Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 23) - Teror Kehamilan


Bagian 23 - Teror Kehamilan

Ibu langsung menepuk pundak Bapak yang kelamaan memegang tangan Kang Didik,
‘’Pak!’’

‘’Eh, iya bu. Astaghfirullah…‘’

Bapak pun segera melepaskan tangannya dan langsung meminta maaf kepada Kang Didik atas perbuatannya yang tidak nyaman,
‘’Maaf ya kang, mbak. Mungkin, mas arto kurang istirahat dari semalam. Oh ya silahkan duduk dulu.’’

Aneh. Rasanya ada yang tidak beres dengan Kang Didik. Sewaktu bapak memegang tangannya, ia langsung mendapati sosok merah yang keadaannya sama persis sewaktu kejadian Mbah Jayo.
Bedanya, bapak tidak melihat dengan jelas wajah pria tersebut.

Apa mungkin, karena memang sangat misterius, pria tersebut enggan memperjelas wajahnya. Dan jika benar apa yang bapak pikirkan terjadi, berarti Kang Didik adalah pria misterius yang selama ini bapak cari?

Bapak masih terdiam. Ia terus memantau, melihat dan mencoba untuk mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan oleh Kang Didik.

Siapa tahu dengan penyampaian dan sesuatu yang disampaikan oleh Kang Didik, ada sesuatu yang benar-benar bisa membuktikan akan kejadian dan terror yang baru saja semalam dirasakan oleh bapak.

Ibu pun segera masuk ke dalam dengan tujuan untuk mengambil minuman dan cemilan untuk bahan obrolan mereka di pagi hari.

Bersamaan dengan itu, ibu juga mengajak mas rahardian untuk berkenalan dengan saudara barunya yaitu Mbak Arumi dan juga Kang Didik.
‘’Nah, ini mas rahardian. Dia baru bangun.’’ Ucap Ibu kepada Mbak Arumi dan juga Kang Didik.

‘’Wah! Baru bangun ya dede!’’

Mas Rahardian pun menyalami tangan Mbak Arumi dan juga Kang Didik. Lalu ibu segera mengajak masuk Mas Rahardian ke dalam kamar.

Barulah, obrolan pun dimulai dari Mbak Arumi yang masih memperkenalkan Kang Didik kepada Ibu dan Bapak,

‘’Sebelumnya, ini adalah suami saya yang baru saja datang dari luar desa. Karena kebetulan suami saya ini jarang pulang, mungkin para warga juga akan asing dengannya.’’ Ucap Mbak Arumi kepada Bapak dan Ibu.

Ibu dan Bapak hanya mengangguk. Kang Didik sendiri merupakan tipikal orang yang pendiam. Hampir mirip seperti bapak. Ia tidak akan berbicara sebelum diberi pertanyaan atau memang merupakan gilirannya untuk berbicara.

Setelah mengobrol panjang lebar mengenai pekerjaan Kang Didik dan lain sebagainya, bapak pun sedikit agak rancu dengan pekerjaan yang dilakukan Kang Didik di luar desa Alas Wingit.

‘’Maaf kalau boleh bertanya, berarti Kang Didik ini bertugas sebagai tukang sembelih kambing di luar desa?’’ Tanya Bapak.

‘’Benar pak.’’ Ucap Mbak Arumi.

Kang Didik hanya tersenyum. Ia belum mengucapkan sepatah kata pun kepada Bapak. Pikir Bapak, kang didik mampu menjawab pertanyaan yang baru saja bapak lontarkan kepadanya.

‘’Selain itu, kadang Kang Didik juga membantu perkembangan desa ini dengan bekerja sama dengan orang-orang luar dalam masalah pembangunan desa alas wingit.’’ Jelas Mbak Arumi.

Bapak dan Ibu pun mengangguk paham. Memang benar, kang didik sendiri sudah memiliki jasa yang luar biasa atas perkembangan desa alas wingit.
Salah satunya adalah pembangunan dari musholla dan bangunan-bangunan strategis lainnya yang sangat dibutuhkan oleh para warga sekitar.

