Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGHALANG JODOH (Part 5 END)


Orang itu akhirnya sadar tapi sedikit kebingungan setelah apa yang terjadi barusan.

"Pak, bangun," panggil Bima dengan menepuk-nepuk pundaknya.

Setelah sadar dan diceritakan apa yang terjadi diapun merasa malu dan segera ijin pamit pulang ke rumahnya. 

Arumi terisak-isak menangis kedua matanya tidak henti-hentinya meneteskan air mata. Setelah mengetahui kalau dirinya sudah dinikahi makhluk halus.  

"Sabar nak. Semua sudah jalan ketentuannya. Jangan menangis seperti itu," ucap Umi mencoba menenangkan anaknya. 

Umar melihat waktu sudah jam dua belas lewat keadaan aman-aman saja tidak ada kiriman balasan dari dukun yang sudah di upah Johan Budi Waseso. Melihat kondisi Bima tenaganya juga sudah lumayan terkuras apalagi dirinya setelah mendapatkan kiriman minggu kemarin fisik masih tidak normal. 

"Bang, kita sudahi saja pengobatan malam ini. Besok lusa kita lanjut bagimana?" tawar Umar sambil berbisik. 

"Kita buka dulu kuncian dukun itu baru kita pulang. Mumpung beliau datang kesini," jawab Bima sambil menunjuk ke arah samping.

"Caranya bagaimana, Bang?"

Bima menunggu perintah beliau yang dari jawa memberikan petunjuk cara melepaskan kuncian jodoh ditambah melepaskan ikatan pernikahan dialam gaib. 

"Berat ya Bang? Cara melepaskan ikatannya dan kuncian jodoh dukun itu." Tanya Abah sambil menyandarkan tubuhnya. 

Semuanya penuh harap menunggu jawaban Bima. Keadaan sunyi senyap tadinya banyak suara jangkrik bersahutan sekarang tiba-tiba tidak ada. 

"Ambilkan air segelas, " Pinta Bima. 

Sambil mata tertutup Bima membacakan Doa-doa tidak berapa lama air tadi di berikan kepada Arumi untuk segera di minumkan. 
Belum gelas ditaruh menyentuh lantai tangan kanan Arumi bergetar hebat. Anehnya getaran itu hanya di bagian lengan kanan saja. Tubuhnya tidak apa-apa. 

"Bang, kenapa tangan kanan Arumi seperti itu?" Tanya Umar. 

Bima hanya diam memandang Arumi setelah beberapa menit reaksi di tubuh mulai gelisah tangan kaki bergerak tidak tentu arah. 'Gelisah'  mungkin itu kata yang tepat bagi Arumi sekarang. Bisikan-bisikan untuk lari dari rumah semakin kuat tetapi semua di lawan dengan kata istighfar. Abah dan Umi merasa khawatir melihat putri kesayangan mereka bertingkah aneh tidak seperti biasanya. 

"Kenapa Arumi Bang? Kenapa seperti itu tingkahnya?" tanya Umi. 

"Seseorang lagi melepaskan kuncian jodoh Arumi," Jelas Bima sambil tersenyum tipis karena masih berkonsentrasi mengobati. Kalau dilihat dengan mata batin tangan kanan Arumi mengeluarkan asap merah pekat mirip dengan darah. Sunan dari tanah Jawa membantu melepaskan ikatannya. 

"Nak, sebaiknya kamu merogo sukma kuncian-nya  harus dilepas dari dalam.  Kalau dari luar sudah terlepas," ucap Sunan dari Jawa memerintahkan Bima. 

"Umar, aku mau ke alam sebelah. Kuncian-nya  terlalu kuat aku harus melepaskan dari dalam juga. Tolong jaga Abah dan Umi jangan kemana-mana apapun yang terjadi,"  Ucap Bima sambil membenarkan posisi tempatnya duduk. Dengan mengatur nafas sambil membaca doa dalam beberapa detik sukma Bima sudah di alam gaib. 

***

Dibantu pasukan tujuh serigala Bima mengikuti kemana arah mereka menuju kuncian-nya. berlari keluar masuk hutan, jurang yang dalam terkadang melewati sungai-sungai kecil hingga akhirnya sampai apa yang sudah dituju. Sebuah kuburan massal penuh dengan sosok-sosok astral tidak jelas bentuknya. 
Ketujuh serigala sepertinya hanya bisa mengantar sampai didepan gerbang kukuburan. 

"Masuk saja Nak. Cari lubang kuburan yang isinya ada dua mayat." Suara bisikan dari seseorang entah dari mana asalnya. 

Langkah demi langkah Bima memasuki area kuburan massal di alam gaib. Godaan, gangguan dari Jin usil tidak henti-hentinya datang, dari bau anyir darah sampai wangi Kembang melati. Tetapi semua itu tidak menghentikan langkahnya dalam mencari kuncian jodoh Arumi.  

