Sementara Itu terlihat pria yang tampilannya seperti Pertapa telah mulai berdiri untuk memperkenalkan diri,
Jaka Indi justru masih sibuk memikirkan hadiah apa yang akan diberikan pada bunda ratu. Saat merogoh saku celana Jeans sebelah kanannya,
Jaka Indi baru menyadari kalau ia mempunyai Hp android Xiomi redmi 8 plus yang belum lama dibelinya, saat ada diskon di Senayan City, segera Jaka Indi mengeluarkan sim card miliknya, dan memindahkannya kedalam dompet, lalu menghapus semua data dan aplikasi, kecuali hanya menyisakan memori di hp yang berisi berbagai jenis musik.
"Ehmmm... bawa hp disini juga percuma, gak ada sinyalnya, juga gak ada listriknya." Nanti saat pulang ke Jakarta toh bisa beli lagi." Pikir jaka Indi.
Tiba-tiba jaka Indi dikejutkan oleh suara..
"Kalau ananda Jaka Indi, apakah yang menjadi maksud dan tujuan ananda?" tanya bunda Ratu kepada Jaka Indi.
"Busyeeet dah... sibuk mikir hadiah untuk bunda ratu.. sampai gak memperhatikan apa yang diutarakan pria pertapa tersebut, tahu-tahu sudah sampai pada gilirannya." Keluh Jaka Indi dalam hati.
"Begini Bunda ratu.., saya Jaka Indi, saya berasal dari Indonesia, suatu negeri yang berada di garis katulistiwa. maksud kedatangan saya kesini adalah untuk mencari informasi keberadaan leluhur saya yang bernama Dewi Nawang Wulan, dan apa yang saya ingin ketahui sudah saya dapatkan, berkat bantuan para penghuni kraton di kerajaan Suralaya ini."
"Sedang mengenai hadiah, saya ada satu buah hadiah yang sederhana yang saya bawa dari negeri saya." Lalu Jaka Indi mengeluarkan Hp androidnya, dan menyetel lagu Bengawan Solo yang ada di memori hp tersebut..
Semua orang tampak terkesima penuh minat, saat mendengar lagu itu, bahkan putri-putri ratu sampai berdiri untuk melihat lebih jelas Hp Jaka indi, Pangeran Corwin dan pangeran Abhinaya juga terlihat terpesona atas suara lagu yang keluar dari Hp Jaka Indi.
Hanya dua putri kraton dan sang pria pertapa yang terlihat menyikapi dengan tersenyum simpul saja.
Kemudian oleh jaka Indi dimatikannya lagu Bengawan Solo itu dan dihantarkannya hp tersebut ke depan bunda ratu, seraya Jaka Indi mengajarkan cara mengaktifkan hp dan menghidupkan lagu-lagunya.
"Ananda Jaka Indi, saya sangat senang sekali dengan pemberianmu, ini sesuatu yang unik dan langka, sebenarnya sebagai keturunan Dewi Nawang Wulan, yang juga berarti anggota keluarga kerajaan ini, ananda tidak perlu memberi hadiah atau cinderamata apapun."
"Jiaaah..! Kenapa gak bilang dari tadi," kata Jaka Indi dalam hati.
Kemudian Bunda Ratu, membisikkan sesuatu pada wanita cantik berbaju ungu yang duduk didekatnya, dan wanita baju ungu berjalan kedalam ruangan yang tidak lama keluar kembali dengan diikuti beberapa dayang yang membawa beberapa peti kayu kecil setiap peti diberikan pada para tamu yang hadir termasuk Jaka indi juga diberikan peti tersebut.
Hanya saja Jaka indi menolaknya,
"Maaf bunda ratu, atas sikap lancang hamba yang tidak dapat menerima pemberian ini, kalau diperkenankan hamba ingin meminta yang lainnya saja." Jelas Jaka Indi.
"Apa ananda juga ingin meminang putri-putriku." Kata bunda Ratu sambil tersenyum.
Terlihat beberapa putri bunda ratu tampak tersipu.
