Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGHALANG JODOH (Part 3)


"Arumi... Kesini," Suara laki-laki bernada berat terdengar jelas ditelinga.
"Arumi... Cepat kesini."

Mata Arumi terbuka napasnya kembali sesak. Jantung memompa kencang. Matanya melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Itu artinya baru satu jam terlelap dari jam sebelas.
 
Dengan cepat Arumi mencari inhaler alat bantu bernafas saat asma kambuh tapi tidak ada. Dia mencari di laci, lemari, tas kecil, semua tempat sudah dicari tetap tidak ada. Telintas diingatan kalau benda kecil yang teramat penting itu berada di dalam dasbor mobilnya. 

"Duh, Kenapa tertinggal disana sih," gumam  Arumi.
Terpaksa dia keluar mengambil inhaler walaupun kondisi di luar sedang cuaca gerimis ringan. 

Jarak parkir mobil memang sedikit jauh sekitar sepuluh meter dari pintu. Dengan memberanikan diri Arumi mengambil inhaler, jika dibiarkan terlalu lama bisa-bisa asamanya semakin parah. Ditengah  halaman saat menuju mobil terdengar suara memanggil namanya. 

"Arumi... Arumi...  Kesini." 

Arumi berlari secepatnya mengambil inhaler dan segera kembali masuk kerumah, dengan cepat inhaler disemprotkan ke mulut. Dengan memiringkan kepala sedikit ke belakang, lalu menarik napas dan embuskan napas panjang. Sesaat obat itu masuk, nafas juga sudah terasa lega.
 
Badannya masih bersandar di belakang pintu. Nafas sudah mulai normal tetapi rasa penasaran akan suara memanggilnya belum juga hilang. 

Melalui jendela bertutup gorden Arumi mengintip mencari asal suara.  Pandangannya menyapu keadaan halaman luar. Sinar kilat saat hujan turun terkadang memberi pencahayaan  keadaan yang tertutup akan gelapnya malam. Saat itulah terlihat seseorang berdiri dengan tinggi menyamai pohon angsana memakai pakaian ala kerjaan dan mahkota di kepala, lelaki itu tersenyum. 

"Astaghfirullah!"

Arumi segera berlari ke kamarnya langsung menutup pintu dan mengambil selimut.  didibenaknya bermacam-macam pertanyaan. 

"Siapa dia? Mau apa datang kesini," gumam Arumi. 

Tanpa terasa karena mata sudah sangat lelah akhirnya Arumi tertidur dengan diiringi rasa takut dan penasaran. 

***

Azan subuh berkumandang, Abah segera menuju masjid yang terletak tidak jauh dari rumah hanya berjarak lima puluh meter. Embun pagi dan dinginnya udara seolah-olah nggan pergi karena mulai semalam hingga sekarang hujan tidak kunjung reda.  Abah tetap mengistiqomah sholat berjamaah di masjid. Keadaan jalan di perumahan masih sepi beberapa warga sebagian sepertinya memilih sholat di rumah. 

Abah dengan membawa payung berukuran sedang berjalan sendiri menembus dinginnya subuh. 
Sesampainya di tangga masjid angin berhembus cukup kencang, ketika hendak menaiki anak tangga. Terasa seperti ada seseorang yang mendorong badan Abah dari arah belakang. Syukur tidak terjatuh karena sempat memegang dinding Masjid. 

"Astaghfirullah," ucap Abah sambil melihat sekitar kalau-kalau ada seseorang yang sengaja mendorongnya.  
Ternyata tidak ada orang sama sekali kecuali para jamaah yang lagi mengerjakan sholat sunat di dalam masjid. 

Selesai sholat subuh masing-masing jamaah sebagian ada yang langsung pulang. Ada juga bertahan karena menunggu hujan reda. Ada juga yang bertahan sambil membaca amalan-amalan setelah sholat subuh. Sedangkan Abah membaca dzikir dan wirit disambung membaca beberapa ayat suci Al-Quran. 

Waktu sudah hampir jam enam hujan tak kunjung reda. 
Dengan terpaksa Abah pulang kebetulan memang sudah membawa payung dari rumah. Suasana masjid sudah sepi yang ada hanya Takmir masjid dan tiga orang warga sedang asik mengobrol. 