Setelah mereka mengobrol banyak hal, akhirnya, mbak arumi dan kang didik pun ijin pamit.
Namun saat sebelum pamit, kang didik pun membisiki telinga Mbak Arumi terkait sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada Ibu dan juga bapak,

‘’Bu… Kata Kang Didik hati-hati ya. Soalnya, bayi yang dikandung Ibu saat ini sangat istimewa. Jadi takutnya banyak gangguan.’’ Ucap Mbak Arumi kepada Ibu.
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, mbak arumi dan juga Kang Didik pamit untuk pulang ke rumah.

Ibu yang mendengar kalimat menakutkan itu hanya bisa memegangi perutnya sembari membaca do’a. Ia sadar bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya bukanlah bayi biasa.

Bapak sempat terkejut saat Kang Didik mengatakan hal itu namun lewat bisikan kepada Mbak Arumi. Apakah selama obrolan itu berlangsung, kang didik selalu memperhatikan perut ibu?

Atau memang ada sesuatu yang sudah dulu diketahui oleh Kang Didik sampai-sampai ia mengetahui kalau ibu hamil.

Padahal, mungkin saja Mbak Arumi memberitahu. Tapi jika Mbak Arumi memberitahu Kang Didik, itu artinya ada keterkaitan antara Mbak Arumi dan juga Kang Didik atas kehamilan ibu.

Bapak tidak tenang dengan perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Kang Didik lewat Mbak Arumi. Menurut bapak, pemberitahuan itu terlalu berlebihan hingga membuat ibu menjadi syok dan ketakutan.

Selain itu juga, ada keanehan yang membuat bapak yakin jika pria misterius itu sendiri adalah Kang Didik.

Dari segala pembahasan yang baru saja dibahas saat obrolan berlangsung, kang didik tidak mengatakan sepatah kata pun.

Ia bahkan hanya tersenyum, mengangguk dan memejamkan matanya. Itu menandakan, sifat misteriusnya tertanam langsung pada diri Kang Didik untuk memberikan penggambaran terkait siapa yang berperan dalam kejadian di masa lalu saat Mbah Jayo meninggal.

‘’Bu, ibu ngerasa ada yang janggal gak sama Kang Didik? Dan kenapa Kang Didik tahu kalau ibu hamil? Apakah jangan-jangan, dia juga telah mempersiapkan ini semua?” Jelas Bapak.

‘’Mempersiapkan apa pak?’’ Tanya Ibu.

‘’Desa ini sebenarnya belum terlepas dari kutukan masa lalu selama orang-orang yang memang memegang kunci dari sangkar burung desa ini melepaskannya begitu saja. Namun, aku rasa kang didik bukanlah orang di balik ini semua.

Ada seseorang yang mungkin saja menjadi pion terpenting dari kutukan ini.’’ Bapak terus berpikir keras. Ia terus memikirkan, siapa pelaku yang sering melakukan sebuah ritual untuk mengambil bayi yang berada di dalam kandungan wanita hamil.

Belum ada jawaban pasti yang bisa mengungkap semua teka-teki yang berada di dalamnya. Bapak hanya bisa bersabar sembari melindungi ibu dari kejahatan orang-orang yang ingin mencelakainya.

Hingga suatu malam, saat semua sedang tertidur ada suara aneh yang berasal dari atap rumah hingga membuat ibu terbangun. Ibu pun penasaran dengan suara itu.

Ia pun kemudian keluar dari kamar untuk mengecek luaran rumah yang ditakutkannya adalah maling yang bisa saja menjebol rumahnya.

Namun, baru saja ibu ingin membuka pintu depan rumah, tiba-tiba bulu kuduknya merasa merinding dengan hebat. Ibu merasa ada sesuatu yang sedang menantapnya dari arah belakang.

Saat ibu membalikkan tubuhnya dan menengok ke arah belakang, ia tidak melihat apapun yang ada di sana.
Karena merasa takut, ibu pun kembali ke kamar.

Namun, belum juga dirinya masuk ke dalam kamar, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya.
Saat ibu melihat bagian tangan yang menepuk pundaknya, ia terkejut sekaligus panik karena tangan yang menepuk pundaknya itu bukanlah tangan manusia.

Perlahan, tangan itu menekan kencang pundak ibu hingga ibu merasa kesakitan yang luar biasa.
‘’Allahu akbar…‘’

Hanya itu yang bisa diucapkan oleh ibu. Setidaknya, dengan menyebut kalimat itu, ibu merasa terlindungi dan benar saja makhluk itu perlahan lepas dengan sendirinya

Akan tetapi, efek yang diberikan kepada makhluk itu kepada ibu sangatlah besar.
Tubuh itu langsung lemas tidak berdaya dan perutnya seperti ditusuk-tusuk oleh sesuatu.
Ibu hanya bisa memegangi perutnya agar bisa menahan rasa sakit itu.

