Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KUTUKAN ALAM SEBELAH (Part 4 END)


Selesai sholat zuhur Bima memanggil orang tua bersorban, berharap beliau datang memberi sedikit masukan dalam membersihkan susuk di badan Rizka dan Nek Hindun, setelah menunggu beberapa lama akhirnya.

"Assalamu'alaikum, Langsung saja Nak ngambilnya. Ingatlah bacaannya," Beliau membisikkan sesuatu ke Bima.

"Enggeh, doakan ulun (saya)," Jawab Bima. Beberapa detik kemudian orang tua bersorban menghilang dari pandangan.

Waktu begitu cepat Sulaiha merasakan hawa yang tidak nyaman begitu pun Rizka. Udara yang dingin tiba-tiba panas, cuaca tadinya cerah mendadak mendung, Risma Arjanti sepertinya tidak mau melepaskan Rizka dan Nek Hindun begitu saja.

"Pikirkan kembali Bang. Yakin mau melepas tanda dan susuk itu dari badan Rizka?" tanya Sulaiha di depan kamar, yang merasa khawatir akan keselamatan Bima.

"Kita lihat saja Neng. Yang penting mereka terbebas dari teror Risma. Ayok kita ke ruang tamu sepertinya Rizka bersama nenek sudah menunggu kita."

Rizka dan nek Hindun sudah siap di ruang tamu duduk bersama-sama menunggu Sulaiha dan Bima. Perasaan harap-harap cemas sudah mulai ditampakkan Rizka. Tirai jendela, pintu sudah di kunci rapat.
Tidak berapa lama Bima datang dan langsung duduk di belakang Rizka dan Nek Hindun.

"Sulaiha mana Bang?"

"Ada Riz. Sebentar lagi datang, nah itu dia."

Sulaiha hanya duduk di sebelah Bima, bersiap apa yang akan di minta saat mengambil susuk di bagian yang tidak bisa dijangkau laki-laki.

"Sudah siap kalian? Apapun yang terjadi nanti jangan di tegur, itu bisa jadi gangguan dari alam lain." Pesan Bima serius kepada  Rizka, Sulaiha serta Nenek hindun.

"Assalamu'alaikum, aku yang mendampingi kamu saat mengambil susuk di badan Rizka," ucap Nyi Selaras duduk di sebelah Rizka. Bima hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

Bima mulai bekerja satu persatu susuk di badan Nek Hindun dengan mudah di ambil, yang paling banyak di bagian wajah. Sedangkan di badan Rizka keluar susuk dari kepala, tangan, dada (maaf) bokong hingga kaki sudah diambil tidak ada hambatan sama sekali.  Yang terakhir di bagian kelamin tugas Sulaiha.
Saat mau diambil suasana berubah tiba-tiba lampu mati, mendadak hujan sangat lebat disertai angin kencang.

Deg...!

Waktu berhenti. Bima melihat semua terdiam tidak ada suara hanya hening senyap di depan mata terlihat sebuah pintu bertirai kuning.

"Apapun yang terjadi cepat kembali Nak," ucap Nyi Selaras di depan pintu.

Ternyata Bima tidak tau sedang malih rogo bersama Nyi Selaras ke alam sebelah, 
perlahan dia melangkahkan kaki menuju pintu bertirai kuning. Suara riuh keramaian terdengar jelas di balik pintu.

Krek... Krek... Pintu terbuka dengan sendirinya tanpa disentuh.

"Cepat masuk, di dalam ada Risma Arjanti menunggu. Aku tidak bisa mendampingi, hanya bisa menjaga pintu biar tetap terbuka," ucap Nyi Selaras. Mungkin kalau tertutup Bima tidak bisa kembali ke alam dunia.

Suasana yang sangat ramai lalu lalang orang kesana kemari beraktivitas seperti keseharian manusia pada umumnya. Terdengar sayup-sayup nyanyikan sinden seorang perempuan.
Semakin masuk ke dalam kehidupan alam sebelah. Suara perempuan itu semangkin jelas terdengar.

"Tidak salah itu pasti Risma Arjanti," batin Bima.

Benar saja Risma Arjanti sedang duduk menunggu Bima di atas panggung besar dan megah di kelilingi makhluk halus berbagai macam bentuk rupa.

"Selamat datang, silahkan duduk." Perintah Risma Arjanti, dengan pakaian serba hitam didampingi sosok wanita berkepala dua, berbadan babi kepala ular.

"Lepaskan Rizka, dia itu anak kamu."

"Akan aku lepas kalau kamu bisa mengalahkan pasukan yang ada di sampingku ini." Risma Arjanti menunjuk ke sosok perempuan wanita berkepala dua, berbadan babi sambil mendesis mirip ular berdiri siap menyerang Bima kapan saja sesuai perintah Risma Arjanti.