"Saya pulang duluan ya,  Assalamualaikum," pamit Abah. 

Dengan perlahan Abah menapakkan kaki ke anak tangga. Saat selesai memasang sendal baru beberapa langkah meninggalkan halaman masjid. Sebuah dorongan kuat dipunggung dari arah belakang membuat Abah tersungkur. 

"Astaghfirullah!" teriak Abah.

Teriakan sampai terdengar oleh beberapa orang yang ada di masjid. Bergegas warga berlari keluar menolong Abah yang terlihat sudah tidak bergerak. Dengan cepat  beberapa warga   membantu mengangkat  kembali ke halaman masjid. Setelah beberapa menit akhirnya kesadaran Abah kembali. 

"Abah Haji Kita antar pulang saja ya, biar lebih aman. Nanti beberapa warga akan saya perintahkan mengantar," tawar takmir Masjid. Karena merasa iba dengan keadaan Abah. 

Akhirnya Abah serta beberapa warga memapah hingga sampai ke rumah. Umi sedang asik membersihkan dedaunan basah yang  tertiup angin di depan rumah terkejut melihat Abah meringkih kesakitan sambil memegang pinggangnya. 

"Loh... Abah kenapa? Cepat bawa masuk!" pinta Umi dengan wajah cemas.

Tubuh Abah yang sudah tidak kuat berdiri dibaringkan warga di teras rumah. Setengah berlari Umi mengambilkan bantal dan beberapa pakaian ganti karena baju  sudah basah kuyup. 

"Abah Haji tadi terjatuh pas mau pulang kerumah," jelas beberapa warga. 

"Terima kasih banyak ya pak. Sudah memapah Abah sampai rumah," ucap Umi.

Akhirnya warga pamit mau kembali kerumah masing-masing. Sedangkan Umi mengganti pakaian  Abah yang sudah basah dan kotor. Alangkah kagetnya saat melihat punggung Abah lebam membiru seperti terkena pukulan sedangkan pada bagian pinggang ada luka bekas cakaran kuku. 

"Astaghfirullah. Kenapa bisa lebam seperti ini, Abah. Tadi dipukul seseorang apa bagaimana?" 

"Gak tau, badan seperti didorong seseorang dengan keras sampai aku terjatuh," jelas Abah sambil merintih menahan sakit. 

Mendengar kegaduhan Arumi keluar kamar.
"Ya Allah Abah. Kenapa ini? Jatuh di mana?" panik Arumi melihat orang tuanya kesakitan. Segera Arumi menelpon dokter yang sering datang ke rumah memeriksa kesehatan keluarga. 

Setelah keadaan Abah diperiksa dokter dan diberikan lah obat anti nyeri dan salep penghilang lebam di bagian punggung.

Abah Haji hanya bisa berbaring menahan sakit di bagian punggung. Sesekali merintih kesakitan mau berdiri saja tidak bisa harus dibantu Umi dan Arumi ketika hendak ke kamar mandi. 

***

Bima berjualan dari pagi hari sampai mendekati adzan dzuhur tetapi tidak ada satupun pembeli. Padahal cuaca sangat panas biasanya ada saja yang membeli. Tetapi sudah hampir setengah hari belum juga ada pelanggan datang. 
Bima hanya duduk di atas trotoar menunggu pembeli akhirnya setelah ditunggu datang juga pelanggan. 

"Es Cendol satu Bang. Dibungkus aja ya?" 

"Siap Mas. Ditunggu." 

Saat mau memasukkan santan dan gula tercium bau tidak sedap. Bima melihat ke dalam toples berisi santan ternyata ada lendir, begitu juga gula dan serta Cendol semua basi. 

"Maaf Mas, sepertinya Cendol saya sudah basi mungkin besok bisa datang kembali" jelas Bima. Merasakan keanehan di dagangannya.

Masih tidak percaya apa yang dilihat sekali lagi Bima memeriksa jualannya. Ternyata memang benar basi semua. Padahal baru saja diolah subuh tadi. 

"Ada yang tidak beres sepertinya," gumam Bima. Merasakan keanehan sedari tadi. Tetapi apa yang terjadi hanya bisa sabar dan beristighfar. Mungkin hari ini belum ada rezeki. 

