Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 53) - Misi Penyelamatan


Setelah lama terdiam, Jaka Indi balik bertanya, "Apakah kau memiliki hubungan yang dekat dengan Anggraini dan Diandra!?"

"lya kami semua sudah seperti keluarga. Karena hubungan kami bukan seperti atasan dan bawahan, tetapi seperti saudara atau layaknya kakak dan adik. Kami semua adalah orang-orang yang orang tua atau keluarga kami pernah menjadi korban pembunuhan pihak Perkumpulan Bunga Teratai."

"Bagaimana kemampuan tempur Anggraini dan Diandra dibanding para duta Perkumpulan Bunga Teratai?"

"Kemampuan tempur Diandra dan Anggraini berimbang, tetapi kalau dibanding dengan para duta Perkumpulan Bunga Teratai, masih selisih cukup jauh."

Tiba-tiba Tiara terdiam, tidak melanjutkan perkataan apapun. Apakah tiba-tiba ia terpikir akan sesuatu?

Mendadak Tiara merasa tubuhnya mengejang, dan keringat dingin mulai membasahi tengkuknya. Karena ia tahu pasti bahwa Anggraini dan Diandra bukanlah tandingan para duta Perkumpulan Bunga Teratai.

Kata Jaka Indi lagi, "Tapi mungkin saja aku salah. Boleh Jadi Anggraini dan Diandra baik-baik saja."

Terdengar suara ringkik kuda unicorn dari jendela kereta, Nampak kuda unicornnya juga mulai merasakan kehadiran hewan berbisa.

"Aku akan melihat keadaan disekitar hutan, apapun yang terjadi jangan tinggalkan kabin kereta." Ujar Jaka Indi seketika.

Lalu Jaka Indi keluar kabin, dan bicara pada Gochan. "Gochan aku akan melihat sekeliling hutan, ingat apapun yang kau lihat atau jumpai jangan keluar dari lingkaran yang kubuat, bila dalam waktu sekitar tiga jam aku belum kembali, berarti aku tertahan dalam persoalan penting. Jadi bawa kuda unicorn dan nona Tiara ke Padepokan Eyang Ageng Wicaksono. Aku akan menyusul kemudian. Apa kamu mengerti !?"

"Siap...Paman !!" Ujarnya mantap.

Kemudian Jaka lndi mulai melesat kearah bau amis itu berasal... Sambil dikenakannya kalung mustika Tasbih Citra Ghaib yang bisa membuat dirinya tidak terlihat baik oleh manusia maupun oleh kalangan makhluk astral.

"Sudah sampai, Kita sudah sampai!" Ujar Anggraini setelah melihat tugu batu kecil berwarna putih, yang pada bagian bawahnya ada tertulis kawasan terlarang.

Tiba-tiba terdengar seseorang berkata dengan getas, "Bagus kalian sudah sampai! Aku memang menunggu kalian berdua!" Suara itu dingin, tidak bersahabat, tegas. Tanpa nada, tanpa perasaan.

Langkah Anggraini dan Diandra terhenti. Kegembiraan yang baru dirasakannya langsung berubah menjadi kebekuan. Suara itu sangat dingin sampai ia tidak bisa bergerak lagi.

Suara itu seperti sebuah pentungan yang menghajar dia Dibawah gemerlap cahaya keemasan sinar mentari, dalam kisaran jarak tiga puluh meter dihadapannya berdirilah seseorang wanita cantik dengan baju kimono bermotif kembang teratai, namun sosok wanita tersebut membawa hawa dingin seperti es, anggun seperti putri.

Bahkan hatinya pun sepertinya terbuat dari bongkahan es. la sedang memegang sebuah suling.

Dari tampilan wanita tersebut Anggraini dan Diandra bisa menduga kalau wanita dihadapannya adalah Dewi Rheena. Hanya Anggraini tidak menduga sama sekali kalau kedatangannya bisa diketahui Dewi Rheena, bahkan telah menunggunya di tugu kawasan terlarang.

Didekat wanita tersebut tampak seorang pria tergeletak tak sadarkan diri, entah pria tersebut dalam keadaan pingsan atau sudah mati, Anggraini tidak tahu pasti. Hanya Anggraini bisa mengenali kalau pria tersebut adalah Paman Indrajit.

"Bagaimana paman Indrajit bisa ada disini !" Gumam Anggraini dalam hati.