Hingga sampai pada sebuah pohon tua ukurannya tidak terlalu kecil, besar pun tidak.  daunnya sudah mengering, sebagian rontok tersisa hanya batang-batang kering. Tepat di bawahnya ada sebuah lubang kuburan saat hendak mendekat alangkah terkejutnya seorang perempuan membawa tongkat kayu dengan rambut gimbal acak-acakan dengan wajah tidak terlalu jelas terlihat muncul tiba-tiba dari belakang pohon. 

"Hahaha, mau apa kamu anak muda datang jauh-jauh kesini? Aku penunggu lobang kuburan ini sejak dulu!" 

"Sejak dulu!" tanya Bima. 

"Iya, aku penjaga lubang ini! Kamu mau apa?"

"Aku mau melepaskan kuncian jodoh seorang perempuan di alam Dunia." 

"Ada syaratnya kalau mau melepaskan," balas perempuan itu sambil mengitari Bima.

"Aku mau darah perawan yang masih segar!" ucapnya sambil mengeluarkan lidah dan air liur menetes. 

"Kalau tidak aku sediakan bagaimana?"

"Silahkan kembali ke alam Dunia. Di sini buka tempatmu!" Sergah perempuan itu dengan mata melotot. 

"Aku akan tetap membuka kuncian-nya. Kalau kamu tetap menghalangi tau sendiri akibatnya!" ancam Bima. 

Lolongan serigala dari luar menandakan akan terjadi sesuatu, betul saja sosok tinggi besar membawa palu besar datang dari arah belakang perempuan itu. Mereka langsung berbaris rapi siap menghadapi Bima. 

"Oh., kalian yang menyerangku didalam mimpi ya. Beraninya cuma keroyokan," sergah Bima. 

"Untung kamu tidak kami bunuh! Itu suatu peringatan jangan ikut campur urusan kami!" Ancam perempuan itu di belakang pasukannya. 

Bima sekarang tidak bisa berbuat apa-apa pasukan yang biasanya menjaga tidak bisa masuk ke area makam. entah kenapa? Serangan makhluk membawa palu besar pun datang ingin menghantam, dengan cekatan Bima sebisa mungkin menghindar. Serangan demi serangan menuju tubuhnya. Akhirnya pukulan palu tepat mengenai punggung, darah kental keluar. Tubuh terpental beberapa goresan luka di sekujur tubuh menambah rasa sakit. 

"Menyerah saja. Pasukanmu tidak akan bisa masuk." ucap perempuan itu dengan sombongnya. 

Entah kenapa cahaya terang keluar dari tubuh Bima sebuah tasbih pemberian kakek saat bermimpi di masjid saat itu muncul mengelilingi tubuhnya. kakek tua tiba-tiba berdiri di samping dengan pakaian serba hijau berselendang putih sambil tersenyum menatap Bima. 

"Assalamualaikum Nak."

"Waalaikum salam," balas Bima sambil menahan rasa sakit. Sedikit tidak percaya kalau beliau datang, padahal sekarang posisi masih dalam merogo sukma tapi kenapa beliau bisa muncul. 

"Jangan merasa aneh. Aku di suruh membantu ikam (kamu). Nah, ikam maju saja bawa ini tasbih insyaAllah jin itu akan menjauh tidak berani mendekat," perintah kakek tua bersorban putih.
"Tapi ingat selalu berjikir."

"Nama pian (sampean) siapa?" 

"Tidak perlu tau siapa aku. Cepat sudah kesana waktu sudah mau habis." 

Dengan gontai langkah kaki menapak tanah kuburan sambil menahan rasa sakit di dada. Cahaya tasbih memancarkan sinar terang membuat semua makhluk halus di alam gaib berlari menghindari. Perempuan penjaga beserta pasukannya pun menjauh. Sampailah Bima di atas lubang kuburan. Terlihat dua Mayat masih berupa pocong saling bertumpuk dua. 

"Masuk aja Nak. Buka ikatan tali pocongnya," perintah kakek tua dari kejauhan. 

Bima melihat memang ikatan tali kafan belum dibuka bahkan masih terlihat rapi. Perlahan-lahan Bima masuk ke lubang untuk membuka ikatannya dari ikatan kepala, tengah sampai kaki sudah di lepaskan. Terlihat wajah hitam lebam di balik kain kafan. Matanya melotot seolah-olah menunjukkan siksaan yang sangat berat. Bima memeriksa seluruh tubuh mayat tetapi tidak ada benda apapun. Saat meraba dibagian telapak tangan betapa terkejutnya mendapatkan sebuah foto Arumi terikat benang hitam. Di kain tersebut ada sebuah mantra tidak tau apa artinya. 

"Keluar sudah Nak. Dari situ" 

Foto Arumi dan kain kafan dengan erat dipegang. Perlahan Bima berjalan menuju kakek yang sedang berdiri untuk memberikan apa yang sudah di minta beliau.

"Nah kembali sudah cepat. Foto ini biar aku yang urus."

***

Waktu hampir mendekati subuh Bima masih belum juga kembali dari alam gaib. Sayu terdengar tilawah dari masjid menandakan sebentar lagi akan memasuki waktu sholat. Keadaan Arumi juga sudah tenang sedangkan Abah dan Umi masih menunggu kembalinya kesadaran Bima. 

