Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 55) - Gentong Mandi Perunggu


Sesampainya diluar kamar yang ditempatinya, diketuknya kamar sebelah yang ditempati Tiara, Anggraini serta Diandra dan sungguh kebetulan Tiara yang membukakan pintunya.

Saat Jaka Indi ingin mengutarakan maksud kunjunganya untuk pamit.., belum sempat ia bicara, Tiara yang saat itu masih dalam wujud Yuna kecil, justru tersentak kaget melihat kedatangan Jaka Indi.

"Eh...Paman !. Kebetulan paman Jaka muncul !! Baru saja... aku mau ke kamar paman, untuk meminta pertolongan." Ujarnya, sambil Tiara menarik tangan Jaka Indi dibawa masuk kedalam kamar, dengan perasaan cemas dan gugup.

"Ada apa Tiara !?"

"Ayo paman masuk keruang tidur," Ucap Tiara seraya terus menarik lengan Jaka Indi dari ruang tamu menuju ruang tidur, lalu telunjuk jari kanannya menunjuk kearah dipan dimana Anggraini dan Diandra berbaring, coba lihat paman keadaan mereka berdua, sejak masuk kamar tubuh mereka berdua tampak lemas dan tak berdaya serta berbaring saja dan wajah serta kulitnya secara perlahan berubah menjadi kebiruan.

"Haaah.!" Mereka telah keracunan.."

"Sepanjang perjalanan tadi aku tidak menyadarinya mungin karena mereka hanya terkena hawa beracun dari hewan berbisa yang mengelilinginya yang menyemburkan bisanya, dan hawa beracun masuk melalui pernafasan serta pori-pori tubuh mereka, hingga reaksi racunnya bekerja lambat. Coba kau ambilkan alat tulis dan kertas serta suruh pelayan cepat mengantarkan semua pesanan yang kutulis, dan segera siapkan semuanya sesuai catatan tersebut, kemudian beritahu pelayan untuk meletakkan gentong mandi perunggu besar yang sudah diisi tiga perempat air bersih dan rempah-rempah obat dan letakkan diruang tamu serta agar menyalakan api tungkunya pada gentong mandi yang telah berisi air."

Selesai menulis Jaka Indi menyerahkan catatannya pada Tiara, Tiara melihat sekejap apa yang ditulis dalam catatan tersebut, diantaranya, sebuah Gentong mandi perunggu besar untuk berendam ukuran orang dewasa, sebuah anglo atau tungku api berikut batubara, sebuah kipas, dua botol cuka ukuran besar, dua puluh lembar daun pandan, dan beberapa rempah-rempah, berikut beberapa petunjuk cara mengerjakannya.

Cepat Tiara keluar kamar dan panggil kepala pelayan serta meminta, agar pesanannya dihantar sesegera mungkin ke kamarnya. Dan agar pelayan yang lainnya ikut membantu.

"Tiara coba kau kemari segera !" Seru Jaka Indi dari dalam kamar,.

Dengan bergegas Tiara balik kedalam ruangan. "Bantu aku angkat dan dudukkan Anggraini dan Diandra dalam satu dipan dalam keadaan bersila menghadap ke arahku. Kemudian kamu duduk di sebelahku."

Meski Tiara masih dalam tubuh mungil Dewi Yuna, tapi tenaga dalamnya sangat tinggi, sehingga sangat mudah baginya mengangkat dan memindahkan Diandra dan Anggraini kehadapan Jaka Indi yang sedang duduk bersila di atas dipan utama, sambil menghimpun hawa murni.

Saat ini Diandra dan Anggraini dalam keadaan tubuh masih lemas telah duduk bersila di atas dipan besar persis menghadap Jaka Indi.

Sekarang lepaskan semua baju yang dikenakan Anggraini, biar aku yang melepaskan baju Diandra... "Bret!!", tahu-tahu Tiara menarik paksa pakaian Anggraini bagian depannya, hingga terlihat bentuk dadanya yang membayang dari
pakaian dalamnya yang tipis berwarna merah muda.