Tampaknya paman Indrajid telah ditaklukkan Dewi Rheena.

Dilihatnya Dewi Rheena mengangkat sulingnya kebibirnya dan mulai meniupkan sebuah nada tinggi rendah yang tidak beraturan. Tak lama terdengar suara aneh, seperti suara mendesis yang ramai, yang sekonyong-konyong muncul makhluk melata berbagai warna, ada hitam, hijau, ungu, merah menyala, kuning belang-belang, dan lainnya, yang merayap-rayap dalam jumlah yang sukar dihitung, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang panjang, sedang dan ada yang pendek, serta ada banyak suara mendesis yang menggidikkan hati.... yang membuat bulu kuduk Anggraini dan Diandra berdiri.

Dalam suasana terang benderang dapat diketahui dengan jelas benda apa yang merayap dan bergerak tersebut, dan mengeluarkan bau amis kuat yang menusuk hidung.

Ya... Anggraini dan Diandra dapat melihat jelas ada ribuan hewan berbisa baik dari jenis ular, kelabang, kalajengking, katak beracun, laba-laba dan kadal berbisa semua berjalan cepat mengepung Anggraini dan Diandra, Anggraini telah menyiapkan busur dan panahnya, sedang Diandra telah mengeluarkan pedangnya. Sementara ribuan makhluk melata berbisa, telah semakin mendekat mengepung mereka.

Angin dingin bertiup kencang, Sekujur tubuh Anggraini dan Diandra ikut bergetar kencang. la ingin berteriak, namun serasa tidak bertenaga. la ingin berlari keluar dari kepungan hewan berbisa, namun tidak tahu harus berlari kearah mana.

Mengingat hewan berbisa tersebut berdatangan dan mengepung dari segala arah. Perutnya mulai mual dan dadanya terasa sesak, ia ingin muntah melihat banyaknya hewan melata berbisa yang menjijikkan mengepung dirinya. Saat ini bahkan Anggraini dan Diandra tidak tahu harus berbuat apa.??

Dengan cepat Anggraini melepaskan dua buah anak panah sekaligus yang melesat secara bersamaan mengarah ke tubuh Dewi Rheena, Dewi Rheena menghentikan tiupan sulingnya, dan dengan sulingnya ia tepis kedua anak panah yang mengarah ke tubuhnya, namun hal itu cukup bisa menghentikan gerak maju hewan melata berbisa yang berusaha mendekat ke arah dirinya dan Diandra.

Anggraini terus melepaskan anak panah satu persatu kearah Dewi Rheena, agar Dewi Rheena tidak bisa melanjutkan meniup sulingnya, Sayangnya hewan berbisa yang mengepung mereka berdua hanya terdiam ditempat, tidak maju tapi juga tidak membubarkan diri. Dewi Rheena hanya tersenyunm mengejek, sambil berkata, "Seberapa banyak anak panah yang kau miliki, toh pada akhirnya akan habis juga."

Sesungguhnya Anggraini selama ini tidak pernah meleset dalam memanah pada target yang dituju, bahkan anak panah yang melesat disertai tenaga dalam hingga meluncur cepat dan kuat. Tapi Dewi Rheena selalu bisa menepis dengan sulingnya setiap anak panah yang mengarah ke dirinya.

Sedang Diandra hanya bisa diam menunggu dengan pedang terhunus. Anggraini juga menyadari bahwa pada waktunya, anak panahnya pasti akan habis juga.

Disaat yang genting seperti itu tiba-tiba terdengar suara suling dari sisi belakang mereka, dengan nada yang berbeda dari nada yang sebelumnya yang ditiup oleh Dewi Rheena, suara ini lebih lembut dan iramanya lebih teratur.

Entah darimana datangnya... sepertinya dari seluruh pelosok Hutan Purwa bahkan dari dalam tanah, mendadak seluruh permukaan tanah dipenuhi ribuan atau mungkin jutaan semut, dari jenis semut marabunta yang merupakan semut terganas dan paling mematikan, selain itu dari yang Anggraini ketahui marabunta adalah termasuk semut yang sangat berbahaya dan paling ditakuti.

Semut marabunta merupakan jenis yang berbeda dari yang lainnya, karena mereka termasuk semut pengembara.

