Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TEREKAN KEDUNG JANIN (Part 2)


JEJAKMISTERI - "Lembur kamu, Mas?" tanya Warni, melihat Rahmad yang baru pulang dan berdiri di depan pintu kamar.

Aneh. Biasanya Rahmad akan langsung menyahut ucapan Warni. Tapi kali ini, Rahmad hanya terdiam di depan pintu tak menjawab. Seperti ada sesuatu yang menahan langkah dan lidahnya.

"Mas!" 
Lagi, kali ini lebih keras dan ketus suara Warni. Membuat Rahmad sebentar tersadar dan tergagap.
"I_iya, Dek. Lembur," sahut Rahmad terbata.

Meski kaki Rahmad akhirnya mengayun masuk ke dalam kamar, tapi dari wajahnya masih menyiratkan sesuatu yang berbeda. Apalagi, ketika dirinya begitu dekat dengan Warni, rautnya semakin menggurat rasa heran dan menahan satu keganjilan.

"Dek, kamu pakai parfum apa, to?" tanya Rahmad, penasaran dengan bau wangi nan lembut tercium semerbak sedari awal ia masuk. 
"Parfum? Aku gak pakai parfum apa-apa. Memangnya, Mas, mencium bau apa?" jawab Warni dan berganti melempar pertanyaan.

"Ohh, Mas kira...." Rahmad menghentikan ucapannya. Ia tersadar jika sampai di teruskan bakal menjadi sebuah perdebatan. Sebab, bau wangi yang tercium oleh hidungnya, adalah bau wangi bunga Kamboja.

"Halah, kamu ini Mas. Paling berhalu lagi," sahut Warni dengan expresi mencibir, seolah tau yang ada di pikiran suaminya.

Rahmad yang tengah membereskan tas kerjanya, mengacuhkan ucapan Warni. Ia tak mau tubuh lelahnya bertambah beban dengan sebuah pertengkaran. Walau dalam hati ia masih memikirkan wangi bunga Kamboja, yang semakin tajam tercium.

Lama dan terus saja bau itu mengganggu penciuman Rahmad. Sampai akhirnya menghilang ketika ia membaringkan tubuh dan beristirahat.

Satu hal yang menjadi kebiasaan Rahmad. Ia selalu terbangun ketika malam merangkak dini hari. Seperti juga malam itu, Rahmad terjaga dari indahnya buaian mimpi. 

Sebentar Rahmad mengumpulkan kesadarannya. Kemudian melirik ke arah Warni yang masih pulas terpejam di sampingnya. Lalu mengalihkan pandangan pada jam dinding bulat tertempel di atas pintu kamarnya.

Pukul satu lebih Rahmad melihat waktu saat itu. Tak beda jauh dengan waktu-waktu saat ia terbangun di malam sebelumnya. Namun entah mengapa, malam itu ia seperti enggan turun dari ranjang. Seolah ada sesuatu yang menahan tubuhnya beranjak dari kamar. Tapi demi hajad yang tak tertahankan lagi, Rahmad terpaksa bangkit dan melangkah menuju kamar mandi.

Sunyi dan hening, di rasa Rahmad saat itu. Hanya suara serangga kecil dari luar dan gebyuran air di tumpahkannya dari gayung, mewarnai akhir hajad rutinnya. Tapi setelahnya, di saat dirinya akan kembali ke kamar, satu kejanggalan ia temukan.

Rahmad terkejut, kaget, dan tertegun. Tersisip rasa curiga melihat pintu dapur yang menghubungkan langsung dengan pekarangan belakang terbuka lebar. Matanya spontan mengedar ke sekeliling dapur dan ruang makan. Mencari-cari satu sangkaan yang membersit dalam benak, jika seseorang telah masuk rumahnya tanpa ijin. 

Akan tetapi, setelah beberapa saat Rahmad mencari dan tak menemukan tanda-tanda apapun, ia melangkah mendekati pintu berniat menutupnya kembali. Namun, baru saja tangannya menyentuh hendak menarik gagang kayu yang menempel sebagai handle, sapuan angin dingin berbau wangi Kamboja menerpa tubuh dan wajahnya.

Seketika Rahmad terperanjat, merinding, mengingat bau wangi itu sedari sore sudah mengganjal pikirannya. Cepat tangan Rahmad menarik gagang dalam genggaman dengan kuat. Mencoba menutup kembali dan menghindari tiupan angin yang membawa wangi kembang Kamboja. Tapi sayang, sekuat tenaga ia keluarkan, berusaha dan mencoba berkali-kali, daun pintu itu tak sedikit pun bergeser maju. Seperti tertahan sesuatu yang berat di belakangnya.

Rahmad terdiam sebentar, bingung dan mulai tersusupi rasa takut oleh kenyataan tak masuk akal di depannya. Sesaat berpikir, Rahmad pun berjalan keluar untuk melihat apa yang sudah menahan pintu tertutup. 

Lagi-lagi, Rahmad di buat tercengang. Mendapati di belakang pintu, kosong. Tak menemukan apapun, tak ada apapun yang mengganjal atau menahannya. Bahkan tak lama, daun pintu bergoyang pelan, menandakan jika pintu itu ringan tanpa beban.

Tercenung Rahmad, seolah tak percaya dengan semua kejadian yang baru saja ia alami. Batinnya berkecamuk antara takut dan heran. Namun tak lama, rasa herannya, rasa bingungnya, terjawab oleh satu suara lembut di ujung belakang pekarangan.

Suara lirih tengah bernyayi dari sesosok wanita berbaju putih, berambut sepinggang, berayun mengikuti irama nyanyiannya. Meski terlihat sedikit samar, tapi sosok yang berdiri membelakangi, sanggup membuat tubuh Rahmad seketika dingin. 

Perlahan sosok berbau wangi bunga kamboja menggerakkan tubuhnya. Berbalik dan menghadap tepat ke arah Rahmad. Memperjelas mata Rahmad akan sosok itu, walau dari jarak beberapa meter. 

Tubuh Rahmad seakan mati rasa. Setelah pandangannya terbantu cahaya lampu dari sudut dapur, dengan jelas ... sangat jelas sekali, melihat sosok wanita itu bernyanyi sembari  menimang sesosok bayi dalam dekapannya. 

Bukan sosok wanita itu, juga bukan wangi kembang Kamboja, yang membuat detak jantung Rahmad tak beraturan. Melainkan bayi dalam timangannya masih berlendir dan berlumur darah, seperti baru saja terlahir.

Sadar akan sosok di hadapannya bukanlah manusia, Rahmad buru-buru melangkah masuk dengan penuh ketakutan. Tak memikirkan lagi pintu dapur yang masih terbuka. Membiarkan tubuhnya basah berkeringat tanpa mengelap. Sebab saat itu yang ia ingin, yang ia mau, kedua telinganya, matanya, hidungnya, tidak lagi mendengar sajak menidurkan seorang anak. Melihat sosok wanita menimang bayi masih berlendir merah, serta menghilangkan aroma wangi kembang kamboja, atau yang ia tau sebagai kembang kuburan...

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close