Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KUTUKAN ALAM SEBELAH (Part 3)


Pagi yang cerah Sulaiha dan Rizka beristirahat cukup nyaman malam itu. Bahkan Rizka sampai lupa Bima beristirahat di mana. Setelah diingat-ingat terakhir ngobrol bersama-sama di ruang tamu terus masing-masing masuk beristirahat di kamar.

"Eh itu Bima. Tumben jam segini masih molor. Kenapa malah tidur di ruang tamu ya? Apa nenek tidak memberi tau kamar khusus tamu?" batin Rizka. 
Saat Rizka mendekati niat hati mau membangunkan, terdengar suara nenek dari belakang.

"Biarkan saja Riz. Bima kelelahan, sepertinya malam tadi habis ngobrol sendiri di ruang tamu, nenek suruh ke kamar beristirahat tidak mau, sepertinya ngobrol sendiri sampai mendekati subuh."

"Ah... Yang benar Nek.  Emang nenek gak liat sama siapa Bima ngobrol?"

"Gak liat Riz. Cuma pas nenek mau sholat subuh negur Bima, eh... malah nenek dimarahin."

Mendengar perbincangan nenek dan Rizka. Bima terbangun, matanya merah dengan sedikit kebingungan karena sudah lewat waktu subuh. Sedikit malu juga kenapa malah bangun kesiangan.

"Jam berapa Riz? Kok gak ada yang bangunin tadi subuh?"
Melihat Nek Hindun, Bima sedikit waspada Karena mengingat kejadian semalam. Nek Hindun seperti kerasukan tingkahnya.

"Mandi terus sarapan dulu Bang. Udah mendekati jam 10.00 lho ini," ucap Sulaiha. 

Setelah beberapa lama Bima selesai mandi dan sarapan, dengan cepat menemui Nek Hindun dan Rizka yang sedang asik ngobrol bersama Sulaiha.

"Duduk Bang," tawar Nek Hindun.

"Saya berdiri saja Nek.  Sudah cukup malam tadi nenek menampilkan suatu keanehan,"  sergah Bima.

Rizka dan Sulaiha kebingungan memperhatikan Bima, melihat nenek seperti orang ketakutan padahal malam tadi saat datang nyaman saja.

"Istighfar Bang. Semua kejadian malam tadi itu hanya mimpi saja," ucap Nek Hindun.

"Gak mungkin, sangat jelas aku dan nenek ngobrol sampai subuh," tukas Bima kesal.

Sulaiha dan Rizka hanya terdiam melihat Bima marah kepada Nek Hindun.

"Dia orang tua Rizka, yang Bima lihat itu sebenarnya bukan nenek, dia menyerupai nenek saja di alam mimpi," jelas Nek Hindun.

Mendengar perkataan nenek, Rizka terkejut. Selama ini nenek tidak pernah bercerita tentang orang tuanya. Yang Rizka tau sejak dulu kedua orang tuanya meninggal kecelakaan. 

"Maksudnya Nenek, tentang kedua orang tua Rizka?"

Nenek hindun memandang wajah Rizka, sejak bayi hingga sekarang memelihara, membesarkan mendidik hingga dewasa,  mungkin ini waktunya memberi tahu siapa kedua orang tuanya.

"Sebenarnya ada apa Nek. Kenapa nenek tidak menceritakan kejadian kedua orang tua ku?" tanya Rizka dengan mata berkaca-kaca menahan tangis kesedihan.

"Kedua orang tua kamu itu dukun sakti penganut ilmu hitam,  ibu kamu sesudah menikah hingga mengandung kamu,  tidak pernah sama sekali memperhatikan kandungannya hingga lahirlah bayi mungil perempuan."

Bima, Sulaiha dan Rizka mendengarkan cerita Nek Hindun dengan serius. Sesekali Nek Hindun meneteskan air matanya mungkin sangat berat menceritakan keadaan kedua orang tua Rizka.

"Di tengah malam hujan sangat deras kedua orang tua kamu bergegas membawa Rizka kecil ke gubuk di tengah hutan," Jelas nek Hindun menceritakan awal mula petaka kedua orang tuanya.

***

"Malam ini juga anak kita harus di tumbalkan. Demi kesempurnaan ilmu kita Bu," ucap Helmy kepada istrinya Rahmi Arjanti.

"Astaghfirullah, apa yang akan kalian lakukan! Istighfar Nak. Itu anak darah daging kalian sendiri," ucap Nek Hindun datang ke tengah hutan. 

"Urus orang tua kamu, jangan ikut campur urusan kita," sergah Helmy dengan lantang berbicara di tengah derasnya hujan. Memerintahkan Rahmi mengusir orang tuanya.

Nek Hindun tidak tinggal diam dia pun berusaha merebut Rizka mungil dari tangan Helmy hingga akhirnya aksi tarik menarik tidak bisa di hindarkan.