"Hei..!" Tidak usah dirobek buka saja perlahan.

"Ah...kesuwen (kelamaan).." Kata Tiara seenaknya, sambil jari-jari tangan Tiara dengan terampil dan cekatan, membuka pula celana dan seluruh pakaian dalam Anggraini, dan hanya dalam waktu sekejab saja Anggraini sudah berada dalam keadaan polos. Namun Jaka Indi tidak memperhatikan keadaan Anggraini, karena saat ini konsentrasinya sedang tertuju pada Diandra.

Bila Tiara membuka pakaian Anggraini tanpa ada perasaan ragu sedikitpun, sebaliknya Jaka Indi justru terkesan lamban dan bimbang, Jaka Indi menghela napas, pikirnya, urusan kadung mendesak, terpaksa aku memberanikan diri.

"Harap nona maklum dan maaf akan kelancanganku."

Perlahan dia membuka pakaian Diandra. Ketika Jaka Indi membuka kancing pertama baju Diandra, Nona itu memejamkan kedua matanya, kaki tangan berkeringat dingin dan gemetar. Walau bagaimanapun Diandra masih dalam keadaan setengah sadar, jadi ia mengetahui semua hal yang dilakukan Jaka Indi. Dan juga ia seorang gadis remaja yang sedang tumbuh, yang tidak pernah seorang lelaki pun melihat tubuh polosnya apalagi menyentuhnya.

Membayangkan hal yang akan terjadi tersebut rasanya dirinya hampir pingsan.

Jaka Indi dapat merasakan tubuh Diandra yang bergetar keras saat kancing bajunya satu persatu mulai dibuka perlahan oleh Jaka lndi.

Diandra membuka matanya sekejap sambil melirik kearah Jaka Indi, Kerlingan mata Diandra yang mengandung rasa malu sungguh menggiurkan.

Sifat malu-malu seorang gadis remaja jelita semacam ini justru tidak dimiliki oleh Dewi Rheena maupun Anindya dan bahkan Putri Kidung. Kemudian Diandra mulai memejamkan mata kembali.

Walau gadis itu sudah memejamkan mata, agaknya Jaka Indi tidak berani menatap mukanya. Dengan khidmat dan hati-hati Jaka Indi melucuti pakaiannya, ujung jari Jaka Indi pun tidak menyentuh badan orang Ternyata dibalik baju Diandra yang tebal, Diandra tidak mengenakan pakaian dalam, begitu baju luar tersingkap, maka bentuk tubuh yang elok, putih, ranum, lembut dan halus, serta berbau harum, terpampang di depan mata Jaka Indi.

Badan gadis remaja yang polos ini tidak merangsang nafsu berahi, tapi menimbulkan rasa kasih sayang. Mungkin karena tubuh Diandra belum sepenuhnya masak layaknya tubuh seorang wanita dewasa dan Jaka Indi beranggapan gadis remaja ini sesungguhnya masih seorang anak remaja yang sedang tumbuh beranjak dewasa.

Kemudian Jaka Indi mulai melirik kearah Anggarani, ternyata Anggrainipun sudah dalam keadaan polos tanpa busana.

Terpampang jelas tubuh polos Anggraini yang lemah lembut, dengan daya tarik gadis suci yang khas, yang sukar dilukiskan. Untuk memalingkan pandangan dari kedua tubuh polos gadis remaja tersebut sudah tidak sempat lagi, sekali pandang seketika Jaka Indi rada terkesima, dia lupa untuk melengos.

Dia terpesona oleh kemulusan dan ke-elokkan tubuh polos Diandra dan Anggraini di depan matanya. Biarpun dia seorang kesatria, pada dasarnya dia tetap seorang lelaki.

