Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Misteri Warung Nasi Alas Jati

Pagi ini seperti biasanya, ku awali pagi hariku dengan segelas air putih, dan ku lanjutkan dengan olah raga rutin, push up, sit up masing masing 30x Ku lakukan semua ini seelum adzan shubuh. Bergegaslah aku kamar mandi, kubersihkan badanku.
Suara adzan pun berkumandang, ku sempatkan diriku untuk pergi ke masjid. Karna buat diriku sholat berjamaah ada sensasi tersendiri.
Seusai sholat shubuh ku ambil sepedaku dan begegas untuk pulang ke rumah.
Ku lepaskan sarung dan baju koko ku, ku berpakaian santai untuk pergi bersepada seperti rutunitas pagi sebelumnya.

Jam memunjukkan 07:00 pagi hari langit yang cerah membuat pemandangan di daerah tempat ku menjadi indah... walau kanan kiri adalah perkebunan jati.
Seperti itulah aku suka berpetualang ke hutan daripada di tengah keramaian orang dan lalu lalang kendaraan.

Berhentilah aku di sebuah warung makan di dekata hutan jati ini.
Ku sandarkan sepedaku dan ku bertanya kepada penjual "Bu, sarapan pagi sudah siap"

Penjual pun menunjukkan daganganya... wartegan itulah daerah ku menyebutnya.
Ku pilih nasi sayur tauge dan ayam goreng
"bu minta air putih sama teh manis ya gelas kecil aja"
Kenyang sudah, seusai makan aku berjalan dan mencari tempat yang sejuk untuk rehat sebentar.
Rerumputan yang hijau ada sebuah batu, ku duduk disana dan memandang pematang sawah.. sistim terasering masih di terapkan di sini. Sungguh pemandangan yang indah dan menyegarkan, sambil ku hisap rokok marlboro kesukaan ku.

Tak lama kemudian aku tertidur, hanya sebentar akupun terbangun ku langkahkan kaki menuju warung yang tadi memberiku sepiring nasi ayam goreng.
Tapi aneh semua berubah, warung yang tadi ku masukin berubah menjadi gapura.
Ku lihat disana ada yang duduk terdiam, duduk menangis, jongkok, dan ada yang tertidur pula, namun anehnya semua wanita...

Ibu penjual warung yang tadinya terlihat tua pun berubah menjadi wanita yang sangat cantik, dan dari cara berpakaian pun terlihat seperti seorang bangsawan.
Dan anak penjual warung yang tadi memberiku air untuk cuci tangan, dia yang tadi terlihat seperti orang kampung berubah menjadi wanita yang menawan.
Sempat aku terkagum melihat paras wajahnya yang cantik.

Pintu gapura yang tadi tertutup telah terbuka.
Sungguh pemandangan yang sangat mengejutkan ku melihat banyak sekali wanita berjejer mungkin ratusan lebih bahkan bisa jadi ribuan. Mereka bersimpuh darah.
Aku hanya bisa bengong melihat pemandangan ini, dan dari pandangan mataku semuanya wanita.

Tiba-tiba aku di kagetkan ketika ada yang memegang kedua tanganku.
Si ibu penjual nasi memegang tangan kiriku dan anaknya memegang tangan kanan ku.
Mereka berdua menuntunku untuk masuk ke dalam gapura.
Disana ku melihat banyak wanita yang masih hidup dan menangisi mayat-mayat yang di taruh di dalam sebuah pendopo.
Pendopo yang bangunannya mirip seperti joglo banyak menyimpan kisah misteri yang akupun sendiri tahu apa dan mengapa mereka seperti ini?????

Ku masukin area pendopo tersebut, ku melihat 3 wanita tidur terlentang di atas balai seperti meja...

"ada apa ini, kenapa semua seperti ini"
Sungguh kaget aku melihatnya, mereka semua telanjangan tanpa mengunakan sehelai kain pun, cantik sungguh rupawan wajah mereka bertiga.

Satu dari mereka masih hidup, dan dua di antara mereka sudah mati.