Ia juga memanggil-manggil nama bapak beberapa kali,
‘’Pak!’’
‘’Pak!’’
‘’Pak!’’

Sembari merangkak ke arah kamar, ibu merasa ada yang tidak beres dengan perutnya.

Ibu takut bayi yang masih di dalam kandungannya keguguran karena hal itu.

‘’Pak! Tolong Ibu!” Ucap Ibu dengan nada yang kencang.

Bapak yang mendengar teriakan ibu langsung terbangun. Ia terkejut saat melihat Ibu sedang merangkak memasuki kamar sembari memegangi perut.

‘’Astaghfirullah!”
Bapak pun segera mengangkat ibu ke kasur. Ia menanyakan apa yang baru saja terjadi.

Ibu masih merintih kesakitan. Mas Rahardian yang semula tertidur, kini terbangun saat mengetahui ibu merintih kesakitan sembari memegangi perutnya.

Bapak pun segera pergi ke dapur. Ia mengambil air minum dan membacakan bacaan do’a ke dalam air minum tadi sembari membawa baskom yang berisi air juga.
Bapak tahu, ada yang tidak beres dengan perut ibu.
‘’Bu minum ini.’’

Namun, ibu seperti tidak bisa melakukan apa-apa selain memegangi perutnya secara terus menerus.
Bapak pun merasa khawatir dengan keadaan ibu.
Ia pun kemudian memaksa ibu untuk meminumnya sembari memegangi bagian leher ibu agar tidak jatuh ke belakang.
‘’Baca Bismillah.’’

Setelah Ibu meminum air itu, kedua tangannya langsung lemas.
Ia tidak lagi memegangi perutnya dengan kedua tangannya.

Namun, tidak lama kemudian, ibu merasa mual. Ia merasa ada yang akan keluar dari mulutnya. Kebetulan, bapak sudah mempersiapkan wadah untuk mewadahi muntah ibu.
‘’Keluarkan semua!” Ucap bapak.

Saat dimana ibu mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, bapak terkejut ketika yang dimuntahkannya itu berupak riak dengan warna yang hitam legam dan bercampur sedikit darah kental.

Lalu ada beberapa benda padat yang berukuran kecil.
‘’Astaghfirullah…‘’

Bapak heran, mengapa ibu bisa sampai mengeluarkan sesuatu yang aneh dari mulutnya. Apakah ada sesuatu yang baru saja menyerang ibu malam itu juga?

Ibu pun merasa tenang. Ia segera merebahkan tubuhnya sembari memeluk mas rahardian yang masih bersedih dengan keadaan ibu barusan.

Keesokan harinya, ibu menceritakan hal itu kepada bapak. Sambil menangis, ibu meminta kepada bapak untuk pindah rumah.

Dia tidak mau ada gangguan-gangguan aneh yang akan menyerang dirinya selama masih dalam keadaan mengandung,
‘’Nanti aku carikan tempat yang lebih layak lagi. Sekarang kamu jangan banyak pikiran. Aku tahu bayi yang berada di dalam kandungan ini bukanlah bayi biasa.’’

Dalam pelukan bapak, ibu hanya bisa menangis sambil mengingat sosok aneh yang baru saja meremas pundaknya dengan kencang.
Belum tahu, apa bentukan dari sosok itu, tapi, ibu yakin, sosok itu bukan berbentuk seperti kuntilanak atau bentukan yang pernah ia ketahui.

Dari bentukan tangannya yang hitam legam, kemungkinan, sosok itu mirip seperti sosok jin kala ireng yang pernah ia temui.
Keesokan harinya, bapak mengajak Raden Kuncoro untuk berjalan-jalan keliling desa yang ada di sekitaran alas wingit.

Tujuan bapak mengajak Raden Kuncoro adalah ingin menceritakan kejadian aneh yang dialami istrinya malam itu dan juga mencari cara agar bisa menghindari gangguan-gangguan yang sering meneror ibu.

