Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 19) - Penjara

SUSUK TERATAI PUTIH SEASON-2


PENJARA

"Gendis apakah tidak berpamitan denganmu sewaktu dirinya pergi  menemui Meneer Jhon?"

"Pergi? Meneer Jhon? Apa maksudmu!"

"Kau itu bodoh atau bagaimana kangmas? Sampai-sampai istrimu pergi dan berkhianat pun kau tak tahu!"

"Jangan bohong kau Sumirah! Gendis sangat mencintaiku, tidak mungkin dia berkhianat!"

"Kau tidak percaya? Kalau menurutmu Gendis tidak berkhianat, lalu dimana dia sekarang?"

"Dasar jalang kau! Walau kau sangat cantik sekarang, tapi cintaku hanya untuk Gendis! Serta cinta Gendis hanya untukku! Jangan kau pikir dengan membohongiku maka kau akan kembali menjadi istriku!"

"Ha...ha...ha..... Kembali? Menjadi istrimu? Ha....ha.....ha....!"

Sumirah tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Permana.

"Baiklah kangmas atau lebih baik ku panggil Permana saja, akan aku perlihatkan nasib Gendis yang sangat kau cintai dan yang menurutmu sangat mencintaimu itu!"

Sumirah menggerakkan tangannya yang menggenggam sesuatu kedepan mulutnya, matanya tertutup.

Tak berapa lama matanya terbuka kembali, perlahan dia buka genggaman tangannya lalu meniupkan isinya ke mata Permana.

Fyuuuuuuuh......

Debu hijau berterbangan langsung menuju penglihatan Permana.

"Aaaarggght........!"

Permana berteriak karena matanya terasa sangat sakit, dirinya terhuyung kebelakang sambil terus memegangi matanya yang terasa perih terbakar.

Klontang....brught.....

Tubuh Permana bersender ke kurungan belakang dan terduduk.

"Aaaaaaaaaargggght......"

Permana melotot, matanya merah. Perlahan dirinya melihat bayangan Gendis tengah bermanja-manja dengan meneer Jhon, Gendis istrinya menggelendot manja dilengan sang meneer, Gendis terlihat sangat bahagia.

"Aaaaaaaargggght.......!

Permana berteriak histeris. Dirinya masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Pasti ini hanya tipuan Sumirah saja. Sumirah tidak senang jika dirinya dan Gendis hidup bahagia.

"Sialan! Lepaskan aku Sumirah! Akan kubunuh kau! Lepaskan aku, iblis!"

"Iblis?"

"Ya...! Kau iblis Sumirah! Tidak mungkin kau bisa mengurungku disini jika kau bukan iblis! Lepaskan aku brengek!"

Sumirah menatap tajam Permana yang masih terduduk lemas bersender dipinggir kurungan.

Tap....

Tiba-tiba Sumirah sudah berada dihadapan Permana. Tangan kanannya terulur mencekik leher Permana. Permana terus diangkat keatas hingga berdiri, perlahan kakinya juga ikut terangkat diudara.

"Aaaaaargghhh....sssialan kau Sumiraah!"

Tangan Permana menggapai-gapai berusaha melepaskan cekalan tangan Sumirah dilehernya. Kakinya bergerak-gerak berusaha menendang Sumirah.

"Kau benar Permana! Aku sudah menjadi iblis, dan itu semua karenamu!"

Mata kuning milik Sumirah menyala. Permana bergetar ketakutan, dirinya tidak menyangka jika mantan istrinya itu benar-benar telah menjelma menjadi iblis.

Sssssssst......sssssssst.....ssssst...

Lidah bercabangnya menjulur cepat diwajah Permana.

"Aku dan kamu sama Permana! Sama-sama iblis. Hanya saja hatimu lah yang berbentuk iblis yang memaksaku menjadi iblis seperti sekarang ini!"

"Aaaaaarggght.......!"

Permana kembali meronta, namun semakin kencang dirinya meronta semakin kuat pula cekikan Sumirah dilehernya.

"Aku sangat ingin memakanmu! Tapi belum saatnya, kau harus merasakan sakit yang aku rasakan dulu!"

Brruughht....

Permana terjatuh saat tangan Sumirah terlepas dari lehernya.

"Ohoook..ohoook..ohook....."

Permana terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya yang terasa sakit.

Sumirah berbalik hendak meninggalkan Permana, namun kakinya ditahan oleh tangan Permana.

"Tunggu iblis! Lepaskan aku dari sini! Mau kemana kau hah!"

Sumirah tersenyum miring lalu menghentakkan kakinya.

Permana kembali terlempar dan menabrak sisi kurungan. Sumirah menggerakkan ujung jemarinya keatas, pintu penjara terbuka.

"Kalian lapar?"

Ssssssst.....ssssst....ssst...

Ratusan ekor ular yang sedari tadi diam kini terdengar kembali suaranya. Sumirah melirik ke arah Permana.

"Jjjaanngggan Sumirrah...Jjangan lakukan!"

Permana memohon agar Sumirah tidak memasukkan ular-ular berbisa itu kedalam penjaranya.

"Kalian boleh mencicipinya, tapi ingat jangan sampai musnah! Aku masih ingin bermain-main dengannya!"

Sssssst.....sssstt....sssst...

Ratusan ular berjejalan memasuki penjara Permana, Sumirah melenggang pergi dengan tenang.

"Tidaaaak....tidaaaakkkk..tidaaaaak!"

"Sialaaan kau Sumiraaaaaah!!!"

"Aaaaaarggggggt....aaarrght.....!"

Ratusan ular itu menggigit setiap jengkal tubuh Permana. Dari ujung kepala hingga ujung kaki mereka mencabik-cabiknya tanpa ampun.

Permana terus berteriak kesakitan, namun anehnya tidak ada luka ataupun darah yang keluar dari tubuh Permana, bekasnya pun sama sekali tak tertinggal.

Sumirah terus menatap Permana yang terus memberontak dan berteriak kesakitan.

"Kau takkan aku biarkan mati kangmas! Setidaknya untuk saat ini. Aku hanya bisa menyiksa sukmamu! Tapi jangan khawatir, ragamu pun akan menerima efeknya juga. Selamat menikmati penderitaanmu, kangmas Permana!"

Sssssst.......sssssst......ssssst.....

BERSAMBUNG
close