Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mantra Ajian Jaran Goyang Dan Legenda Nini Pelet Ki Buyut Mangun Tapa (Mt. Ciremai)


JEJAKMISTERI - Legenda Nini Pelet Dan Mantra Ajian Jaran Goyang Ki Buyut Mangun Tapa

Gunung Ciremai di Kabupaten Cirebon merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Tingginya 3.078 meter di atas permukaan laut. Meliputi tiga wilayah kabupaten yaitu Cirebon, Kuningan dan Majalengka. Selain pesona alamnya yang indah, gunung ini kaya dengan mitos dan hal-hal yang berbau mistis. Salah satunya: legenda Nini Pelet.

Nini Pelet digambarkan sebagai siluman yang berkuasa penghuni Gunung Ciremai. Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung ini, misalnya warga Kuningan dan Linggarjati, sampai sekarang masih meyakini keberadaan Nini Pelet. Mereka percaya Gunung Ciremai merupakan singgasana sang nini. Karenanya banyak pantangan yang harus dipatuhi oleh mereka yang hendak mendaki Gunung Ciremai. Ya jika tidak ingin terjadi apa-apa.

Salah satu pantangan itu adalah tidak boleh buang air kecil sembarangan. Tabu bagi pendaki kencing di sembarang tempat. Karena takut terjadi apa-apa, para pendaki memilih kencing ke dalam botol mineral. Maka sepanjang perjalanan naik ke puncak Ciremai nampak pemandangan unik: banyak botol plastik berisi air seni digantungkan di rerantingan pohon.

Selain itu sepanjang jalur pendakian di beberapa pos tertentu yang dianggap wingit, pendaki wajib mengucapkan salam dan menginjak tanah tiga kali.

Sebab selain Nini Pelet, banyak yang meyakini Ciremai juga dihuni beberapa siluman lain yang suka usil dan menganggu pendaki. Ucapan salam itu wajib dilakukan di kawasan Batu Lingga, yang dipercaya sebagai tempat semedi Nini Pelet. Di sini terkadang muncul sosok Nyi Linggih dengan dua macan kumbang peliharaannya. Juga di Pekuburan Kuda yang angker, lokasi dikuburkannya 2 ekor kuda milik tentara Jepang.

Siapakah Nini Pelet?
Dari cerita yang berkembang secara turun-temurun, Nini Pelet dulunya manusia biasa yang menguasai ilmu dari aliran hitam. Karena ambisinya tidak ingin menjadi tua alias tetap awet muda selamanya, ia berikhtiar merebut Kitab Mantra Asmara. Kitab ampuh berisi berbagai ajaran tentang asmara dan cara memikat lawan jenis. Kitab ini diciptakan oleh pendekar sakti Ki Buyut Mangun Tapa.

Salah satu ajian dari Kitab Mantra Asmara yang sangat terkenal adalah Jaran Goyang. Ajian ini mengajarkan ilmu menaklukkan hati seseorang yang diincar atau yang lebih dikenal dengan sebutan pelet. Terbukti, setelah berhasil mendapatkan Kitab Mantra Kencana, Nini Pelet memanfaatkan Jaran Goyang untuk menggaet pria-pria muda agar tertarik kepada dirinya.

Ketika itu usia Nini Pelet sudah ratusan tahun. Namun berkat ajian ini ia terlihat sangat muda dan menarik. Banyak pria kepincut. Padahal pria-pria itu hanya sebagai tumbal kecantikannya. Setelah Nini Pelet puas mempermainkannya, mereka dihabisi. Nyawa para pria itu sebagai sarana untuk membuat dirinya tetap awet muda!

Mengetahui Kitab Mantra Asmara ciptaannya disalahgunakan oleh Nini Pelet, Ki Buyut Mangun Tapa. Ia lalu mengutus salah seorang muridnya, Restu Singgih, merebut kembali kitab pusaka itu dari tangan Nini Pelet. Tapi sebelumnya, Restu Singgih telah dibekali banyak ilmu mumpuni oleh gurunya. Cerita ini pernah diangkat dalam bentuk sandiwara radio berjudul Nini Pelet yang disiarkan pada 1980-an.

Singkat kata, Nini Pelet bisa dikalahkan. Kitab Mantra Asmara berhasil direbut kembali. Namun kesaktian Nini Pelet dengan ajian Jaran Goyang tetap melekat pada dirinya. Karena itu ilmu ajian Jaran Goyang akhirnya terbagi menjadi 2 golongan, golongan hitam berasal dari Nenek Pelet dan golongan putih bersumber dari ajaran Ki Buyut Mangun Tapa.

