Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI DAN DUNIA ASTRAL (Part 7) - Bunda Ratu


Tak lama kemudian muncul beberapa wanita berjalan masuk menuju meja makan istana,, semua yang hadir terlihat berdiri seketika untuk menyambut kedatangan rombongan itu, Jaka Indi ikut berdiri sambil memperhatikan mereka yang datang. Ketika Jaka indi memalingkan wajahnya untuk melihat rombongan yang baru hadir,terlihat beberapa wanita cantik berbusana ala kraton yang berjalan mengiringi seorang wanita yang berbusana sutra putih panjang dengan kerudung putih, wanita itu mengenakan perhiasan anting dan kalung mutiara, dan terlihat sangat cantik, anggun serta memancarkan aura kewibawaan yang kuat, sorot matanya terlihat tajam seperti dapat menembus relung hati, usianya layaknya wanita usia tiga puluh tahunan.

Bila putri-putri bunda Ratu memiliki kecantikan remaja yang segar dan mempesona, wanita ini memiliki kecantikan wanita dewasa yang matang dan anggun. serta ada aura keagungan yang meliputi dirinya.

"Apakah ia Bunda Ratu ??" Renung Jaka indi dalam hati.
"Sepertinya wanita berbaju sutra putih panjang dan berkerudung putih itu memang bunda Ratu. Walau tidak mengenakan busana resmi kerajaan tapi tampilannya tetap terlihat elegan, dengan aura ratu yang kuat." Bathin Jaka Indi.

Tertampak tiga wanita yang mengiringi bunda Ratu, dua diantaranya berbusana kraton warna hijau, sedang yang satunya berbusana warna ungu. Saat Jaka Indi memperhatikan lebih seksama.... hmm... ternyata ada empat wanita yang mendampingi Bunda Ratu, hanya saja wanita yang keempat tidak dapat dilihat secara kasatmata, tapi harus dilihat dengan ketajaman mata bathin, baru akan terlihat keberadaannya, karena hanya sukmanya yang mengiringi bunda ratu, Menariknya wanita yang tidak kasatmata itu, justru seorang bocah perempuan, tampak menggunakan busana warna serba merah, rambutnya kecoklatan panjang sebahu diikat dengan pita merah, bocah wanita tersebut juga memiliki paras yang elok, terlihat seperti bocah wanita usia sembilan tahunan, walau usia masih sekitar sembilan tahunan, lagaknya lucu dan gayanya terlihat menggemaskan, bocah itu sekujur tubuhnya diliputi nyala api, layaknya seseorang yang telah menguasai elemen api tingkat tinggi.

"Hmmm ini pasti bukan bocah sembarangan" Bathin Jaka Indi. Saat itu bocah api tersebut justru sedang menatap jaka Indi sambil me-meletkan lidahnya. Jaka indi sengaja bersikap tak acuh dengan berpura-pura tidak melihatnya.

Terlihat bunda Ratu dan pengiringnya langsung menuju meja jamuan, lalu bunda ratu mengambil tempat duduk di kursi singgasana yang telah disediakan, dua wanita berbaju hijau tetap berdiri disisi bunda ratu, sedang bocah wanita baju merah berjalan keliling ruangan menuruti kemauan hatinya sendiri. Sedang wanita berbusana kraton warna ungu mengambil tempat duduk didekat Dewi Nawang Sari. Lalu bunda ratu memberikan isyarat dengan tangan kanan, agar semua yang hadir juga turut duduk,, dilanjutkan dengan berkata...

"Maaf atas keterlambatan saya menghadiri jamuan." Suaranya terdengar lembut dan pelan, seperti sedang dalam keadaan kurang sehat. "Terima kasih buat para tamu yang sudah hadir dalam jamuan yang diadakan kerajaan Suralaya ini, silahkan dimakan dan dinikmati apa yang telah disediakan, sambil saudara mengutarakan apa yang menjadi maksud dan niat kedatangannya."

Tiba-tiba sosok pemuda didekat Jaka Indi yang wajahnya menyerupai kera dan bulunya berwarna coklat keemasan, langsung berdiri, dan berkata...

