Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MATA BATIN ARYA (Part 11 END) - Pembersihan

Pukulan berupa bola cahaya merah dari kunti itu telah menghajar telak dadaku, hingga membuatku terjengkang menabrak tembok. Dadaku terasa sangat sakit dan pandanganku jadi buram. Napasku terasa sangat sesak, tapi aku tidak boleh terus terpuruk begini, karena serangan susulan tentu akan datang lagi.


Dengan susah payah aku coba berdiri, tapi ternyata sosok kunti putih di depanku telah kembali berkelebat menyerangku lagi! Sebuah bola cahaya merah kembali melesat ke arahku dengan sangat cepat, dan aku yang masih berusaha berdiri cuma tertegun pasrah menunggu. Tapi mendadak saja muncul segumpal cahaya biru dari sampingku, melesat dan menangkis cahaya merah yang menuju ke arahku.

Blegaaarrrr…!

Satu ledakan dahsyat terjadi di dalam ruang itu, tepat satu meter di depanku! Akibat hentak balik ledakan itu, aku yang baru berusaha berdiri, kembali terjengkang dengan menabrak tembok. Dadaku terasa semakin sesak seperti habis diseruduk kerbau. Dan tiba-tiba saja....

"Hi hi hi...!" Terdengar suara tawa melengking dan disusul dengan bentakan sangat keras. "Siapa yang telah berani melukai anak itu? Akan kucincang sampai lumat! Hi hi hi…!"

Tawa cekikikan itu terdengar melengking-lengking tinggi menyakitkan telinga, suara tawa yang bisa membuat gemetaran bagi siapa saja yang mendengarnya. Aku belum melihat sosoknya, tapi bisa kurasakan sebuah aura energi yang berpendar sangat kuat, aura yang terasa panas dan dingin bergantian, dan aku merasa familiar dengan aura ini.

Tapi karena napasku masih terasa sangat susah, maka aku tidak bisa memikirkan lebih jauh lagi. Dalam pandangan mataku yang buram, masih sempat kulihat sosok kunti putih itu terlempar ke belakang, dan saat luncuran tubuhnya belum berhenti, melesatlah dua cahaya biru berbentuk sabit dari arah belakangku, terus menyusul dan menghajar sosok kunti putih itu!

Satu jeritan panjang terdengar memilukan, sosok kunti itu sudah terbelah jadi tiga bagian. Terpotong di bagian dada dan pinggang oleh dua cahaya biru tadi. Cuma sebentar saja teriakan itu, karena kemudian sosoknya berubah jadi asap, lalu menghilang. Lagi-lagi bau sangit tercium memenuhi kamar itu.

Dengan dada sesak dan napas ngos-ngosan, kucoba mencerna apa yang sedang terjadi. Tapi entah dari mana datangnya, tahu-tahu di depanku sudah berdiri satu sosok berjubah hitam, rambut awut-awutan, dengan kuku-kuku panjang dan runcing berwarna hitam. Sosok itu berdiri berkacak pinggang seakan menantang apapun yang di depannya. Tampak asap putih tipis mengepul dari kepalanya.

Aura hitam menyibak perkasa, terasa sangat dahsyat menghantam, dadaku yang tadinya sudah sesak, kini jadi lebih sesak lagi. sosok di depanku itu perlahan-lahan menoleh ke belakang, ke arahku. Dan dapat kulihat wajah sangat putih seperti memakai bedak sangat tebal, dengan mulut robek lebar setelinga, bergigi taring panjang dan mata yang cuma tinggal rongga hitam, bolong kosong, dan lelehan darah di bawah mata.

Sosok itu adalah Salma dengan berwujud kuntilanak hitam! Kepulan asap putih di kepalanya menunjukkan kalau dia sedang dalam keadaan marah besar. Tapi begitu dia melihat ke arahku, saat itu pula lah sosoknya berubah wujud jadi gadis yang cantik luar biasa. Salma bahkan sempat menyunggingkan senyuman untukku.

