Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 54) - Saatnya Harus Kembali


Gochan mengambil handuk kecil dan mencelupkannya dalam baskom berisi air hangat, lalu membasuh muka dan sebagian badannya dengan handuk hangat, Saat Gochan melihat ke-wajah pamannya terlihat raut wajah Jaka Indi yang nampak sangat prihatin.

Kemudian dilihatnya Jaka Indi mengambil kertas dan alat tulis yang ada di meja losmen, lalu menuliskan sesuatu.

"Gochan...! Coba kau panggilkan pelayan untuk membelikan beberapa kebutuhan yang kuperlukan sebagaimana yang kutuliskan dalam catatan ini," sembari Jaka Indi menyerahkan catatan dan memberikan dua keping koin emas.

"Katakan pada pelayan kembaliannya tidak perlu dikembalikan, dan minta renpah-rempahnya agar direbus selama lima belas menit, dengan api kecil dan sesegera mungkin agar di hantar ke kamar ini. Setelah itu kamu makanlah terlebih dahulu."

Saat ini Jaka Indi telah mencabut sebagian besar jarum akupuntur yang ada ditubuh paman Indrajit, dan sedang menusuk kedua ibu jari tangan dan ibu jari kaki paman Indrajit dengan Jarum akupuntur guna mengeluarkan racun yang ada ditubuh Indrajit.

Nampak telapak tangan Jaka Indi diletakkan di atas d**a paman Indrajit sambil terus menyalurkan hawa murni.

Terlihat oleh Gochan ada darah hitam yang mengalir keluar dari kedua ujung ibu jari tangan dan ibu jari kaki paman Indrajit. Gochan, kemudian tersentak sadar, segera ia pergi keluar pintu kamar dan membunyikan lonceng kecil yang ada disamping pintu.

Tak lama pelayan wanita yang tadi menghantar makanan, kembali muncul.

"Ada apa Tuan muda??"

"Tolong belikan dan lakukan, apa yang tertulis dalam catatan, ini uangnya dan kembaliannya untuk kamu" Ucap Gochan, sambil memberikan catatan dan dua keping koin emas.

"Ini kebanyakan Tuan Muda, satu keping koin emas saja sudah berlebih dari cukup untuk membeli ini semua." Kata pelayan wanita itu.

"Tidak apa-apa, kelebihannya kau ambil saja." Jawab Gochan dengan tersenyum dan kembali menutup pintu kamar, serta langsung menyantap makanan, yang tersedia di atas nampan yang diletakkan di meja kamar losmen.

"Maaf ya... Paman aku makan duluan, aku sudah terlalu lapar nih."

"lya.. silahkan makanlah duluan."

***

"Waduuuuh....!" Sungguh gak nyangka bocah cilik itu begitu royal, melebihi para tamu losmen yang ada selama ini. Cuma suruh beli beberapa rempah-rempah, kasih aku dua koin keping uang emas, padahal harga rempah-rempah ini tidak sampai satu keping uang emas.

Setengah jam kemudian gadis pelayan itu telah kembali dengan sepanci kecil air rebusan rempah-rempah.

Berikutnya Ghocan memapaki pelayan yang baru masuk itu. Panci kecil berisi air rebusan obat diterima Gochan, lalu dipindahkan dalam gelas yang ada di losmen dan diletakkan pada meja kecil dekat dipan paman Indrajit yang sedang dirawat.

Sedang Jaka Indi, kembali melepaskan sisa jarum akupuntur yang masih ada, lalu dengan handuk hangat, melap dan membersihkan seluruh tubuh paman Indrajit, mengenakan pakaian Indrajit, berikutnya giliran Jaka Indi menyantap makanan, sambil menunggu Indrajit sadar kembali.

Benar saja selesai Jaka Indi menghabiskan makanannya, Indrajit mulai sadarkan diri, "Aku dimana!?" Ucapnya pelan.

"Mas Indrajit, njenengan (kamu) sudah aman bersama kami.!"

"Mas Jaka apa itu kamu?" Ujarnya masih dalam keadaan setengah sadar.

"Betul mas."

"Terima kasih kamu telah menyelamatkan saya." Ucapnya dengan nada haru.

"Mas Indrajit minumlah obat ini, seraya Jaka Indi menyerahkan gelas berisi air rebusan rempah-rempah pada Indrajit. Air ini untuk memulihkan kembali stamina tubuh dan membersihkan sisa hawa beracun yang masih tertinggal."

Gelas itu diterima Indrajit dan langsung diminum habis.

"Mas Jaka sudah berapa lama sampeyan (kamu) disini ?" Tanya Indrajit.

"Baru sekitar satu jam kita berada di Losmen Sedap Malam ini."

"Bukan itu!! Maksud saya sudah berapa lama Mas Jaka ada di negeri astral ini?" Tanyanya pelan, tapi dengan nada mendesak.

"Mas Indrajit makanlah dahulu, lalu istirahatlah, kalau ada yang mau diceritakan, ceritakanlah setelah mas Indrajit pulih sepenuhnya."

"Tidak ini hal yang sangat penting yang lupa kusampaikan kepadamu saat pertemuan pertama kita dahulu, dan harus segera kusampaikan sekarang ini juga !"

"Walau masih dalam keadaan lemah, mas Indrajit tetap berusaha bicara."

"Mungkin sekitar sebulan, atau lebih." Kata Jaka Indi, dengan perasaan kurang pasti.