"Kalau itu jalan satu-satunya akan aku hadapi semua yang ada disini," sergah Bima lantang berbicara sampai terdengar semua makhluk yang ada disana.

Tanpa sedikit keraguan makhluk pendamping Risma Arjanti mendekat, dengan cepat dan langsung mengibaskan ekornya, badan Bima pun terpental, di tambah 3 harimau hitam suruhan Risma siap menyerang Bima yang terbaring.

"Hanya segitu kemampuan kalian?" sergah Bima kepada Risma Arjanti.

Tiga harimau hitam itupun menyerang Bima tanpa ampun. Bahu, tangan serta leher jadi incaran mereka, ditambah perempuan berkepala dua ikut serta menggigit kaki Bima. Kondisi yang tidak mungkin bisa menang melawan mereka, hingga akhirnya cahaya putih datang mengusir makhluk halus pendamping Risma Arjanti.

***

Masih ingat cerita Taldea Djalil jin pedalaman yang menjadi islam saat bertarung dengan Bima, Ya... dia datang bersama pasukannya, pedang (S•••••) Tiba-tiba berada di tangan Bima. 

"Maju kalian semua," sergah Bima menantang pasukan Risma Arjanti sambil mengacungkan pedang keseluruhan makhluk yang ada di sana.

Karena semuanya tidak ada yang berani mendekat termasuk Risma Arjanti, mau tidak mau Bima yang sudah terbawa emosi menyerang mereka satu persatu bersama pasukan Taldea Djalil.
Hampir setengah pasukan Risma Arjanti habis dibunuh Bima menggunakan pedang (S••••••) Hingga akhirnya Risma terpojok tidak bisa bergerak ke mana-mana.

"Baiklah akan aku lepaskan Rizka dan nek Hindun, silakan kamu mengambil susuk itu."

"Aku tidak percaya omonganmu." Saat pedang siap menebas leher Risma.

"Hentikan Nak. Jangan diteruskan, biarkan Risma Arjanti seperti itu, semua akibat perbuatan dia bersekutu bersama iblis, kelak di akhirat  akan mendapatkan siksa yang setimpal," ucap orang tua bersorban membujuk Bima mengurungkan niatnya untuk membunuh Risma di alam sebelah.

"Waktunya kembali. Rizka, Sulaiha dan nenek khawatir melihat kamu tidak sadarkan diri."  Pinta Nyi Selaras.

Bima yang tergolong memiliki emosi sangat tinggi saat situasi seperti ini sangat sulit membujuknya, apalagi perbuatan Risma sangat kelewatan batas kepada anaknya.

"Kembali Nak. Kasian sulaiha sangat cemas aku lihat." Suara yang sangat tidak asing bagi Bima tidak salah lagi, saat menoleh ke belakang seorang laki-laki tua tersenyum dengan wajah bersinar.  
Dia Abah Sulaiha ternyata ikut datang membujuk biar Bima kembali ke alam dunia secepatnya. Nyi selaras memegang pundak Bima dalam hitungan detik sudah kembali ke depan pintu bertirai kuning.
Terlihat jelas nek Hindun, Rizka dan Sulaiha menampilkan wajah cemas.

"Terima kasih, kamu sudah membantu Rizka," ucap Nyi Selaras.

"Aku kembali dulu." Bima pun kembali ke badan asalnya.

"Alhamdulillah Bang. Udah sadar," ucap Sulaiha serta Rizka dan nek Hindun.

"Ini Susuk yang ada di badan Rizka semua." Bima memperlihatkan di dalam genggaman tangan.

***

Risma Arjanti sampai sekarang masih tetap menebarkan kesesatan, menawarkan jalan yang sesat menjauhkan manusia dari jalan Allah.

Setahun kejadian itu Rizka akhirnya menikah bahkan memiliki anak laki-laki, walaupun rumah tangganya kembali kandas di tengah jalan karena suatu yang alami tidak ada campur tangan ibunya Risma Arjanti.
Nek Hindun setiap hari kondisi kesehatannya menurun akhirnya meninggal dunia setelah lahir cicit pertamanya.
Alfatihah khususon nenek Hindun.

Sebenarnya selama menulis cerita ini banyak gangguan, berkat doa perlindungan Allah SWT akhirnya bisa diselesaikan, walaupun masih banyak cerita yang di potong untuk mempersingkat cerita.

Bima hanya manusia biasa tidak ada kelebihan apapun,  kekurangan hanya ada diri si penulis, kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

-TAMAT-
close