"Perkenalkan Bunda Ratu, saya adalah pangeran Abhinaya, Putra Mahkota dari kerajaan Janapada. Sebelum saya mengutarakan maksud kedatangan saya, saya akan persembahkan hadiah dari negeri saya terlebih dahulu. "Sambil mengeluarkan sebuah kotak perhiasan kecil, yang saat dibuka ternyata seluruh ruangan menjadi terang benderang" Ini adalah mustika mutiara Aruna (mutiara pagi)." Jelas Pangeran Abhinaya.
"Dimanapun dan dalam keadaan cuaca apapun dapat menerangi tempat dimana mutiara mustika ini diletakkan, bahkan dalam gua yang gelap gulita atau bahkan dibawa kedalam dasar samudra sekalipun, akan membuat terang benderang sekitarnya, seperti suasana pagi hari." Seraya Pangeran Abhinaya mempersembahkan dengan kedua tangan, yang kemudian tampak wanita baju ungu yang duduk dekat bunda Ratu, berdiri lalu menuju tempat Pangeran Abhinaya dan menerima perhiasan mustika mutiara Aruna tesebut, lalu diletakkan didepan meja Bunda Ratu.

Ratu hanya melirik sekejap kearah mustika itu, lalu menutup kotak perhiasan tersebut, dan seketika cahaya terang benderang hilang, dan suasana penerangan kembali seperti sediakala.

Tampak pangeran Abhinaya masih dalam posisi berdiri, dan kemudian melanjutkan bicaranya, "Mengenai maksud kedatanganku adalah..
"Sebentar Pangeran Abhinaya, sebaiknya saudara nikmati dahulu hidangan yang ada di hadapanmu, setelah itu boleh kau utarakan keinginanmu lebih lanjut," Jelas Bunda Ratu memotong pembicaraan Pangeran Abinaya lebih lanjut.
Namun Pangeran Abhinaya terlihat masih tetap berdiri, lalu dengan membuka mulutnya, sekonyong keluar angin puting beliung kecil yang mengitari makanan dihadapannya, dan dengan sekali hisap, angin puting beliung kembali ke mulutnya berikut seluruh makanan yang ada dihadapannya, semua masuk sekaligus kedalam mulut Pangeran Abhinaya hanya dengan sekali hisap.

"Wow.... Ilmu yang mengagumkan," Pikir Jaka Indi.

Dewi Salasika sempat mengambil pedang putihnya dan bangkit dari duduknya, sambil menatap tajam pada Pangeran Abhinaya, Terlihat Bunda Ratu memberikan isyarat tangan agar Dewi Salasika duduk kembali, Silahkan Pangeran melanjutkan apa yang ingin pangeran sampaikan.

"Sebagaimana Bunda Ratu ketahui, kerajaan Janapada adalah kerjaan Siluman terbesar di wilayah timur, beberapa kerajaan siluman lainnya di wilayah timur, telah bergabung dibawah kekuasaan Kerajaan Janapada. Bilamana kerajaan Janapada bisa menjadi sekutu Kerajaan Suralaya dari negeri para peri ini, maka kita akan menjadi sekutu yang kuat. dan akan menjadi kerajaan yang sangat disegani. Oleh karenanya saya berniat untuk meminang ke7 orang putri Bunda Ratu, yaitu kelima orang putri yang hadir disini dan juga dua orang putri yang berhalangan hadir disini, untuk semuanya saya jadikan istri, dan salah satu Putri Bunda Ratu yaitu Dewi Kemala , kelak disaat saya naik tahta menjadi Raja, akan saya Jadikan Permasuri kerajaan Janapada." Kata pangeran Abhinaya dengan nada tegas dan mantap.

Sebenarnya tujuan utama kedatangan Pangeran Abhinaya ke negeri Suryalaya adalah sebagai utusan resmi kerajaannya untuk membangun kerjasama dan persekutuan kedua negara, sebagaimana yang diperintahkan ayahandanya Raja Siluman Kera Yadhu Sadewa, tetapi sesampainya disini, dan melihat kecantikan kelima putri Ratu Suralaya, Pangeran Abhinaya merubah maksud kedatangannya menjadi untuk meminang ke7 putri Bunda ratu, dalam pikiran Pangeran Abhinaya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, bisa dapat istri cantik dan membangun kerjasama kedua negeri.