"Sebaiknya nanti saja saya kemukakan keinginan saya setelah perjamuan ini selesai," Tutur Jaka Indi.
"Oouh...begitu... baiklah."
"Peti yang kalian terima adalah berisi bunga Wijaya Kusuma, bunga wijaya kusuma ini hanya tumbuh setahun sekali dan hanya ada di negeri kami, bunga Wijaya kusuma yang tumbuh di negeri kami ini bukanlah bunga wijaya kusuma biasa, tetapi tumbuhan bunga yang awalnya jelmaan pusaka keraton Batara Kresna. titisan Wisnu"
"Raja yang berhasil mendapatkannya dan memakannya diyakini akan membawa kejayaan bagi kerajaan yang dipimpinnya, disamping itu ada beberapa khasiat lainnya, yaitu untuk kesehatan, menambah wibawa, dan terhindar dari gangguan energi negatif." Terang Bunda Ratu dengan sikap serius.
"Mengenai permohonan Pangeran Abhinaya dan Pangeran Corwin untuk bisa memperistri putri-putri kerajaan Suralaya, akan kami rembuk dahulu dengan para putri yang bersangkutan bersama keluarga kerajaan, paling lambat besok lusa akan kami kabari,"
Bunda ratu lalu meminum air seteguk dan melanjutkan perkataannya.
"Mengenai permohonan Resi Avatara Baba dari pengunungan Himalaya, agar penduduk desa disekitar pegunungan himalaya, tidak lagi diganggu para astral dan tidak lagi ada yang kerasukan Jin sesat, kami akan segera mengirim utusan dua Peri Pelindung Istana, untuk mengatasi permasalahan tersebut."
"Sedang prihal pesan melalui surat dari Raja Kasepuhan Haryodiningrat, yang disampaikan oleh Anindya dan Anindita, surat balasannya akan dihantarkan besok pagi oleh pengawal istana ketempat peristirahatan kalian berdua, buat para tamu undangan dan putri-putriku silahkah beristirahat ketempat masing-masing, karena hari sudah semakin larut,"
Beberapa tamu lantas pamit berdiri dan meninggalkan ruang jamuan, menuju kereta kencana.
Saat itu tersisa Jaka Indi, Bunda Ratu dan dua wanita kraton baju hijau, satu wanita kraton baju ungu, Dewi Nawang sari serta bocah sukma api yang terlihat asyiiik memperhatikan handphone pemberian Jaka Indi pada bunda Ratu yang tergeletak diatas meja.
"Ananda Jaka indi, apakah yang menjadi keinginanmu ?" Tanya bunda Ratu.
Jaka Indi mengatur nafas sesaat, kemudian dengan sikap santun Jaka Indi mulai menyampaikan permohonannya.
"Kalau diperkenankan, aku ingin mustika Citra Ghaib," Jawab jaka Indi.
"Mengapa ananda menginginkan Mustika tersebut ?" Tanya Bunda ratu dengan rasa ingin tahu.
"Dahulu kala leluhur dari guruku Kanjeng Cakra langit, pernah memiliki mustika semacam itu, yang bernama mustika yassin 9, mustika tersebut berupa tasbih yang terdiri dari 99 bulir kayu harum yang kepala tasbihnya terbuat dari batu giok. kalau ternyata mustika Citra Ghaib adalah mustika yang sama dengan mustika yassin 9, maka saya ingin menghadiahkannya kepada guruku Kanjeng Cakra Langit." Jawab Jaka Indi.
"Iya... kemungkinan ini memang mustika yang sama, karena mustika Citra Ghaib juga berupa tasbih kayu harum, yang kepala tasbihnya terbuat dari batu giok. Setelah ini nanti peri Dewi Wening akan menghantamu ketempat mustika tersebut," jelas bunda ratu, sambil tangannya menunjuk seorang peri dengan tampilan kraton berbaju ungu.
Jaka Indi langsung tersadar kalau Wanita Kraton berbaju ungu tersebut adalah Dewi Wening yang merupakan Ibu angkat Achitya
"Ananda Jaka indi aku ada permohonan, agar ananda berkenan menikahi salah satu putriku, atau sekaligus menikahi beberapa putriku, agar aku segera mempunyai penerus keturunan dari putri-putriku." Ujar Bunda Ratu.
