Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 18) - Tumbangnya Permana


TUMBANGNYA PERMANA

"Uwong gemblung....!" (orang gila..!)
"Uwong gemblung....!" (orang gila..!)
"Uwong gemblung....!" (orang gila..!)

Sekelompok anak kecil menimpuki seorang pria kumuh menggunakan batu kerikil. Pria dengan pakaian compang camping, rambut gimbalnya tercium bau tak sedap karena jarang mandi. Giginya terus menggigiti ujung kuku jemarinya yang hitam.

"Uwong gemblung....!" (orang gila..!)
"Uwong gemblung....!" (orang gila..!)
"Uwong gemblung....!" (orang gila..!)

Sekelompok anak kecil itu terus mengikuti pria yang mereka teriaki gila itu.
Sesekali pria itu merancau tidak jelas, kadang berteriak, sering pula tiba-tiba tertawa.

"Aku juragan Permana, uangku banyak loh!"

"Aku juragan, sapiku banyak!"

"Hahahahaha....hahahaha...istriku cantik-cantik ada 2 Sumirah dan Gendis!"

Pletak...pletak...pletak..

Anak-anak itu kini melemparinya dengan sayuran busuk yang dibuang oleh para penjual karena sudah jelek dan tidak laku.

"Heh koe! Bayar utangmu! Dasar kere!" (Hei kamu, bayar hutangmu, dasar miskin)

Permana yang telah hilang akal menunjuk-nunjuk kearah penjual nasi jagung. Sang penjual menggelengkan kepalanya, lalu memberikan sebungkus nasi jagung kepada pria gila dihadapannya. Karena, kalau tidak diberi maka dia akan terus berteriak-teriak sambil terus menunjuk si penjual nasi jagung dan berteriak jika penjual itu punya hutang kepadanya.

Permana yang telah mendapatkan apa yang diinginkannya lantas pergi ke penjual es dawet. Dia pun melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan kepada penjual nasi jagung. Tentu saja penjual es dawet juga memberinya es dawet agar Permana segera pergi.

Segerombolan anak kecil masih terus mengikuti Permana sambil terus melemparinya dengan sayuran busuk hingga seorang lelaki datang menghentikan mereka.

"Hus...hus...hus.. Pergi.. Jangan ganggu dia!"

"Huuuuuuuuuuu.....!"

Anak-anak pun menyoraki pria yang telah mengusir mereka lalu meninggalkan Permana dan pria tersebut.

"Juragan...."

Pria itu menangis saat mendapati Permana yang telah hilang akal dan menjalani nasib yang sangat tragis.

"Maafkan saya juragan...!"

Pria itu hanya mampu menatap Permana yang pergi menjauh, pulang kerumah biyungnya yang dulu terbakar. Seseorang mendirikan sebuah gubug dari anyaman bambu untuk Permana agar dirinya tidak mengganggu warga karena tiba-tiba menggedor-gedor pintu rumah warga agar dirinya bisa tidur dan tidak kehujanan.

***

Flash back.

Sekembalinya dari tempat ki Lawu Permana  menjadi sakit-sakitan.

"Aduuh...!"

Permana yang terbangun dari pingsannya memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Jo... Paijo....!"

Permana berteriak memanggil orang kepercayaannya itu.

"Jo... Paijo....!"

Paijo berlari tergopoh-gopoh mendekati Permana sambil membawakannya segelas teh hangat.

"Minum dulu juragan!"

Permana yang memang haus langsung menyambar minuman pemberian Paijo.

"Aaaaargght... kepalaku sakit sekali Jo!"

Paijo menuntun Permana agar masuk kekamarnya, lalu menidurkannya di ranjang.

"Gendis mana Jo?"

Permana mencekal tangan Paijo saat dia hendak meninggalkan kamar.

"Gendis siapa juragan?"

"Gendis istriku lah Jo! Siapa lagi!"

"Istri? Istri juragan bukan Gendis, tapi Sumirah juragan"

"Jangan mengada-ngada kamu Jo! Istriku Gendis. Sumirah juga sudah mati!"

Paijo terdiam melihat juragannya terus mengoceh sambil memegangi kepalanya yang sepertinya terasa sangat sakit.

"Aaaaarght....."

Permana berteriak lalu kembali pingsan. Paijo menatapnya dengan tubuh gemetar, dirinya merasa bersalah, namun dirinya juga terpaksa melakukannya, demi istrinya Tumini.

"Maafkan saya juragan, ini demi Tumini"

"Gan....Juragan...!"

Paijo memanggil juragannya yang entah pergi kemana.

"Juragan!"

Paijo kembali memanggil juragannya, ternyata yang dicari tengah melamun di gazebo rumahnya.

"Juragan, sarapan dulu!"

"Kamu siapa?"

"Saya Paijo juragan, anak buahmu!"

"Paijo?"

"Nggih juragan."

"Ooooh.....!"

"Kalau aku siapa?"

"Nama juragan Permana"

"Oooh..."

Permana semakin hari semakin linglung berkat serbuk hijau yang rutin dicampurkan oleh Paijo diminuman Permana.

Setiap kali Permana memakan dan meminum makanan dan minuman buatan Paijo, kepalanya terasa sakit. Memori dan kesadarannya hilang secara perlahan, Permana menjadi linglung.

"Aaaaaaarghhht......!"

Permana kembali memegang kepalanya dan pingsan. Paijo mundur selangkah karena takut. Kini hidung Permana mengeluarkan darah.

"Bawa dia masuk, kangmas!"

Paijo mendengar bisikan ditelinganya, lalu dengan sigap membopong tubuh majikannya kedalam rumah.

"Aappa juragan akan mati nyai?"

"Tidak, dia takkan mati kangmas!"

Paijo menghela nafas lega karena juragannya tidak akan mati.

"Dia terlalu enak jika langsung mati! Setelah ini dia akan merasakan hinanya di dunia!"

"Juragan....gan...juragan Paijo!"

Penjual es dawet menepuk pundak Paijo, membuatnya tersadar akan lamunannya, Paijo tersenyum ramah.

"Terima kasih juragan, karena telah melunaskan semua hutang kami kepada Permana. Kalau Permana kesini dan meminta makan kepada kami, akan kami beri makanan. Itu tidak seberapa dengan banyaknya hutang kami!"

Paijo tersenyum, lalu menepuk pelan pundak penjual es dawet tersebut. Dirinya berpamitan dengan melambaikan tangannya dan perlahan melangkah menjauhi pasar.

"Tumini, kangmas kangen. Kapan kita bisa bertemu dan berkumpul kembali?"

"Nanti! Setelah kau memberiku 25 keturunan kangmas Paijo! Sebelum 25 keturunan bersemi dirahimku, jangan harap aku akan melepaskanmu!. Sekarang nikmati saja semua kekayaan yang kuberikan kepadamu!"

Paijo tersentak saat Sumirah yang kini menjadi istrinya itu tiba-tiba sudah berada disampingnya dengan senyuman yang mengerikan.

SEKIAN

Ada yang penasaran bagaimana nasib Gendis setelah memilih hidup dengan meneer Jhon? Bahagiakah?

Atau bagaimana nasib Paijo dan Tumini? Apakah Sumirah benar-benar menepati janjinya akan menyatukan kembali Paijo dengan Tumini?

Apakah Sumirah akan bertemu dengan cinta sejatinya? Atau akan bernasib tragis, sama seperti nyai Mutik dan mbah Parman?

Selanjutnya SUSUK TERATAI PUTIH Season-2
close