Jadi terserah orang mau memilih yang mana. Tapi jika niat orang itu memang mulia dan hendak memanfaatkan ajian ini untuk kebaikan, misalnya menginginkan seorang wanita untuk dijadikan istri, maka tentu yang dipilih ajian Jaran Goyang versi Ki Buyut Mangun Tapa.

Sampai sekarang Ki Buyut Mangun Tapa dipercaya pernah ada, ia dikenal sebagai sosok pendekar tangguh berbudi luhur. Setelah meninggal ia dimakamkan di Desa Mangun Jaya, Blok Karang Jaya, Indramayu, Jawa Barat. Karena dikenal sebagai pencipta ilmu pellet Jaran Goyang, hingga kini makamnya tak pernah sepi dari pengunjung. Tentunya mereka yang ingin mempelajari ilmu pelet yang dikenal maha dahsyat itu.

Beberapa paranormal atau peziarah yang datang ke makam Ki Buyut Mangun Tapa mengaku sering melihat harimau siluman atau harimau jadi-jadian saat tengah malam. Biasanya pada malam Jumat Kliwon atau Selasa Legi. Mereka percaya harimau tersebut merupakan peliharaan Ki Buyut Mangun Tapa.

Sementara itu petilasan Nini Pelet dipercaya masih berada di puncak Ciremai. Di sini juga bersemayam arwah Ki Rempah Mayit, yang tak lain adalah suami Nini Pelet. Di sini juga ada Batu Lingga, tempat Sunan Gunung Jati bermunajad kepada Tuhan pada sekitar 1521-1530.

Setelah Sunan Gunung Jati, seorang wanita yang dikenal dengan Nyi Linggih bertapa di tempat yang sama, ditemani 2 ekor harimau peliharaannya. Namun ternyata wanita tak kuat melakukan olah spiritual, ia meninggal dan kedua harimaunya lenyap entah ke mana. Namun beberapa pendaki mengaku sering melihat sosok wanita ini bersama kedua hewan peliharaannya itu di sekitar Batu Lingga.

Sedangkan Mantra ajian Jaran Goyang adalah salah satu bagian dari sastra lisan yang berupa mantra. Mantra berjenis pengasihan ini berkembang di masyarakat Suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur. Tidak hanya berkembang di Jawa Timur, mantra ini juga terdapat di Jawa Barat. Nama lain dari jenis mantra ini di antaranya adalah pengasihan dan pelet. Mantra ini erat kaitannya dengan ilmu gaib, metafisik, dan dunia paranormal.

Suku Osing mempercayai adanya empat ilmu, yakni ilmu merah, ilmu kuning, ilmu hitam, dan ilmu putih. Ilmu merah berkaitan dengan perasaan cinta, ilmu kuning mengenai jabatan, ilmu hitam untuk menyakiti, dan ilmu putih untuk menyembuhkan.

Jaran Goyang ini termasuk kategori ilmu merah atau dikenal dengan nama santet. Santet merupakan akronim dari "mesisan gantet" yang berarti sekalian bersatu atau bisa juga "mesisan bantet" atau sekalian rusak.

Pengertian ini merujuk pada fungsi sosial mantra santet Jaran Goyang. Mantra ini bukanlah ilmu untuk menyakiti atau membunuh, melainkan untuk menyatukan dua orang agar bisa menikah atau memisahkan kedua orang yang mencintai agar bisa menikah dengan pasangan pilihan keluarganya.

Ada mitos yang berkembang mengenai mantra Jaran Goyang. Ketika Kerajaan Blambangan diambang kehancuran, rakyatnya terpisah-pisah. Agar keturunan tidak tercampur, mereka menikah dengan dasar kekerabatan. Namun, di antara mereka, ada yang tidak mau dijodohkan atau tidak direstui keluarga. Mantra Jaran Goyang kemudian berfungsi untuk menyatukan mereka.

Selain Jaran Goyang, ada beberapa mantra lain yang berkaitan dengan ilmu pengasihan, seperti Kucing Garong dan Kebo bodoh. Binatang liar yang menjadi binatang peliharan sering kali digunakan sebagai nama-nama mantra ilmu merah yang berkaitan dengan asmara.