"Apa kamu baik-baik saja, Arya..?"

"Da-dadaku sesak…," jawabku terbata-bata.

"Bertahanlah sebentar lagi, aku akan menolongmu, tapi aku harus menghancurkan semua makhluk ini dulu," kata Salma.

"Ha-hati… hati-hatilah... mereka sangat kuat…," kataku.

Salma tersenyum. "Kamu tenang saja... tetaplah di situ, coba kamu salurkan energimu ke bagian dada biar nggak terlalu sesak."

Aku jadi  bingung sendiri mendengar kata-katanya. Energi apa? Gimana cara menyalurkannya? Tapi rasa sakit di dada membuatku tidak bisa berpikir jernih lagi. Sementar Salma berbalik memunggungiku, dalam sekejap sosoknya berubah kembali jadi sangat menyeramkan. Aura hitam kembali berpendar sangat kuat, jauh lebih dahsyat dari yang pernah aku rasakan sebelumnya. 

Pertarungan antara Pakde dan 3 sosok makhluk itu sudah terhenti. Setelah kehadiran Salma, tiga sosok makhluk halus itu mundur, mereka seakan takut kepada Salma, karena memang aura Salma jauh lebih kuat daripada gabungan aura mereka bertiga sekalipun. Sosok berwujud nenek itu mulai bicara, bahkan suaranya saja mirip dengan suara nenek-nenek yang sangat menyeramkan.

"Siapa kau? Kenapa kau mencampuri urusanku!" katanya kepada Salma.

"Kalian telah berani melukai anak ini. Kalian akan mendapat balasan dariku! Akan kucincang kalian semua!" jawab Salma dengan suara keras, bahkan energinya ikut terpancar mengikuti suaranya.

"Kau adalah jin berilmu sangat tinggi, kenapa mau-maunya diperintah sama manusia lemah itu!" bentak sosok berwujud nenek-nenek itu.

"Itu bukan urusanmu! Aku pendamping anak ini! Kalau ada yang berani mengganggunya, maka dia akan berhadapan denganku. Sekarang terimalah balasan dariku! Bersiaplah untuk mati!"

Salma melangkah maju hendak menyerang keempat sosok itu. Tapi tanpa diduga, sosok berwujud nenek-nenek itu mendahului menyerang! Namun ternyata Salma melesat mendahului gerakan si nenek. Kecepatan gerak Salma jauh lebih sebat daripada serangan sosok nenek itu.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, karena kejadian itu berlangsung sangat cepat. Yang kulihat, ketiga sosok makhluk itu tahu-tau sudah terpental lalu jatuh ke lantai. Dua jin berwujud gorila itu mengalami luka-luka sayatan di sekujur tubuhnya, seperti dicacah-cacah oleh pisau tajam, hingga mengeluarkan darah berwarna hitam. Mereka terkapar di lantai dan tak berkutik lagi.

Yang terparah adalah sosok nenek-nenek itu, kepalanya hancur, dan tubuh terbelah dua, sosoknya langsung berubah jadi asap dan menghilang. Dua sosok lain juga berubah jadi asap dan menghilang. Entah kabur atau musnah, aku tidak tahu apa jin itu bisa mati atau tidak.

Tinggal satu sosok yang masih ada, yaitu sosok besar bungkuk berkulit hijau, dia meraung dahsyat dan langsung menyerang Salma dengan tombaknya. Maka terjadilah pertarungan dahsyat di kamar itu. Setiap kali tombak makhluk itu membentur kuku-kuku Salma, maka terdengarlah letupan-letupan keras. Tapi ternyata ilmunya Salma memang hebat, jauh lebih hebat dari makhluk hijau itu, sebentar saja, dia tampak terdesak oleh serangan Salma dan terus mundur menghindar. 