Rahmi Arjanti yang memang anak nek Hindun malah ikut membantu Helmy dalam mempertahankan anaknya demi sebuah ilmu Hitam yang tinggi.

"Lepaskan anak ini, dia tidak berdosa, dia suci, tega kalian mau menumbalkan anak sendiri demi ilmu Hitam," teriak Nek Hindun sambil menarik-narik Rizka yang masih bayi. 

Tiba-tiba Helmy dan Risma Arjanti seperti orang ketakutan melihat di belakang Nek Hindun. Anaknya yang sudah siap ditumbalkan akhirnya terlepas ke pelukan Nek Hindun.

"Apa yang kamu lakukan di sini!" tanya Risma Arjanti dengan mata melotot setengah ketakutan.

Nek Hindun merasa ada seseorang yang berdiri di belakang. Sosok perempuan berbaju hijau tidak salah lagi dia adalah Nyi Selaras. Kesempatan Nek Hindun keluar dari gubuk yang penuh sajen kembang serta menyan.

Helmy dan istrinya, Rasmi Arjanti, hanya terdiam melihat nek Hindun berlari membawa Rizka keluar rumah. Demi menyelamatkan cucunya apa saja akan dilakukan nek Hindun walaupun nyawa sekalipun.
Terdengar suara ledakan saat nek Hindun berlari menjauh dari gubuk di tengah hutan, suara petir dibarengi kilat tiada hentinya menyambar ke arah rumah wadah kedua orang tua Rizka melakukan ritual sesat.

"Apa yang terjadi setelah itu nek?" tanya Rizka merasa penasaran akan cerita nek Hindun.

"Nenek mengamankan kamu Riz. Di rumah warga yang sekiranya aman buat berlindung. Setelah itu nenek dan beberapa warga kembali ke tengah hutan  dengan niat menemui kedua orang tua mu,  tapi setelah kita sampai disana...." Nek Hindun terdiam sedang menahan air mata yang perlahan membasahi pipi, Rizka dan Sulaiha mendekat berusaha menenangkan Nek Hindun.

"Sebaiknya Nenek istirahat saja dulu," ucap Bima mungkin merasa bersalah akan sikapnya tadi memarahi Nek Hindun.

"Kedua orang tua kamu Riz, terbakar habis tidak ada satupun yang tersisa. Yang Nenek lihat ibu kamu masih bisa bergerak. Entah ilmu apa yang di gunakan-nya hingga seperti itu. Sangat tersiksa mau meninggal tapi tidak bisa. Ya Allah, dosa yang tidak bisa di ampuni hingga seperti itu keadaan ibu kamu," jelas Nek Hindun. 

"Malam itu juga Nenek dan beberapa warga menguburkan kedua orang tua mu, kejadian aneh terulang kembali,  Risma Arjanti kondisinya sudah terlihat gosong bersuara lantang dan nyaring."

"Percuma anak itu hidup dia sudah saya berikan susuk dan tanda, suatu saat pasti akan menjadi sepertiku," Suara itu membuat beberapa warga bergegas menguruk tanah kubur dan langsung pergi dari pemakaman, tidak ada adzan, do'a bahkan talkin sekalipun.

Sejak saat itu setiap malam Nek Hindun dan Rizka selalu di teror arwah Risma Arjanti,  tetapi tidak bisa karena sosok Nyi Selaras selalu mendampingi Rizka kecil hingga sekarang.

"Maafkan saya Nek. Tadi sempat marah-marah," ucap Bima.

"Tidak papa, pasti Bima mendapatkan pesan saat mengobrol bersama Rasmi Arjanti tadi malam."

"Ada sih Nek. Tapi nanti saja di bicarakan, lebih baik malam ini saya lepas semua susuk yang ada di badan Rizka dan nenek."

Nek Hindun merasa malu karena sampai saat ini tidak bisa melepaskan susuk di badannya sendiri.

"Pasti pekerjaan Risma Arjanti kan nek. Selama dia hidup memasang susuk di badan Rizka dan nenek, secara diam-diam." 

"Tapi Bang. Apakah sanggup melepaskan susuk ini, secara banyak yang tidak bisa," Ucap Rizka khawatir karena nyawa taruhannya.

"InsyaAllah bisa kok, Bima pasti bisa mencari cara bersama leluhurnya untuk melepaskan susuk itu," Sulaiha menepuk pundak Bima, karena tidak mau mengecewakan Nenek dan Rizka.

"InsyaAllah, selepas sholat ashar bersiap-siap saja. Aku perlu bantuan Neng Arab, karena posisi susuk itu di bagian-bagian yang tidak seharusnya dipegang laki-laki," ucap Bima kepada Neng Arab.

"Tapi Bang." Neng Arab mencoba menolak tapi malah Bima cuek.

"Ya sudah, nenek dan Rizka istirahat saja dulu, sebentar lagi waktu sholat dzuhur, aku mau mempersiapkan fisik buat nanti sore." 

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close