Ibu penjual nasi tadi pun menarik tanganku dan berasama anaknya mendekati wanita yang masih hidup.
"inikah dejavu" sesaat terlintas dalam pikiran ku
"seperti nya wajah nya tidak asing, siapa dia?
Aku seperti mengenalnya, sepertinya aku sering melihat dia tapi dimana kapan.. ah hal ini sangat menggangguku" tanyaku dalam hatiku saat itu.

Sedari tadi ku pandang wajahnya, membuatku selalu penasaran siapakah dia?
Dia pun memandangku dan dia mencoba untuk meraih tanganku walau dalam keadaan lemas.
Tiba-tiba ibu penjual nasi memegang tanganku dan meraih tangan wanita itu.
Tangan kanannya meraih tanganku dan dia pun menaruh telapak kananku di pipinya, dan dia merintih kesakitan dan menangis.
Ku lihat tangan kiri nya menyentuh perutnya.

Ku lihat sebuah tanduk menancap di dalam perutnya, tanpa menunggu perintah tanganku pun reflek ikut memegang tanduk itu.
Tanduk yang sudah patah, sepertinya sengaja terpotong.

Ku teringat dengan tas ranselku yang berisi P3K.
Dengan sedikit pengetahuan aku berusaha ingin menyelematkan wanita itu ku raih tanduk yang menacap, ku putar pelan-pelan tetap saja tanduk itu sulit untuk ku ambil.
Karena posiku yang di sebelah kanan, aku beralih ke sebelah kiri, dengan harapan tanduk berwarna hitam semu kecoklatan itu bisa ku ambil.
Letak tanduk itu berada di perut sebelah kiri dekat lambung.
Ku ambil senter ingin ku gunakan sebagai penerangan.
Tubuh wanita itu transparan aku bisa melihat seluruh rongga tubuhnya,
Tanduk itu pun terlihat jelas menancap hingga ke tulang ekor.
Karena bentuk tanduk yang berkelok kelok membuat ku kesulitan untuk mengambilnya.

Ku lihat raut wajahnya merintih kesakitan ketika aku berusaha menarik tanduk tersebut, di pegang lengan ku kuat-kuat dan dia menangis kesakitan.

Akhirnya tanduk itu bisa ku ambil, saat aku mau membuang, anak ibu penjual nasi melarangku, dan mengambil tanduk tersebut untuk di simpan di tempat yang terbuat dari bambu.
Dia menatapku, ku lihat dia sangat cantik sekali. Dia meraih tanganku kemudian meletakkan di lukanya.
Tiba-tiba suasana menjadi hening, hanya suara angin dan daun kering yang ada di lantai.
Ibu penjual nasi dan anaknya memintaku untuk menyentuh kening kedua mayat yang ada di sebelah wanita cantik itu.

Saat ku sentuh kening nya, tiba-tiba tubuhnya melebur menjadi serpihan kaca.
Serpihan pun lebur menjadi cairan, dan pergi menuju kolam depan pendopo.
Ku ikuti dari balai hingga masuk ke dalam kolam, seakan akan aku mengantarkan kepergian mereka berdua.
Hanya ikan yang berada di kolam saja yang terlihat.
Setelah ku membalikkan badan wanita yang perut tertancap tanduk sudah mengenakan selendang biru keunguan.
Rambutnya terurai hingga ke lantai.
Sedikitpun aku tak bernafsu dengan nya.
Tapi aku merasa mengenal dirinya, siapa dia????

Dia tersenyum dan meraih tanganku, ku antarkan wanita itu untuk duduk di singgasana. Dan semua anak buahnya tersenyum kepadaku

Kemudian ibu penjual nasi dan anaknya mengantarkan ku pergi.

Setelah sampai pintu gapura aku melihat tubuhku tertidur ku coba bangunkan tapi tak bangun. Hingga akhirnya pintu terbuka. Aku tiba-tiba terbangun, dengan kondisi masih membawa rokok yang belum ku hisap di jariku.

Setelah terbangun aku lari menuju warteg makan tadi, ku lihat penjual nasi nya pingsan, dan anak perempuanya lemas.
Dan disitu ada dua bapak-bapak yang sedari memandangku sinis.
Karna warung jauh dari perkampungan aku menstop mobil pick up dan membawa ibu penjual nasi ke rumah sakit.
Namun saat ku tengok ke belakang mereka berdua sudah tidak ada....


close