Mendadak dari tangan Salma berpendar cahaya biru terang. Saat dia mengayunkan tangannya ke depan, selarik sinar biru melesat menghantam makhluk hijau itu, terdengar raungan keras mendirikan bulu kuduk, disusul dengan meledaknya sosok makhluk hijau menjadi serpihan-serpihan kecil yang berhamburan dan terbakar nyala api, dan akhirnya serpihan itu menghilang. Bau daging gosong semakin santar tercium.

Benar-benar pertarungan yang teramat dahsyat dan mengerikan. Aku dan Pakde sampai terbengong nggak percaya, seperti melihat film-film silat saja. Dalam waktu yang sangat singkat, Salma telah menyelesaikan semua masalah di sini, semua sosok jin langsung musnah. Sungguh pertarungan antara jin itu demikian brutal dan kejam. Tak kusangka, kekuatan dan kecepatan Salma begitu hebat. Salma melayang mendekatiku.

"Dadamu masih terasa sakit?"

"Masih… sesak sekali…," jawabku.

"Biar aku membantumu...."

Salma menempelkan tangannya ke dadaku, rasanya seperti ditempeli balok es, sangat dingin membekukan, dan rasa dingin itu seolah meresap ke dalam kulit dadaku, hingga membuatku menggigit bibir menahan nyeri hawa dingin. 

Tapi sekejap kemudian, hawa sangat dingin itu berubah menjadi hangat, meresap ke dalam dada, hingga menimbulkan rasa sangat nyaman. Anehnya, dadaku jadi terasa lebih longgar, meski sakit itu masih ada. Lalu kulihat pakde datang mendekati kami. 

"Terimakasih sudah menolong kami di saat yang berbahaya."

"Aku tidak menolongmu, tapi menolong Arya," jawab Salma.

Wajah Pakde jadi terlihat tidak enak. "Setidaknya kau juga menolongku.. aku cuma mau berterimakasih."

"Sudahlah…," jawab Salma. Lalu dia berkata padaku, "kamu kalau dalam bahaya, panggil aja namaku, pasti aku akan datang. Sekarang aku harus pergi ke tempat orang yang mengirim semua ini."

"Apa kamu tau tempatnya orang itu? Mau apa kau ke sana?" kataku.

"Tentu saja aku tahu tempatnya. Aku akan membunuhnya, karena hampir saja mencelakaimu."

Aku terkejut sekali. "Jangan… aku ini cuma korban sampingan. Orang itu tidak usah dibunuh, lah... dia kan manusia juga... kau jangan membunuh manusia."

"Kalau tidak dibunuh, dia akan mengulang lagi mencelakakan manusia," jawab Salma.

Aku berpikir sejenak, dan aku mendapat ide, "dibikin kapok saja, hilangkan semua ilmunya. Kamu bisa kan?"

"Tentu saja aku bisa. Baiklah kalau itu permintaanmu. Aku pergi dulu, kalau ada apa-apa, tinggal panggil namaku."

Perlahan sosok Salma memudar menjadi bayang-bayang, dan akhirnya menghilang.  Agak lega aku mendengar jawaban Salma, ternyata dia masih mau di kasih tahu. Melihat aksinya yang brutal dalam menghadapi jin, aku yakin dia pasti akan membunuh orang itu. Aku tidak ingin ada satupun nyawa manusia melayang, karena nyawa satu manusia saja sangat berharga.

Pakde Nardi mendekati istri pak Har yang terbaring di tempat tidur. Pakde merentangkan satu tangan ke depan, membuka telapak tangan ke arah bawah, satu jengkal diatas tubuh istri Pak Har, tangan Pakde bergerak ke arah kepala, terus turun sampai kaki, mungkin dia sedang mendeteksi dan menghilangkan aura-aura negatif di tubuh istri Pak Har. Setelah dirasa semua sudah bersih, lalu Pakde mengambil botol air mineral, komat kamit sebentar, lalu meminumkan air itu dengan paksa ke istrinya pak Har.