Semut tersebut bersifat berpindah-pindah, tidak punya rumah atau tempat tinggal tetap. Semut marabunta adalah jenis binatang karnivora, atau pemakan daging.

Semut marabunta yang hidup berkoloni sangat cepat dalam mengubah wilayah menjadi gundul.

Ketika mereka menemukan makhluk hidup yang ada di depan mereka, pasti akan dimakan dengan ganasnya oleh semut-semut ini.

Semut marabunta yang bermunculan dari berbagai penjuru ini khusus menyerang dan melalap habis semua hewan berbisa yang dilewatinya.

Tentu saja Dewi Rheena menjadi sangat gugup dan panik melihat hewan berbisanya banyak yang mati dimakan jutaan semut-semut yang bermunculan secara mendadak. Segera Dewi Rheena meniup kembali sulingnya dengan nada tertentu, yang membuat semua hewan berbisanya yang masih hidup kembali berhamburan masuk dalam hutan.

Saat Anggraini dan Diandra masih merasa shock dan terkejut atas semua peristiwa yang terjadi, secara tiba-tiba, tubuh mereka terasa diangkat oleh sosok yang tidak terlihat, Anggraini dijepit di ketiak kanan dan Diandra dijepit di ketiak kiri sosok tersebut, Hanya ia mendengar suara lirih yang berkata "Aku Jaka Indi. Jangan memberontak, aku akan menmbawa kalian ketempat yang aman."

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai dan diletakkan disisi kereta kuda unicorn, yang kusirnya adalah seorang bocah yang menyerupai kera emas.

"Tunggulah disini aku akan kembali lagi ujar suara tanpa sosok itu,"

Hanya suaranya saja yang terdengar, namun sosoknya sama sekali tidak terlihat. Tapi Anggraini dapat mengenali dengan baik, kalau suara itu memang suara Paman Jaka lndi.

Melihat ada dua tubuh tergeletak disisi keretanya Tiara langsung melongok keluar jendela kabin, saat mengetahui dua orang tersebut adalah Anggraini dan Diandra, Tiara membuka pintu kabin kereta,

"Kalian berdua masuklah ke dalam," ujarnya, sambil tangannya menggapai.

"Adik ini siapa ya!?" Tanya Anggraini bingung.

"Aku Dewi Tiara, sedang dalam penyamaran." Ucapnya seraya menunjukkan kalung emas dengan bandul bulan purnama, sebagai tanda pengenal organisasi mereka.

"Ouuuh Kak Dewi Tiara!!" Kata mereka bersamaan, sambil mereka masuk kedalam kabin kereta dan saling berpelukan. Tak lama Jaka Indi telah kembali dengan membawa tubuh Indrajit.

Kali ini sosok diri Jaka Indi tampak terlihat jelas.

Rupanya disaat Dewi Rheena gugup dan panik melihat hewan berbisanya banyak yang mati dimakan ribuan semut marabunta, Jaka Indi sempat mengambil tubuh Indrajit dan memindahkannya untuk sementara ketempat yang cukup aman, lalu kembali lagi, mengambil tubuh Indrajit untuk dibawa ke kereta unicornnya.

"Aku memerlukan tempat khusus, untuk mengobati Indrajit yang terluka parah, adakah yang tahu letak penginapan terdekat disekitar sini!?"

"Aku tahu !!" Jawab Tiara seketika.

"Kalau begitu kau duduk didepan bersama Gochan,"

Segera Tiara keluar kabin kereta dan duduk disisi Gochan, mengambil alih kendali kuda unicornnya.

Berikutnya tubuh Indrajit oleh Jaka Indi dimasukkan kedalam kabin didudukan disebelah dirinya, kemudian Jaka Indi melakukan beberapa totokan jari didada dan dipunggung Indrajit.

Sedang Anggraini dan Diandra, duduk dihadapan Jaka Indi, hanya diam mengawasi semua yang dilakukan Jaka Indi.

Selanjutnya kereta terasa telah mulai melaju dengan pesat, hanya dalam waktu setengah jam perjalanan kereta telah berhenti.

Terdengar suara Tiara, "Kita sudah sampai!"

Lantas Jaka Indi dengan membopong tubuh Indrajit segera turun berikutnya Anggraini dan Diandra serta Gochan, juga ikut turun dari kereta. Tapi betapa terkejutnya Jaka Indi setelah melihat plang papan nama pada Losmen tersebut yang menggunakan warna emas bertuliskan, LOSMEN SEDAP MALAM.