"Alhamdulillah." ucap Bima. Langsung menyandarkan tubuhnya ke tembok terdekat Karena ada rasa luka dalam di bagian dadanya. 

"Bagaimana, Bang, Sudah di buka kuncian-nya?" 

"Yah, kita harus banyak berdoa. Rezeki, umur dan jodoh semuanya rahasia Allah. Abah, Umi saya mau pamit dulu InsyaAllah semuanya sudah selesai" Jawab Bima.

Sekalian mau ijin pulang karena sudah merasa sangat lelah. Sehabis sholat subuh Ustad Umar dan Bima ijin pulang. Tidak lupa Abah dan Arumi memberikan sedikit hadiah paling tidak tanda Terima kasih untuk kedua anak muda yang telah membantunya. 

Arumi akhirnya bisa merasakan ketenangan batin setelah dibantu ustad Umar dan Bima. Dari hari ke hari beraktivitas seperti biasa semuanya lancar begitu juga Abah, kesehatannya sudah mulai pulih sehabis diganggu jin ular. 

***

Di awal pagi hari senin Abah berangkat ke pasar begitu juga Arumi belum selesai makan sudah bergegas menuju pasar berangkat bersama-sama, Mobil yang dikendarai Arumi berjalan pelan tidak beberapa menit sampailah mereka di pasar. Abah turun didepan tokonya sedangkan Arumi memakirkan kendaraan di samping Masjid dan segera turun menuju Toko Aksesoris yang baru dibuka beberapa bulan belakangan. Baru mau membuka Toko seseorang dari kejauhan berteriak histeris memanggilnya. 

"Arum!! Cepat ke toko Abah."

"Ada apa kang? Kok teriak-teriak seperti itu."

"Abah pingsan!" 

Arumi segera berlari menuju toko yang tidak jauh dari tempatnya. Sesampainya di toko para pedagang sudah banyak berkumpul di depan. Abah Haji  terbaring lemas nafasnya pendek naik turun. Dengan segera Arumi meminta beberapa orang untuk membawa Abah ke puskesmas terdekat. Sesampainya di puskesmas para petugas memberikan pertolongan pertama tetapi semuanya terlambat Abah Haji Abdullah akhirnya meninggal dunia.
'InnalillahWainailahirojiun.'

***

"Maafkan anakmu ini Abah. Belum bisa memberikan apa yang di minta" Pilu Arumi di samping jenazah. Rumah sudah penuh  dengan para pelayat, halaman yang luas terlihat kecil karena banyak para tamu berdatangan untuk memberikan rasa duka cita.

Meninggalnya Abah Haji suami tercinta Umi merasa tidak percaya. Tetapi apa yang terjadi harus tetap ikhlas kalau ini memang takdir Allah SWT. 

Selepas sholat dzuhur jenazah segera di sholat kan, Arumi melihat keranda mayit isinya orang tua yang disayang merasa tidak tahan, tangisan terus mengalir keluar dari matanya. Umi pun sama merasakan kehilangan yang sangat besar di kehidupannya. 

"Ikhlas kan beliau. Sabar, do'akan terus setiap sholat lima waktu," bisik Umar pelan di belakang Arumi dan Umi. 

"Do'akan Abah Ustad. Mohon maaf kalau ada salah khilaf selama hidupnya," lirih Arumi.

"Bima dimana? Sudah dikasih kabar?"

"Bima minta maaf tidak bisa datang tadi sudah aku kasih kabar lewat telpon. Dia sedang berada di luar kota."

Setelah selesai prosesi pemakaman semua orang masing-masing ijin pamit pulang. Sedangkan ustad Umar masih tetap bertahan di rumah membantu membersihkan pekarangan karena sampah-sampah berserakan. Setelah semuanya selesai Umar ijin pulang. 

"Umi saya pamit pulang, mungkin pas tujuh harinya Abah nanti saya kesini lagi."

"Terima kasih ya Ustad repot-repot tadi ikut bantu bersihkan rumah," ucap Umi. Arumi hanya tersenyum walapun kedua netranya masih sembab.
"Eh, salam buat Bima ya." ucap Umi. 

"Iya Umi. Saya pamit dulu InsyaAllah nanti kembali. Mau melamar anaknya," ucap Umar sambil berlalu pergi.

***

Akhirnya waktu yang ditunggu datang. Arumi di sunting seorang anak muda dan soleh kalau bukan Umar siapa lagi. Sampai sekarang pernikahan Arumi Nasha Razeta dan Muhammad Umar di karuniai dua anak cantik dan tampan. 

Sedangkan Bima seperti biasa terkadang berkeliling jualan. Kadang manggkal di pasar inpres, sewaku-waktu  mendapatkan panggilan bersama Umar dalam  memberantas dukun-dukun jahil. 

Persiapkan dirimu sebaik mungkin, sebab jodoh adalah cerminan dari diri kita sendiri. 

"Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan rezki yang melimpah (yaitu:Surga)” [QS. An Nuur (24):26].

-TAMAT-
close