Disisi lain di negerinya adalah hal yang biasa seorang raja atau pangeran memiliki banyak istri, bahkan sampai 100 istri sekalipun.

Setelah itu Pangeran Abhinaya duduk kembali sambil menatap Bunda Ratu dan menanti jawabannya.

"Geragas amat nih pangeran, mosok sih... ke7 Putri bunda ratu mau sekaligus dijadikan istri." Gumam Jaka indi lirih.

Saat Jaka Indi menatap ke depan, terlihat Dewi Sekar arum sedang mengerutkan alisnya, Dewi Ambarwati terlihat menatap Bunda Ratu menunggu reaksi bunda ratu, sedang Dewi Kirana dan Dewi Salasika bangkit dari duduknya dengan tatapan mata penuh amarah kepada Pangeran Abinaya, Sebaliknya reaksi Dewi Kemala justru hanya menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan punggung telapak tangan kanannya, mungkin ia merasa apa yang disampaikan oleh Pangeran Abhinaya adalah hal yang lucu.

Sedang dua putri berbusana Kraton, serta sang pertapa tampak bersikap tenang tanpa menunjukan reaksi apapun, saat jaka Indi mengalihkan perhatiannya pada pemuda bernama Corwin, terlihat Corwin menggertak dan mengatupkan gigi gerahamnya, sambil mengerutkan keningnya.

"Wew... bakal seru nih." Pikir Jaka Indi. Tetapi Ratu hanya tersenyum dan memberi isyarat tangan kepada kedua putrinya yang berdiri agar duduk kembali.

"Sabar sebentar ya... pangeran Abhinaya, sebelum menjawab apa yang menjadi keinginan Pangeran Abhinaya, kita dengarkan dahulu maksud kedatangan para tamu yang lainnya," Ucap bunda ratu.

"Silahkan tamu lainnya mengutarakan maksud kedatangannya ke negri Suralaya ini."

Berikutnya terlihat pemuda berbaju mantel biru panjang yang bernama Corwin berdiri, dan mulai memperkenalkan dirinya,

"Saya Pangeran Corwin, putra tunggal dari kerajaan Bessara,, kerajaan terbesar dan tertua di wilayah Utara. Bahasa Nusantara adalah bahasa manca negara yang dikuasai oleh para penduduk negeri kami, disamping bahasa Rumani sebagai bahasa masyarakat setempat," Jelas pemuda bernama Corwin.

Kemudian Pangeran Corwin mengeluarkan sebuah peti kecil sedikit memanjang, lalu membukanya, dan terlihatlah sebuah pedang pendek yang seluruh bagiannya terbuat dari es, hanya pada bagian gagang pedangnya terbungkus oleh kulit rusa. Ini adalah pusaka Klinge Ize, setiap benda yang terkena mata pedang ini akan berubah menjadi es. pedang ini tidak akan meleleh sekalipun terkena cahaya matahari atau dibakar api. Kemudian Corwin mengambil pedang tersebut dan menyentuhkan mata pedangnya pada buah semangka yang ada dihadapannya, seketika buah semangka itu menjadi es. Terlihat Dewi Kemala dan Dewi Salasika memperhatikan pedang tersebut dengan tatapan pandangan tertarik. Setelah itu pedang dikembalikan dalam peti dan dengan kedua tangan disodorkan kehadapan Ratu. Tampak wanita berbaju ungu kembali menjemput peti berisi pedang itu dan menghantarnya kehadapan ratu.

"Apakah Raja Drakula Vova Valdemar adalah ayahmu?" Tanya Bunda ratu.

"Benar ratu, jawab Pangeran Corwin seraya menganggukkan kepalanya.

"Lantas apa yang menjadi maksud dan keinginanmu?" Tanya Bunda ratu lebih lanjut.