"Tiara. bagus!!" Selanjutnya bantu aku dengan mengurut menggunakan tenaga hawa murni panasmu dan silahkan kau urut ke-46 hiat-to di sekitar perut dan dadanya, setelah selesai lalu kau urut seluruh titik hiat-to bagian punggung belakang dan seluruh tubuhnya.

"Wuaaah... maaf paman aku tidak bisa menyalurkan energi panas, karena elenmen yang kupelajari berunsur dingin atau elemen air, bersifat dingin dan masih di level tujuh, jadi bila kusalurkan hawa murniku, maka Anggraini akan menggigil kedinginan bahkan bisa membeku.

Hanya mereka yang berunsur elemen panas atau berunsur elemen dingin tapi elemennya sudah sampai puncak kesempurnaan yang bisa mengendalikan hawa dinginnya dan menyalurkan energi hawa panasnya.

Jaka Indi sontak diam menjublek sesaat... Kemudian ia teringat penjelasan gurunya, Kanjeng Cakra Langit, saat awal belajar tenaga dalam. Bahwa seseorang setelah mempelajari ilmu dasar-dasar tenaga dalam dengan baik, maka ia bisa melanjutkannya dengan mengambil spesialisasi tertentu.

"Maksudnya guru !?" Tanya Jaka Indi kala itu.

"Ini semacam seseorang yang awalnya mengambil pendidikan kedokteran, lalu ia melanjutkannya ke Spesialis paru, spesialis anak, jantung, bedah, penyakit dalam, dan sebagainya. Begitupula dalam mempelajari ilmu beladiri dan melatih dasar tenaga dalam. Setelah tenaga dalamnya dilatih dengan baik, ia bisa mengambil pendalaman latihan dengan memilih kekhususan pada salah satu elemen, seperti Logam, Air, Tanah, atau Api, Angin dan listrik. Untuk energi hawa panas hanya melekat pada elemen Api, Listrik dan Angin, sedang untuk energi hawa dingin melekat pada elemen Air, Logam dan Tanah. Dan sebaiknya elemen yang dilatih, disesuaikan dengan bakat bawaan dari pemilik tubuh tersebut, atau berdasar ilmu silat yang dilatihnya. Kalau seseorang ilmu silatnya mengandalkan kecepatan bergerak
sebaiknya ia meningkatkan pendalaman tenaga dalamnya dengannya mempelajari elemen angin."

"Oooh ....begitu guru....! Lantas...., kalau dengan saya sebaiknya mengambil latihan elemen apa guru !?"

"Karena leluhurmu Ki Ageng Sela memiliki kelebihan dalam menangkap dan mengendalikan petir, maka sebaiknya kamu mendalami tenaga dalammu dengan elemen listrik, menyesuaikan dengan bakat bawaan leluhurnu Ki Ageng Sela, maka kamu akan lebih mudah menguasai elemen listrik sampai puncak tingkat kesempurnaan."

"Paman.... Bagaimana selanjutnya !!" seru Tiara tiba-tiba. Yang menyentakkan Jaka Indi dari lamunannya.

"Tiara kalau begitu tolong kau lihat, keruang depan, apakah, seluruh pesananku sudah siap !? Bila sudah siap tolong kamu kipas tungku apinya sampai air didalam tungku mendidih.

Sedang Jaka Indi kembali menatap tubuh polos Diandra dan Anggraini, lalu meletakkan kedua telapak tangannya tepat ditengah d**a Anggraini dan Tiara. Sambil mengalirkan energi panas listrik kedalanm tubuh kedua gadis remaja tersebut.

Beberapa menit kemudian terdengar suara Tiara... "Sudah paman !" Seru Tiara dari ruang tamu kamar. "Semua sudah siap dan air sudah mulai mendidih."

"Kalau begitu kamu kembali kesini, kamu bawa tubuh Anggraini dan masukan dalam gentong pemandian, rendam sebatas lehernya saja, selama kurang lebih tiga puluh menit, sampai kulitnya berwarna semu kemerahan, dan usahakan api tungku terus menyala.

BERSAMBUNG
close