lo kan dia sama kamu dari tadi" jawab zahra

Tanpa banyak omong lagi, langsung kita putuskan langsung turun.

Di perjalanan, zahra terus mencoba menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, dan terus bertanya tentang, keberadaan imam,
Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan zahra

"Udah jalan aja,, nanti aja ngobrolnya, kita masih di hutan lo,, terang fara dengan raut wajah ketakutan

Kami menuju pos pendaftaran dengan perasaan penasaraan identitas imam, pasti dia kemarin juga registrasi toh, kita bisa konfirmasi kebenarannya di pos registrasi aja, fikir kami

Sesampai di pos pendaftaran,

Semua syok,,,, dan kaget termasuk zahra,, ternyata memang tidak ada pendaki lain yang naik setelah kami,,

Apalagi katanya dia sendirian,,, tentu tidak kami ijinkan mas. Tutur petugas loket

Kami pun duduk lemas di pos pendaftaran,,,

Sambil mengingat momen bersama imam,,

Kami baru sadar waktu cerita di pos peristirahatan, dia bilang yang meninggal itu teman nya.

Padahal kejadian di batu itu sudah lintas generasi,, terjadi sudah dulu sekali,.

Setelah saya coba ingat lebih dalam dia cerita pada saya dan doni bahwa dia jagain kita, soalnya teman kita ada yang tidak suci,

Setelah coba saya fikir maksud imam waktu itu, saya coba tanya kepada fara dan zahra,

Apa ada yang datang bulan diantara kalian..?

Zahra pun mengangguk, dengan wajah penyesalan,

Saya sontak langsung emosi

"orang sudah saya wanti-wanti kalau datang bulan gak usah ikut !!!!
untung kita bisa pulang kalau tidak bisa gimana"

Zahra mengaku takut cerita, karena penasaran dan pengen ikut mendaki, akhirnya dia merahasiakan keadannya.

Akhir cerita,
Alhamdulilah kita pulang dengan selamat, dan tetap memikirkan imam, dia itu siapa sebenarnya.

Terimakasih, semoga cerita ini dapat menjadi pelajaran buat pendaki lain,

Gunung adalah tempat suci, 
Hendaknya kita lebih mawas diri jika ingin mendaki tempat tersebut,

Saya sarankan,
Jika Datang bulan, jangan sekali-kali ikut dalam pendakian, selain berimbas pada kesehatan, hal itu juga berpotensi mengundang makhluk halus mendatangi kita,

Semua cerita ini nyata, real pengalaman pribadi kami,

Ada banyak hal yang tidak saya tulis,
karena saya tidak faham kejadiannya seperti apa yang dialami zahra, ketika perjalanan naik, yang membuat dia hanya diam sepanjang perjalanan serta kejadian waktu dia turun sendiri keesokan harinya,.

Saya memang terlibat dalam cerita ini,
tetapi posisi saya kurang memperhatikan imam, karena saya fokus pada jalan, dan sibuk mendengarkan doni cerita hal konyol,
serta harus mengurus fara ketika dia mulai mengeluh,,,
Jadi waktu itu memang kurang peka ketika imam menunjukan tingkah aneh.

Almandulillah saya bisa membagikan pengalaman pribadi saya, Semoga ada manfaat dan pelajaran yang bisa di ambil buat kita semua.

Terimakasih


close