"Pakde, kayaknya masih ada 2 pocong disini deh, tapi entah dimana," kataku ke pakde.

"Apa iya? Kapan kamu melihatnya?"

"Kemarin malam waktu serangan baru datang, aku lihat pocong masuk rumah ini," jawabku.

"Ya sudah, coba aku deteksi dulu."

Pakde duduk bersila di lantai, menunduk, mata terpejam. Tak lama kemudian dia berdiri dan berkata. 

"Sudah nggak ada kok Ndra, mungkin sudah kabur. Ntar aku kasih pagar aja biar nggak ada jin yang masuk lagi. Sudah bersih ini."

"Ow ya sudah kalau gitu," kataku lega.

"Apa kubilang? Temanmu itu sangat hebat, cuma sendirian aja bisa membantai segitu banyaknya lawan.."

Pertanyaan pakde cuma kujawab dengan cengiran saja. Setelah dirasa semua sudah selesai, pakde memberesi peralatannya dan memasukkan ke tas, aku ikut membantu. Lalu kami keluar kamar dan menuju ke ruang tamu. Disana sudah ada Pak Har dan saudara-saudaranya, dan juga ayahku, mereka tampak menunggu dengan kuatir. 

Aku duduk di kursi dekat ayahku. Sementara Pakde terus melangkah keluar rumah, mungkin mau memagari rumah ini. Sekitar setengah jam kemudian, Pakde masuk lagi, dan duduk di sebelahku. Pak Har dengan tidak sabaran bertanya ke pakde.

"Bagaimana hasilnya Pak? Apakah istriku bisa ditolong? Apa dia baik-baik saja?"

"Sudah aman, semua terkendali.. tadi aku sempat kewalahan juga, tapi untungnya ada Andra... kita juga harus berterima kasih padanya."

Semua mata di ruang tamu itu melihat ke arahku dengan sangat heran dan penasaran. Aku cuma nyengir salah tingkah.

"Kok bisa Andra? Bagaimana ceritanya Mas?" tanya  ayahku.

"Ada temannya Andra membantu kita, dan dia lah yang paling berperan dalam pembersihan ini."

"Teman? Teman yang mana? Siapa namanya?" tanya ayah semakin bingung.

"Kamu tanya aja dia, ha ha ha…," kata pakde sambil  tertawa, lalu berpaling ke arahku sambil mengedipkan satu matanya.

"Bangsa jin yah," kataku menjawab pertanyaan ayah, dan ayahku cuma manggut-manggut.

Pakde melanjutkan omongannya. "Yang terjadi tadi tidaklah penting, yang penting, alhamdulillah  istrimu selamat dan sudah aman sekarang." kata Pakde.

"Alhamdulillah... terimakasih Pak Nardi…," kata Pak Har. "Pak Nardi tahu, siapa yang mengirim santet itu ke istri saya?"

"Itu bukan santet, tapi teluh," jawab pakde,

"Apa bedanya pak?" Tanya pak Har.

"Teluh adalah upaya mengirimkan jin untuk mengganggu dan melukai manusia yang membuatnya menderita, nggak bisa bangun dari tempat tidur, nggak bisa beraktifitas apapun, sampai akhirnya korban akan mati pelan-pelan." jelas Pakde. Lalu ia melanjutkan, "ada lagi teluh yang lebih kejam. Menyuruh jin untuk menculik dan membawa pergi sukma si korban, dan mengisi raga si korban dengan jin lain. Korban tampak biasa saja, tapi semua sifat-sifatnya berubah, karena itu bukan sukmanya sendiri, tapi jin yang mengambil alih tubuh korban."

Semua wajah orang yang berada di ruangan itu terlihat bergidik ngeri mendengar penjelasan itu. Lalu Pakde meneruskan lagi.  