‘’Mas? Kamu tahu gak? Semalam isteriku terkena teror yang dahsyat. Pundak isteriku dipegang oleh salah satu sosok yang mungkin saja berasal dari penghuni alas wingit.’’ Ucap Bapak kepada Raden Kuncoro.

‘’Loh mas? Kok bisa?’’

‘’Aku juga gak tahu mas. Tapi semejak Kang Didik, suami dari Mbak Arumi itu berkunjung ke rumah, keanehan demi keanehan selalu ada dan hadir setiap malam.’’ Jelas Bapak.

Sewaktu Bapak mengatakan sesuatu tentang Kang Didik, tiba-tiba raden kuncoro menghentikan langkahnya. Ia seperti mengingat sesuatu yang mungkin saja ada kaitannya dengan teror-teror yang baru saja terjadi kepada Bapak.
‘’Ada apa mas? Kok berhenti?’’

‘’Kang Didik? Aku rasa dia adalah pria misterius yang ada hubungannya dengan Mbah Jayo sewaktu ritual di malam purnama itu.’’

Ternyata, yang merasakan hal itu bukan hanya Bapak. Raden Kuncoro juga merasaan hal yang sama jika Kang Didik ada hubungannya dengan pria misterius yang merupakan orang terdekat Mbah Jayo.

‘’Jadi? Kamu juga berpikir seperti itu?’’ Tanya Bapak kepada Raden Kuncoro.

‘’Bukan hanya itu. Sosok wanita merah itu. Aku pernah mengetahuinya tepat di atap rumah Mbak Arumi.

Apakah kamu ingat kejadian dimana Mbak Arumi berteriak histeris tepat di depan rumahmu?” Tanya Raden Kuncoro dengan ekspresi yang begitu menggebu-gebu.

Bapak hanya mengangguk. Ia ingin mendengarkan secara rinci penjelasan yang di arahkan oleh Raden Kuncoro,

‘’Tepat saat di malam hari ketika aku mengantarkan Mbak Arumi, aku mendapati Kang Didik sudah ada di rumah. Ada beberapa hal yang aneh saat itu. Tapi aku masih belum yakin.’’

‘’Apa? Katakan saja!”

‘’Aku mendapati darah kambing yang bertebaran di sekitaran lantai rumah mereka!’’
Mendengar kalimat itu, bapak pun langsung berpaling untuk segera pulang ke rumah. Ia merasa ada yang tidak beres dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Raden Kuncoro barusan.

Sementara itu, ibu yang masih berada di rumah masih sangat tertekan. Ia tidak ingin pergi kemana-mana selain bersama dengan Bapak.
Saat dimana Ibu ingin masuk ke kamar mandi, ia mendapati banyak darah yang berceceran di kamar mandi.
‘’Darah?’’

Pintu kamar mandi saat itu masih tertutup. Ibu tidak meyakini jika ada orang lain yang masuk ke kamar mandi tersebut.
Namun dari dalam kamar mandi, ibu mendengar sayup-sayup seseorang sedang tertawa lirih,

Perlahan ibu membuka pintu kamar mandi tersebut,

‘’Krek…‘’

Saat Ibu membuka kamar mandi, ia terkejut saat melihat ada seorang wanita memakai baju berwarna merah sedang menggerogoti bayi yang masih berupa janin.

Sosok itu kemudian menatap wajah Ibu lalu tersenyum kepadanya,

‘’SETAAAAANNNNN!’’

Ibu pun terjatuh pingsan dan tidak sadarkan diri tepat di depan pintu.
Bapak mempercepat langkah kakinya. Ia semakin khawatir dengan keadaan Ibu yang di tinggal di rumah.

Mungkin, perasaannya sedang kalut dan saat mengetahui cerita yang baru saja Raden Kuncoro ceritakan mengenai sosok wanita berbaju merah yang ada di atap rumah Mbak Arumi.
‘’Mas? Kita gak jadi keliling hutan alas wingit?’’

‘’Ada yang harus aku selesaikan.’’

Saat Bapak sampai di depan rumah, ia mendengar suara tangisan Mas Rahardian dari dalam rumah.
Bapak pun langung berlari ke arah rumah karena ia merasa ada yang tidak beres dengan tangisan dari Mas Rahardian yang terdengar jelas dari luaran rumah.

‘’Astaghfirullah!” Teriak Bapak.