Adzan dzuhur berkumandang pelan sebagian para pedagang menyegerakan menuju Masjid. Saat mau masuk ke masjid terlihat seseorang kakek berbaju compang-camping sambil duduk di depan pagar masuk masjid sedang meminta-minta  kepada orang. Tetapi mereka malah acuh  tidak mau memberi. Melihat orang tua diperlakukan seperti itu Bima merasa iba. 

"Kakek ini sedikit rejeki semoga bisa bermanfaat." Bima memberikan uang dan sedikit makanan yang sudah dibelinya untuk makan siang. Saat mau masuk Masjid si kakek memanggil. 
 
"Tunggu nak jangan pergi dulu," ucap kakek.

"Aku tidak perlu duit sama makanan, ini tasbih simpan baik-baik ya."

"Kada usah kek Sagan pian aja tasbihnya" (tidak usah kek buat sampean saja tasbih-nya)

Tetapi kakek malah menolak memaksa biar Bima yang memegang tasbih itu. 
Terasa getaran yang sangat hebat saat tasbih dipegang cahaya putih memancar dan masuk kedalam tubuh Bima. 

"Subhanallah."

Ternyata hanya mimpi saja. Tadi setelah Bima menunaikan sholat dzuhur langsung merebahkan diri di masjid rasa lelah setengah hari berjualan tidak dapat pembeli satupun ditambah dagangan semuanya basi. Apa maksud mimpi tersebut. Masih tanda tanya besar di hatinya. 

Saat mau bediri terdengar suara lantunan tilawah perempuan di balik tirai pembatas antara laki-laki dan perempuan, seperti tidak asing  pernah mendengar cuma dimana sambil mengingat-ingat. Bima duduk mendengarkan suara merdu tilawah sampai selesai. 
Setelah beberapa menit  Ditunggu-tunggu tidak juga muncul perempuan itu. Suasana masjid juga sudah sepi hanya ada beberapa orang sedang duduk membaca al Quran. 
Dari kejauhan terlihat perempuan berjalan kearah Bima sambil tersenyum. Tidak terlalu jelas siapa dia karena jarak yang lumayan jauh. 

"Assalamualaikum Bang?" sapa Arumi dari kejauhan dengan pakaian hijab serba hitam sambil membawa tas kecil berisi mukena. 

"Waalaikumsalam. Wah, bukan main suaranya sangat merdu."

"Abang bisa aja. Ngomong-ngomong ustaz Umar kemana ya, dari tadi gak ada. Biasanya dia yang menjadi imam Masjid."

"Ustad Umar sakit. Kemarin saya habis dari rumahnya menjenguk" Jelas Bima.

"Emangnya ada perlu apa sama Umar?" 

"Astaghfirullah. Jadi gimana keadaan Ustaz Umar?  
Abah sakit sepertinya dapat gangguan dari sesuatu yang tidak baik," ucap Arumi dengan nada sedikit lirih. 

Mendengar kabar Abah Haji Abdullah sakit Bima merasa iba apalagi terlintas dimata batin sakitnya ini murni gangguan jin jahat kiriman seseorang.

"Alhamdulillah Umar sudah sehat kembali. Malam ini kita ke rumah tunggu saja sehabis Isya kami akan datang."

"Tapi kan ustadz Umar habis sakit!" 

"Udah gak pa-apa tunggu saja dirumah InsyaAllah Umar bersama saya akan datang membantu Abah," ucap Bima serius. Sambil menatap tajam ke Arumi. Tatapan yang lumayan lama membuat  Arumi Gelisah entah karena gerogi atau risih. 

"Sudah lama ya, mendapatkan teror suara terkadang merasakan kehadiran seorang laki-laki tampan di mimpi atau secara nyata," tanya Bima. 

"Hem... Iya Bang,  Kadang-kadang sangat menganggu saat di tengah malam. Kok tau Bang?" 

"Udah nanti di rumah saja kita selesaikan masalah Arum, aku pamit dulu ya," ucap Bima sambil berlalu pergi dari Masjid. 

Sepertinya setelah pertemuan dengan Bima dan apa yang di ucapkan-nya Arumi semakin yakin kalau dia bukan orang sembarangan yang hanya penjual Cendol saja. 

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close