Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 17) - Pertarungan


PERTARUNGAN

"Keluar kau Sumirah!"

Ki Lawu berteriak sambil berkacak pinggang.
Seorang perempuan dengan selendang hitam diwajahnya berdiri dimulut goa. Ki Lawu yang emosi melompati tubuh Permana yang pingan.

Huuup...

Dalam sekali lompatan ki Lawu berada didepan perempuan itu dan berusaha melepas selendangnya.

Dengan sigap si perempuan menangkis serangan ki Lawu, lalu berlari ke pinggir pantai. Ki Lawu mengejarnya.

Kecupyak..kecupyak...kecupyaak..

Suara langkah kaki menapaki bibir pantai yang terendam air laut.

Si perempuan berbalik, menatap ki Lawu yang sedari tadi mengejarnya lalu perlahan membuka selendang hitam diwajahnya.

"Mutik!"

Nyai Mutik tersenyum, sementara ki Lawu meludah.

"Cih, nenek peot! Aku tak butuh sukmamu! Mana Sumirah!"

"Jangan ganggu dia Lawu!"

"Kau yang jangan ganggu aku!"

"Sudah waktunya kau kembali kepada gusti kanjeng ratu Lintang Pethak Lawu! Waktumu sudah habis!"

"Cuiiihh!"

Ki Lawu meludah kearah nyai Mutik, ludahnya yang meleset terjatuh diatas pasir. Pasirnya mengepulkan asap seolah terbakar.

"Aku sudah tidak ada hubungan apapun dengan ratumu Mutik! dan aku sekarang sudah jauh lebih kuat dibandingkan 100 tahun yang lalu Mutik! Saat terakhir kali kita beradu ilmu!"

"Kau masih menggunakan kekuatan rawa ireng Lawu! Itu bukti jika kau masih terikat dengan kanjeng ratu!"

"Sudah ku bilang jangan ganggu aku! Aku harus mendapatkan sukma Sumirah, karena aku telah dibayar Pemana!"

"Jangan ikut campur urusan dua anak manusia itu Lawu, lebih baik kau pulang, kembali kepangkuan kanjeng ratu, atau aku harus memaksamu dengan kekerasan!"

"Maksudmu apa Mutik!"

"Akan aku hancurkan wadah tuamu itu, agar sukmamu kembali kepada kanjeng ratu Lintang Pethak, ibundamu!"

"Kenapa kau bisa keluar dari rawa ireng dengan wadahmu itu Mutik? Harusnya kau menua!"

"Sudah ku bilang Lawu! Aku diperintahkan oleh kanjeng ratu untuk menjemputmu, walau harus membunuh wadah tua mu itu!"

"Laknat kau Mutik!"

Ki Lawu berjalan dengan cepat, kemudian mencekik leher nyai Mutik.
Nyai Mutik tersenyum lalu mencekal pergelangan tangan ki Lawu, dan dengan satu gerakan membanting tubuh ki Lawu dan melemparkannya ke batu karang.

"Sssialan kau Mutik! Oohoook!!"

Ki Lawu muntah darah sambil memegang dadanya.

"Pulanglah Lawu! Ikutlah bersamaku dengan tenang, sang ratu menunggumu!"

"Ora sudi! (Tidak sudi). Jangan harap Mutik! Akan ku tunjukkan kekuatanku sesungguhnya!"

HAAAAAAAAAA!!!!!

Ki Lawu membentangkan tangannya keatas, tiba-tiba langit diselimuti mendung gelap dan suara guntur. Ki Lawu menatap nyai Mutik dengan mata ularnya.

"Aku tahu kelemahanmu Mutik! Jangan pikir aku bodoh!"

Nyai Mutik mundur selangkah mendengar perkataan ki Lawu.
Rambut panjangnya berkibar ditiup angin kencang.
Kini ki Lawu memegang tusuk konde emas milik kanjeng ratu Lintang Pethak, tusuk konde yang mampu menebas segala jenis sukma.

"Hentikan Lawu! Kau takkan mampu menggunakan pusaka ibundamu!"

"Berisik! Bersiaplah menua Mutik!"

Wuuuuussh.....

Pertempuran tak terelakkan lagi. Ki Lawu dengan beringasnya menyerang nyai Mutik, berusaha menebas sesuatu. Nyai Mutik sedikit kuwalahan menangkis serangan ki Lawu yang membabi buta.

"Aaarghhht!"

Nyai Mutik tersungkur dipasir dan batuk darah saat salah satu serangan ki Lawu mendarat didadanya. Kekuatan ki Lawu 100 kali lipat lebih kuat setelah memegang pusaka tusuk konde emas milik kanjeng ratu Lintang Pethak.

Nyai Mutik menutup matanya sebentar, lalu matanya terbuka kembali dengan berpupilkan mata seekor ular.

Ssssst.....sssssst....sssst.....

Lidah bercabangnya terjulur keluar masuk mulutnya.

Sssssst.....ssssst....sssst...

Perlahan tubuh nyai Mutik berubah menjadi seekor ular raksasa berwarna hitam dengan belang-belang warna emas.

"Jadi kau berubah menjadi ular welang Mutik. Aku takkan takut!"

Ssssst......sssssst..ssst

"Kau tak bisa berubah menjadi wujud ularmu karena kau telah mencampur ilmu rawa ireng dengan ilmu segara nyawa Lawu. Ayo kita hentikan saja pertarungan ini, lalu ikutlah denganku ke Rawa ireng!"

"Jangan harap Mutik! Jangan kau pernah remehkan aku!"

Ki Lawu terbang ke angkasa berusaha menusuk kepala ular jelmaan nyai Mutik.

Pertarungan sengit terjadi, ditonton oleh sang bayu yang bertiup berputar-putar sebagai angin puyuh ditengah samudera dan disambut oleh sang guntur yang menggelegar.

"Aaaaaarghht!"

Nyai Mutik tumbang, kembali menjadi wujud manusianya. Ki Lawu menarik paksa rambut panjang nyai Mutik.

Kreeeess......

Dalam satu tebasan ki Lawu memotong rambut panjang nyai Mutik menggunakan tusuk konde emas.

"Aaaaaarghhhht...."

Nyai Mutik menjerit, tubuhnya mengeluarkan Asap.

"Mati kau Mutiik!"

Ki Lawu mengangkat tangannya hendak menancapkan tusuk konde emasnya.
Tiba-tiba tangannya dipegang erat dan ditahan oleh seseorang.

"Siapa kau! Jangan ganggu aku!"

Nyai Mutik yang tertunduk kemudian mendongakkan kepalanya. Dirinya hendak melihat siapa lelaki yang disebut ki Lawu.

Lelaki itu menolehkan wajahnya menatap nyai Mutik.

"Kkaaaauu!!!"

BERSAMBUNG
close