Saat Bapak dan Raden Kuncoro masuk ke dalam rumah, mereka berdua terkejut saat melihat Mas Rahardian sedang menggoyang-goyangkan tubuh Ibunya.

‘’Ibu! Ibu!” Ucap Mas Rahardian.

‘’Bu! Astaghfirullah!’’

Bapak pun segera mengangkat tubuh Ibu ke dalam kamar direbahkannya di atas kasur.
Raden Kuncoro juga membantu menenangkan Mas Rahardian. Ia tahu betul, ada sesuatu yang baru saja terjadi di rumah itu.

Tidak berselang lama, ibu pun sadarkan diri. Ia kemudian menggenggam tangan Bapak sembari mengatakan sesuatu,
‘’Dia ada di sini.’’

‘’Siapa?’’

‘’Perempuan merah itu.’’

‘’Apa yang baru saja kamu lihat?’’

‘’Darah dan wanita berbaju merah itu sedang memakan janin bayi. Barusan ia berada di kamar mandi.’’

Hari itu bapak menjaga ibu seharian penuh. Ia juga meminta Raden Kuncoro untuk waspada terkait gangguan dan teror-teror yang bisa saja bermunculan saat keadaan genting seperti ini.

Untuk menghindari rasa traoma yang berlebihan, akhirnya Bapak melakukan sesuatu untuk menghindari gangguan tersebut.

Bapak memiliki sebuah cara agar ibu bisa terhindar dari gangguan demit-demit yang mencium bau wangi dari bayi yang sedang dikandungnya. Cara ini disebut dengan nama ‘’beleman’’

Beleman adalah kulit gabah yang dibakar tepat di malam hari untuk menghindari bau wangi yang berada di dalam perut sang ibu hamil.

Tujuannya adalah agar si ibu hamil tidak diganggu oleh gangguan-gangguan yang berada di sekitarnya.
Dengan membakar ‘’beleman’’, Bapak berharap ibu tidak diganggu lagi oleh gangguan semacam itu.

Lalu tepat jam 10 malam, beleman tersebut dibakar di beberapa titik.
Titik pertama berada di depan rumah. titik ini yang paling rawan dan sering sekali mendapatkan gangguan-gangguan aneh dari luaran rumah.

Sosok yang berada di depan rumah ini adalah sosok wanita yang sedang memegang bayi.
Lalu berganti ke titik berikutnya yang berada di belakang rumah. di titik ini, bapak sangat meyakini adanya makhluk penunggu yang bisa saja mengganggu Ibu ketika malam hari tiba.

Lalu yang terakhir berada di bagian kanan rumahnya. Lokasi ini menurutnya sangat sensitive karena letaknya yang dekat dengan pepohonan dan menghadap hutan alas wingit.

Oleh karena itu, ketiga beleman diletakkan di ketiga titik yang berbeda dan disesuaikan dengan energinya masing-masing.
Setelah beleman itu diletakkan, mereka semua merasakan eksitensi yang berada di sekitaran.

Dari depan rumah, Bapak melihat ada seorang wanita dengan menggunakan kain berwarna putih sedang bertengger di pepohonan sambil mengarahkan sebuah benda yang berada di tangan kanannya.

Benda itu diyakini sebagai bayi yang sedang ditimang-timang oleh sosok tersebut.
Sosok itu menggoyang-goyangkan benda yang berada di tangannya lalu mengeluarkan suara yang mengerikan seperti orang marah karena tidak bisa mencium bebauan wangi yang berasal dari kandungan Ibu.

Lalu yang kedua berasal dari bagian kanan rumahnya, Bapak melihat sosok nenek-nenek yang menggunakan gaun berwarna hitam sedang mencakar-cakar ke bagian tanah.

Sosok itu juga merasa kesal karena tidak bisa mencium bau wangi bayi yang berada di dalam perut Ibu.
Alhasil, ia pun mencakar-cakar tanah sebagai bentuk kekesalan dirinya terhadap apa yang sudah dilakukan oleh Bapak.

Dan terakhir yang berada di bagian belakang rumah. dari belakang rumah, Bapak mendengar suara teriakan demi teriakan yang mengerikan lalu disusul dengan gedoran pintu yang dilakukan oleh sosok-sosok yang berada di belakang rumah.