"Beberapa waktu yang lalu diluar perbatasan negeri kami, ada seorang gadis muda yang cantik rupawan yang telah membunuh satu kepala pengawal perbatasan, melukai lima prajurit dan menewaskan sepuluh lebih serigala putih yang telah kami latih untuk ikut menjaga tembok luar perbatasan Kerajaan Bessara. Mendengar kabar ada kekacauan diluar perbatasan tersebut, saya segera datang bersama tiga puluh prajurit, untuk menangkap pengacaunya, tapi justru gadis tersebut kembali melukai delapan prajurit lainnya, dan dalam pertempuran, gadis cantik itu dapat meloloskan diri dari kepungan kami."

"Gadis tersebut menggunakan baju warna hitam dengan lambang bunga wijaya kusuma pada dada sebelah kiri, dan juga mengenakan pita sutra merah yang terikat pada lengan sebelah kirinya, Saya tidak tahu nama gadis tersebut, tapi dari lambang bunga wijaya kusuma yang tersulam pada baju hitam gadis itu, saya mengetahui kalau gadis tersebut berasal dari Kerajaan Suralaya ini."

"Apakah pangeran Corwin, datang untuk meminta keadilan dan pertanggung jawaban kami?" Cetus Bunda Ratu, menyela perkataan Pangeran Corwin.

"Tidak...sama sekali tidak Bunda Ratu, saya rasa itu hanya kesalahpahaman antara penjaga luar perbatasan kerajaan Bessara dengan gadis cantik itu hingga terjadi perkelahian."

"Sebenarnya setelah melihat gadis itu bukan hanya saya mengagumi kemampuan bela diri sang gadis, tapi juga selalu terbayang akan kecantikan parasnya dan ke-elokan tubuhnya, dan sesungguhnya saya telah jatuh hati pada padangan pertama, sudah sebulan lebih saya gelisah karena selalu teringat dan terbayang akan kecantikan gadis tersebut. Kedatangan saya kemari, adalah untuk meminang gadis cantik itu sebagai istri saya, dan dengan ijin serta bantuan Bunda ratu, tentu akan memudahkan terwujudnya impian saya tersebut," Jelas Pangeran Corwin panjang lebar.

Bunda ratu tampak terdiam dan merenung sesaat...
"Yang kau temui itu adalah Dewi Yuna putriku yang paling bungsu."

"Mari kita dengarkan lebih lanjut maksud dan tujuan kedatangan para tamu lainnya," Tutur bunda ratu.

Lalu dua wanita berbuasana kraton mulai berdiri,
"Kami adalah Anindya dan Anindita, utusan Kraton Kasepuhan Haryodiningrat, kami membawa beberapa bingkisan kain batik tulis khas kerajaan kami, lalu kedua putri maju berjalan ke depan ratu dan menyerahkan bingkisan kain batik tulis tersebut, seraya menyerahkan sepucuk surat, sambil lanjut berkata, "Ini ada titipan surat dari baginda Raja Kasepuhan Haryodiningrat."

Bunda Ratu terlihat senang menerima kain batik tulis dan surat tersebut,

"Sampaikan terimakasih pada baginda raja, besok akan saya balas suratnya dan akan dihantar pengawal ketempat peristirahatan adinda berdua."

Lalu kedua putri Kraton itu kembali ke tempat duduknya semula.

"Ehmmm... terima mustika hanya melirik saja, terima kain batik tulis justru tersenyum gembira." Renung Jaka Indi keheranan.

"Wew... semua tamu yang hadir memberi hadiah, lantas aku mesti kasih apa nih ke bunda ratu," Pikir Jaka Indi dengan perasaan bingung.

Jaka Indi mulai sibuk memeriksa barang bawaannya, dilihat ada suling bambu kuning, ah ini gak mungkin aku berikan, lantas dilihat pula isi dompetnya hanya ada kartu kredit, kartu ATM, E-KTP, tiga lembar seratus ribuan, lima lembar limapuluh ribuan dan sisanya uang pecahan, sama ada struk belanja di alfa mart yang belum sempat dibuang.

[BERSAMBUNG]
close