Losmen tersebut terlihat megah dan mewah, lantainya terbuat dari marmer kelas satu, bahkan didalamnya terlihat banyak wanita cantik berbusana tipis dan minim berseliweran.

Sepertinya hanya Jaka Indi yang tahu kalau tempat ini adalah sarang pelacuran kelas atas.

Namun Tiara nampak tenang, katanya "Ikuti aku."

Saat mereka dihadang petugas penjaga pintu masuk, Tiara hanya menunjukkan liontin emasnya yang dengan logo bulan purnama.

Petugas penjaga pintu meminta Tiara dan yang lainnya untuk menunggu sebentar, tak lama kemudian tampak seorang wanita usia tiga puluh tahunan yang cantik dan berpupur tebal terlihat jalan tergopoh-gopoh, keluar meyambut Tiara.

"Maafkan hamba nona muda, yang tidak tahu kalau nona muda adalah utusan khusus dari Majikan Tuan Muka Putih, "Apa yang bisa saya bantu nona??"

"Sediakan kami dua kamar terbaik yang berdampingan dan hantarkan kami makanan terbaik, serta sebuah handuk kecil dan baskom berisi air hangat, masing-masing sebanyak enam buah, juga jangan lupa untuk merawat kereta kuda unicorn kami dengan baik."

"Baik nona muda semua akan segera saya persiapkan,"

Nyonya cantik itu nampak tangkas dan cekatan dalam bertindak memberi perintah pada para pekerjanya.

Selanjutnya... "Mari ikuti saya," ucap nyonya cantik berpupur tebal itu.

Tiara dan yang lainnya mengikuti nyonya cantik tersebut dibelakangnya, terlihat para penghuni losmen yang umumnya terdiri dari para peri-peri muda yang cantik serta para pengunjung pria dewasa, terlihat tertegun dan sangat terkejut melihat ada tamu dua bocah cilik dan dua gadis remaja serta dua pemuda dewasa yang disambut langsung oleh pemilik losmen, karena setahu mereka, belum pernah ada tamu bocah cilik yang boleh masuk dalam losmen tersebut, dan hanya tamu yang sangat istimewa yang disambut langsung oleh nyonya pemilik losmen.

Nyonya cantik tersebut membawa mereka kebagian paling belakang bangunan, dimana bagian belakang Losmen adalah merupakan paviliun terpisah yang sepertinya tempat VIP.

Jaka Indi, Gochan dan Indrajid menempati satu kamar bersama. Sedang Tiara, Anggraini dan Diandra, Menempati kamar sebelahnya.

Saat dalam kamar Jaka Indi langsung membuka semua pakaian Indrajit, menyisakan celana dalamnya saja dan memeriksa dengan teliti seluruh tubuh dan nadi Indrajit, Berikutnya dikeluarkannya satu set jarum akupuntur dari saku tas pinggangnya, dan mulai menusukkan banyak jarum pada titik-titik akupuntur di sekujur tubuh Indrajit, Sambil terkadang Jaka Indi bergumam,

"Bahaya... sungguh sangat berbahaya..." dengan nada prihatin.

"Memang paman lndrajit sakit apa paman !?" Tanya Gochan dengan rasa ingin tahu.

Jaka Indi menghela nafas dengan berat, lalu jawabnya. "Paman Indrajit ini, banyak kehilangan hawa murni dan tubuhnya keracunan, untung saja racun belum sampai menyerang jantungnya, Sehingga nyawanya masih dapat diselamatkan."

Tak lama ada suara pintu diketuk, saat dibuka oleh Gochan, ternyata pelayan wanita yang muda dan berwajah manis, menghantarkan makanan dengan tiga buah baskom berisi air hangat serta tiga buah handuk kecil.

"Kalau tuan muda perlu sesuatu, bunyikan saja lonceng kecil yang ada disamping pintu, nanti akan ada pelayan yang siap melayani tuan muda," Kata pelayan wanita itu dengan nada sopan dan hormat.

Karena pelayan wanita itu sangat paham dan mengerti, bahwa hanya tamu terpandang dan terhormat saja yang bisa menempati paviliun khusus ini, oleh karenanya semua pelayan, telah dilatih untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

BERSAMBUNG
close