"Mas Jaka PULANGLAH...! Saat ini... waktu... bagimu... ibarat emas. Engkau perlu selekasnya untuk kembali pulang."

"Maksud Mas Indrajit ??"

"Pulanglah dahulu, sudah saatnya kamu kembali, kalau terlambat, mungkin kamu tidak bisa kembali lagi."

Jaka Indi hanya diam menunggu penjelasan Indrajit lebih lanjut.

"Bukankah...ini perjalanan astral, Mas Jaka, untuk yang pertama kalinya !?"

"Benar Mas."

"Maksudku pulanglah dahulu ke-alam dunia kita, kalau suatu saat Mas Jaka Ingin kembali lagi kesini tidak apa-apa, tapi... jangan terlalu lama disini."

Indrajit menarik nafas dalam-dalam, kemudian melanjutkan perkataannya. "Sesungguhnya, saya juga tidak pernah terlalu lama di alam astral ini, umumnya tidak lebih dari dua minggu, lalu saya kembali lagi ke alam manusia."

"Hanya setiap ada keperluan, saya baru kembali lagi kesini. Begini...lho...mas Jaka!Pada dasarnya raga jasmani kita tercipta, untuk dapat beradaptasi serta tumbuh dan berkembang secara wajar dalam alam manusia, bukan dalam alam astral. Memang ada beberapa orang waskita atau mereka yang memiliki ilmu yang tinggi, yang bisa melakukan perjalanan lintas dimensi atau perjalanan ke alam astral untuk beberapa waktu tertentu. Namun raga kita dalam kenyataannya belum tentu siap. Tidak sedikit riwayat para satria yang melakukan perjalanan ke alam astral, yang pada akhirnya tidak bisa kembali ke alam dunia asalnya, karena terlalu lama berkelana di-alam astral. Bahkan bila dipaksakan kembali ke alam manusia raganya mengalami kehancuran. Karena raga jasmaninya sudah tidak dapat beradaptasi kembali dari sengatan sinar matahari dan tidak mampu lagi beradaptasi dengan kondisi alam di dunia asalnya."

Dengan payah dan nafas masih tersenggal-senggal, mas Indrajit tetap berusaha menjelaskan.

"Tapi masih banyak hal yang perlu aku kerjakan dan perlu aku selesaikan!!" Terang Jaka Indi ragu.

Mas Indrajit tetap melanjutkan perkataan yang ingin disampaikannya.

"Memang setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang tidak sama, ada yang bisa tiga hari, seminggu, atau sebulan, tap... aku belum pernah menemukan ada satria yang bisa melakukan perjalanan astral lebih dari empat puluh hari dan dapat kembali ke alam dunianya."

"Apakah hal tersebut yang terjadi dengan kakak seperguruanku, Mas Panji Dewantoro, lama tidak pulang, karena sudah tidak bisa kembali ke alam manusia." Pikir Jaka Indi dalam hati.

"Pulanglah dahulu...!" Ujar Indrajit sambil menggenggam tangan Jaka Indi.

"Saya yang akan bantu menyelesaikan beberapa persoalan yang belum mas Jaka selesaikan, sambil menunggu mas Jaka, kelak kembali lagi ke-negeri astral ini. Terlebih satu hari di negeri astral tidak sama waktunya dengan satu hari di-alam kita."

"Baiklah Mas Indrajit. Aku bisa mengerti penjelasan Mas Indrajit, aku hanya minta tolong
titip Gochan untuk dihantar kembali ketempat Pesanggrahan Eyang Ageng Wicaksono, Sedang untuk istriku Yuna, bila bertemu, katakan aku hanya pergi sementara waktu." Ucap Jaka Indi dengan nada rawan.

Mudah sekali untuk menemukan teman. Namun tidaklah mudah untuk bertemu seorang sahabat yang punya tenggang rasa dan penuh perhatian. Itulah yang telah Indrajit dan Jaka Indi lakukan, mereka sahabat yang saling punya tenggang rasa dan penuh perhatian.

Gochan hanya melenggong, saat ikut mendengarkan seluruh percakapan tersebut.

Gochan langsung memeluk Jaka Indi. "Paman apa m aku boleh ikut denganmu !?" Pintanya dengan nada memohon.

"Gochan alam tempat tinggal paman tidak sama dengan alam yang kau tempati saat ini." Untuk sementara kamu bisa ditemani Bimo tinggal ditempat Eyang Ageng Wicaksono.

"Paman akan segera kembali kesini." Ucap Jaka Indi, menenangkan Gochan.

"Sementara ini bantulah merawat paman lndrajit, siapkan air rebusan rempah-rempah, untuk diminum setiap pagi dan sore, dan ini bekal untuk keperluanmu selama paman pergi." Ucap Jaka Indi, seraya menyelipkan ke saku baju Bimo sekantung kecil berisi kepingan koin uang emas dan perak yang pernah diberikan Dewi Yuna kala itu.

Indrajit ikut merasa terharu melihat suasana tersebut, tapi menurutnya hal ini adalah persoalan yang sangat penting untuk diketahui oleh Jaka Indi.

Jaka Indi kemudian menggenggam tangan Indrajit, "Jaga diri baik-baik mas, dan titip Gochan,"

Jaka Indi langsung balik badan melangkah keluar pintu kamar losmen, tanpa menengok lagi kebelakang. Karena saat ia sudah membuat keputusan, ia tidak ingin ada hal yang menjadikannya bimbang untuk menjalankan putusan yang telah dibuatnya.

BERSAMBUNG
close