"Maaf, bunda ratu... Bukankah sudah ada para Pangeran yang melamar putri bunda ratu," Sahut Jaka Indi.
"Sebenarnya telah banyak yang meminang putri-putriku dari berbagai kerajaan astral, hanya saja ini soal mengukir darah biru dan prihal tidak semua kaum pria sanggup bertahan hidup setelah menikah dengan bangsa peri." jelas bunda ratu, dengan suara pelan dan nafas agak sedikit tersenggal.
"Maksudnya bagaimana Bunda ratu!?" Tanya Jaka indi ingin tahu.
Melihat keadaan bunda Ratu yang kondisinya kurang sehat, Dewi Nawang sari melanjutkan penjelasan bunda Ratu, dengan menggantikan menjawab pertanyaan Jaka indi.
"Begini ananda, yang dimaksud dengan mengukir darah biru adalah, bahwa sesungguhnya dalam budaya bangsa peri, pengertian 'darah biru' tidaklah semata merujuk pada keturunan bangsawan, melainkan sebutan bagi semua manusia atau peri yang memiliki kualitas unggul, memiliki garis keturunan yang baik, ber-ahlak dan berbudi pekerti baik, cerdas, punya rekam jejak yang baik, pribadinya santun, jujur, adil, rendah hati, golongan inilah yang disebut memiliki Rah Adi (darah yang indah), pewaris darah biru ini biasanya akan dipasangkan juga dari kalangan darah biru. (kualitas unggul pula). Dengan demikian mereka akan bisa menurunkan generasi darah biru yang berkualitas istimewa. Inilah yang disebut dengan MENGUKIR DARAH BIRU."
"Konsep spiritual para peri ini dikenal dengan istilah hangukir trahing kusuma/trahing aluhur, yang artinya mengukir keturunan orang bangsawan, kaum intelektual, kaum yang tinggi derajat dan baik ahlaknya." Jelas Dewi Nawang Sari.
"Sedang yang dimaksud, tidak semua kaum pria sanggup bertahan hidup saat menikah dengan bangsa peri, sebenarnya ini adalah merupakan rahasia para peri bangsa kami." Tutur Dewi Nawang Sari dengan sikap prihatin dan menghela nafas panjang.
"Umumnya setiap laki-laki yang 'berhubungan badan' dengan bangsa peri, maka energinya akan terserap habis saat 'hubungan badan' itu dilakukan, daya tahan dan kekebalan tubuh para pria juga akan berangsur hilang, tubuhnya lambat laun akan melemah, darahnya akan menyusut, hingga akhirnya mengalami kematian." Lanjutnya masih dengan ekspresi sedih.
"Oleh karenanya mereka yang menikahi para Peri wanita dari bangsa kami lazimnya tidak akan dapat berusia panjang, ada yang baru sekali 'berhubungan badan' langsung mengalami kematian, tetapi ada pula yang bertahan hingga tiga hari, tujuh hari bahkan bagi kaum pria yang memiliki ilmu yang tinggi sekalipun, belum pernah ada yang mampu bertahan sampai satu tahun, hal itu berlaku pula bagi para peri pria yang menikahi peri wanita dari kalangan kami, Itu sebabnya para peri jenis pria dari kalangan kami semakin langka, dan terus menyusut jumlahnya."
"Para Peri dari kalangan pria ditempat kami, diperlakukan sebagai sesuatu yang sangat berharga dan istimewa, mereka dipingit, dilindungi, dikarantina, mereka juga tidak boleh bekerja berat, mereka hanya belajar bidang seni, belajar sastra dan yang semacamnya. Sedangkan bidang pemerintahan, keamanan, ekonomi dan perniagaan juga bidang perkebunan dan pertanian, semua ditangani oleh para peri wanita, karena kalau mereka para peri pria menikah, maka tak lama kemudian mereka akan menemui ajal setelahnya." Tutur Dewi Nawang Sari.