Ternyata, para penghuni dari hutan alas wingit telah mengincar bayi yang dikandung oleh ibu. Itu menandakan, ada seseorang yang sengaja menggerakkan mereka semua seperti halnya kejadian dua tahun silam saat ada pasangan suami isteri yang diteror para Demit penunggu alas wingit hingga bayi yang berada di kandungan hilang secara misterius.

Bukan hanya itu saja. Ke'esokan harinya kedua pasangan suami istri itu ditemukan tewas secara mengenaskan dengan kematian yang tidak wajar.

Berkaitan dengan penghuni alas wingit, mereka semua marah karena aroma wangi bayi yang berasal di perut ibu menjadi hilang saat Beleman itu dibakar dibagian sudut-sudut rumah.

Selain itu, mereka juga mencari cara agar bisa mencium aroma wangi bayi tersebut namun hal itu sia-sia dan tidak pernah mereka ketahui aroma bayi yang sebenarnya.

Dengan dibakarnya beleman tersebut, akhirnya ibu terhindar dari gangguan-gangguan yang berada di sekitaran rumahnya. Akan tetapi, hal ini terjadi pada fase-fase tertentu saja.

Beleman yang bertujuan untuk menghilangkan wangi bayi yang berada di dalam kandungan harus dibakar hingga usia kehamilan ibu menuju 7 bulan.
Namun, di bulan pertama saat ibu sedang hamil, gangguan demi gangguan yang mengerikan sudah sangat terasa.

Apalagi, mereka yang berdatangan ke rumah bukan hanya satu atau dua sosok, melainkan, lebih dari 20 sosok yang berasal dari alas wingit.

Berkali-kali Ibu merasa ketakutan karena hal-hal yang aneh juga terus menerus meneror Ibu.
‘’Ini harus diselesaikan!’’ Ucap Bapak.

Bapak yakin, gangguan ini ada kaitannya dengan sosok wanita berbaju merah dan juga sosok-sosok demit yang berasal dari alas wingit itu terjadi setelah kedatangan dari Kang Didik yang misterius.

Jika itu dibenarkan, maka bisa jadi kang didik adalah pelaku dari teror yang melanda ibu selama berhari-hari ini.

Bapak terus membakar Beleman di setiap malam hari. Ia ingin tahu, apa yang akan dilakukan oleh pelaku dari teror ini ketika Bapak menggunakan perisai khusus untuk mencegah bayi yang ada dalam kandungan ibu tidak bisa diambil oleh sosok wanita merah yang sering mencuri janin dari ibu-ibu hamil itu.

Tepat jam 2 pagi, bapak masih memperhatikan sekitaran. Bapak tidak ingin sedetik pun kecolongan.
Ia berusaha penuh untuk melindungi ibu dari gangguan para sosok demit penghuni alas wingit tersebut.

Dinginnya malam begitu menusuk dengan hembusan angin yang semakin malam semakin kencang membuat Bapak semakin waspada.
Ia kemudian kembali menatap alas wingit tempat dimana para sosok misterius bermunculan dari sana.

Dan benar saja, saat bapak memandangi hutan alas wingit dari kejauhan, bapak melihat ada seorang pria menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan tudung yang menutupi kepalanya sedang berdiri.
Pria tersebut membawa sesuatu di tangan kanannya.
‘’Siapa itu?’’ Ucap Bapak.

Lalu tidak berselang lama, pria itu mengangkat tangannya sembari menggoyang-goyangkan benda yang ada di tangan kanannya,
‘’Kepala kambing?’’

Bersamaan dengan itu, terdengar suara mengerikan dari dalam hutan alas wingit. Secara perlahan, sosok-sosok yang berada di dalam hutan alas wingit keluar secara bergantian.

Mereka keluar dengan berbagai macam bentuk dan cara jalan yang berbeda-beda.
Ada yang menyeret-nyeret kakinya di tanah, ada yang merangkak, ada yang beterbangan dan yang paling mengerikan adalah dari banyaknya sosok tersebut,

keluar sosok wanita memakai pakaian serba merah dengan rambut yang menutupi bagian depan wajahnya, Sosok itu kemudian berdiri tepat di samping pria itu sembari menggoyang-goyangkan kepalanya.

MEREKA SEMUA BERENCANA UNTUK MENGAMBIL JABANG BAYI YANG BERADA DI PERUT IBU TEPAT DI MALAM ITU JUGA!

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close