"Mengenai pengirimnya, akan lebih baik kalo tidak usah dipikirkan, saya sudah tahu, tapi tak akan kuberitahu. Nanti dia pasti akan mendapat balasan yang lebih..."

"Persis seperti yang saya duga.." sahut pak Har.

Lalu pak Har menceritakan dugaannya, dia memang punya beberapa pesaing bisnis. Pak Har adalah usahawan di bidang konveksi. Dia sangat berhasil dalam usahanya itu, dia sudah memiliki pabrik konveksi dan beberapa toko butik. Istrinya Pak Har yang mengurusi butik-butik itu, hingga dia yang jadi sasaran teluh, mungkin dia punya saingan di butik-butik nya.

"Sebaiknya jangan menduga-duga dulu sebelum semuanya pasti.. Nanti malah bisa jadi fitnah.." kata pakde setelah pak Har selesai bercerita.

"Iya pak.. saya sudah pasrah kok.. yang penting istri saya sembuh seperti sedia kala.." jawab pak Har.

"Alhamdulillah.. begitu lebih baik.." kata pakde.

Setelah semua mengerti penjelasan dari Pakde, kami dipersilakan untuk pindah ke ruang makan dan dipersilakan untuk makan sepuasnya. Di meja makan sudah ada bermacam-macam makanan dan minuman. Entah makan apa ini namanya, karena waktu telah melewati tengah malam. 

Kami berbincang-bincang sambil menyantap makanan. Saat itulah Salma tiba-tiba muncul begitu saja. Maka akupun beralasan pamit ke kamar mandi untuk bertanya pada Salma, dan Salma pun mengikutiku. Meskipun pakde bisa melihat Salma, tapi yang lain tidak, dan kau bisa dicap gila kalo ngomong dengan Salma di depan orang banyak.

"Bagaimana? Apakah pelakunya ketemu?" tanyaku saat kami sampai di dapur rumah itu.

"Sudah.. dan seperti permintaanmu, aku cuma memberinya pelajaran.."

"Memangnya kamu apakan dia?" tanyaku.

Salma tersenyum penuh misteri. "Yang penting dia sudah kapok, aku jamin dia tidak akan melakukannya lagi.."

"Baiklah.. terserah kamu aja.." jawabku. "Waktu kesini tadi, apa kamu melihat dua sosok pocong di luar rumah?" 

"Dua makhluk itulah yang pertama kali kumusnahkan sebelum aku masuk ke sini untuk menolongmu tadi.." jawab Salma.

"Syukurlah.. berarti rumah ini sudah benar-benar bersih.. tidak ada makhluk yang terlewatkan.

Akupun kembali ke ruang makan untuk melanjutkan makan. Kami masih ngobrol tentang kejadian tadi. Lalu sekitar jam 1 dini hari, kami pamit pulang. Pak Har memberikan amplop ke Pakde Nardi, yang aku yakin pasti isinya adalah uang. Aku nggak tau Pakde menerimanya atau tidak, bukan urusanku. 

Di luar rumah Pak Har sudah sepi, tetangga-tetangga yang tadi berkumpul di depan rumah Pak Har sudah pulang semua, karena memang malam sudah berganti jadi dini hari. Aku, ayah dan Pakde pulang ke rumahku, Pakde akan menginap di rumahku, karena kalau untuk pulang sudah terlalu larut. Pakde akan pulang besok pagi.

Sungguh suatu pengalaman yang menegangkan, baru kali ini aku melihat seseorang terkena teluh, pertarungan manusia dengan jin, pertarungan jin dengan jin, penyembuhan terhadap orang yang terkena teluh, dan pengertian tentang teluh dan santet, bahkan sempat mendapat serangan juga, semua kualami hanya dalam beberapa jam saja!

SEKIAN

Terima kasih sudah mengikuti part ini hingga akhir. Mohon maaf apabila ada salah kata atau bagian cerita yang menyinggung.

Di lain waktu dan kesempatan saya akan up season keduanya.
close