"Yaa... begitulah kehidupan para peri yang sebenarnya." Kata Bunda ratu, melanjutkan penjelasan Dewi Nawang Sari.
Aku sendiri telah menikah sebanyak tujuh kali dengan mahluk astral yang berbeda, tetapi tetap saja tidak ada suamiku yang dapat berusia panjang. Tak lama menikahi ku mereka kehilangan daya tahan tubuhnya dan staminanya merosot tajam, dan lambat laun tubuhnya akan semakin bertambah lemah, hingga akhirnya menemui ajal.
Beruntung dari setiap pria yang ku nikahi aku sempat memiliki seorang putri.
"Tapi itu berbeda dengan Kanjeng Raden Jaka Tarub leluhurmu, Ia tetap dapat berusia panjang sekalipun telah menikahi Dewi Nawang Wulan, oleh Karenanya kami berharap Raden Jaka Indi berkenan menikahi para putri kerajaan Suralaya, guna memberikan banyak keturunan pada bangsa kami. Ananda Jaka indi boleh menikahi mana saja dari putriku yang mas Jaka Indi sukai, bahkan tetap diperbolehkan menikahi wanita yang lainnya, yang raden Jaka Indi cintai." Demikian penuturan Bunda ratu lebih lanjut.
Jaka Indi tampak terkejut dan diam termenung beberapa saat, ketika mengetahui hal ini.
Jaka Indi jadi teringat ada sejenis hewan jantan yang akan mati setelah kawin dengan betinanya, selama musim kawin si jantan mampu berhubungan seks selama lebih dari sepuluh jam, tetapi setelah itu ia akan kelelahan dan mati, hal ini dikarenakan menurunnya kekebalan tubuhnya.
Jaka indi juga pernah membaca cerita di tabloit misteri, tentang pemuda yang mati setelah berhubungan badan dengan mahluk astral, Hanya saja Jaka Indi tidak menyangka kalau hal seperti itu ternyata benar-benar ada.
"Jaka Indi merenungkan dirinya, yang saat ini baru berusia 23 tahun, dan baru saja menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum disalah satu perguruan tinggi di jakarta, saat ini ia bahkan belum mempunyai pekerjaan tetap, ayah dan ibunya sudah lama tiada, ia hanya berdua dengan kakak perempuannya yang telah menikah, kakak perempuannya Asmarani Putri, ikut suaminya tinggal di negara Jepang di kota osaka. Sedang jaka indi tinggal di suatu rumah sederhana peninggalan orang tuanya di Jakarta. Sementara sebelum dapat kerja kembali. Jaka Indi cari penghasilan dengan ikut ojek on-line, sebagai driver ojol, jangankan mikir punya istri untuk cari pacarpun dirinya gak berani. lagian mana mau cewe cakep punya pacar driver ojol, wkwkwkwk." Renung Jaka Indi.
Sebenarnya tawaran Bunda ratu ini sesuatu yang sangat memikat, Kapan lagi bisa punya istri cantik, tanpa modal dan tanpa susah payah, bahkan bisa naik drajat jadi keluarga istana di kerajaan astral, gak perlu puyeng mikir cari nafkah, mikir bayar listrik, juga gak stres mikir bayar cicilan sepeda motor.
Tapi menikahi peri bisa saja mati muda, bagaimanapun aku kan tidak sesakti dan sehebat leluhurku Ki Ageng Jaka Tarub.
"Hmmmm... bagaimana ya baiknya, dan siapa yang mesti kunikahi?" Pikir Jaka Indi dalam hati.
Setelah merenung sejenak, lantas Jaka Indi menjawab pertanyaan Bunda Ratu,
"Bunda ratu, apakah kalau saya sudah menikah, saya masih diperkenankan pergi ke alam dunia saya?" Tanya jaka Indi.
"Iya kamu bebas melakukan apa yang kamu inginkan, bahkan kamu juga boleh menikah lagi dengan wanita manapun yang kamu sukai, hanya sewaktu-waktu kamu tetap harus kesini menengok keluargamu."
"Wow... keren nih....!" Pikir Jaka Indi.
[BERSAMBUNG]