Begitu juga dengan nama Jaran Goyang yang diambil dari perilaku kuda yang sulit dijinakkan. Namun, jika sudah jinak, kuda dapat dikendalikan. Hal ini dianalogikan dengan perasaan cinta seseorang.
Kata Jaran Goyang jika diartikan secara langsung adalah kuda goyang. Korban terbanyak dari mantra Jaran Goyang ini adalah perempuan dibandingkan laki-laki.

Mantra "Jaran Goyang" juga dikenal oleh masyarakat Jawa Barat. Baik yang ada di Jawa Timur maupun yang ada di Jawa Barat, mantra ini mempunyai kesamaan nama dan fungsinya.

Kisah Nini Pelet dan Mantra ajian Jaran Goyang ni sudah menjadi cerita legenda masyarakat yang bermukin di sekitar lereng gunung Ciremai. Nini Pelet merupakan tokoh yang memiliki kesaktian khusus di bidang percintaan. Dia diceritakan merebut kitab "Mantra Asmara" milik Ki Buyut Mangun Tapa. Kitab tersebut memuat salah satunya ilmu Jaran Goyang, yang dikenal kegunaannya untuk mengikat hati lawan jenis.

Sementara itu, berdasarkan mitos yang berkembang, Ki Buyut Mangun Tapa adalah orang sakti yang merupakan pencipta ilmu "Jaran Goyang". Dia konon dimakamkan di Desa Mangun Jaya, Blok Karang Jaya, Indramayu, Jawa Barat.

Masyarakat di sekitar makam pun mempercayai kehadiran seekor harimau siluman yang merupakan peliharaan Ki Buyut. Harimau itu sering muncul pada tengah malam, khususnya pada malam Jumat Kliwon dan Selasa Legi. Kisah Nini Pelet dan Ki Buyut Mangun Tapa ini menjadi populer ketika diangkat menjadi serial sandiwara radio pada tahun 1980-an.

Ki buyut mangun tapa, penemu ajian ampuh Jarang Goyang. Ajian pamungkas untuk pengasihan dan mengikat jantung asmara lawan jenis itu konon kali pertama ditemukan oleh Ki Buyut Mangun Tapa. Sosok sakti mandraguna itu dipercayai sumarih di Desa Mangun Jaya, Blok Karang Jaya, Indramayu, Jabar. Tidak ayal jika makam tua yang berada di daerah pelosok Kabupaten Indramayu itu saban hari tidak pernah sepi kunjungan peziarah. Ada saja orang yang datang berbondong-bondong ke makam bertuah itu untuk menyampaikan permohonan agar terkabul melalui bantuan penunggu makam keramat tersebut.

Oleh warga setempat makam tua yang dikelilingi pohon besar itu dipercaya sebagai makam Ki Buyut Mangun Tapa, orang sakti yang pertama kali menciptakan ajian Jaran Goyang. Tidak salah jika makam Ki Buyut dikenal sangat keramat dan bertuah. 
Hal itu dibuktikan dengan sering kali terjadi persitiwa aneh sekitar makam Ki Buyut. Seperti kejadian aneh yang sering muncul berwujud harimau siluman disertai suara auaman. Sering kali binatang ganas dipercayai sebagai piaraan Ki Buyut itu muncul pada tengah malam. Itu pun pada hari-hari tertentu yang dikeramatkan warga setempat, seperti pada malam Jumat dan Kliwon dan Selasa Legi. Namun, sejauh itu kemunculannya tidak pernah mengusik ketenangan warga.

Dianggap sebagai kejadian yang wajar, karena sosok yang sumarih di dalam makam dikenal sebagai orang yang mengerti dan melindungi warga Desa Mangun Jaya.
Masyarakat setempat percaya jika Ki Buyut Mangun Tapa, semasa hidupnya, adalah orang yang sakti mandraguna. Dia pelopor keberadaan desa tersebut sekaligus sebagai pelindung warga setiap ada orang yang mengusik ketentraman desa.

Berkat kesaktian itulah tokoh asal Cirebon, Jawa Barat ini berhasil mencipatakan ajian Jaran Goyang yang keampuhannya sampai saat ini masih diakui oleh paranormal. Makam ini, oleh masyarakat setempat dianggap tempat keramat. Karena itu, tidak sekedar didatangi peziarah yang ngalab berkah namun tiap malam keramat sering dijadikan tempat oleh paranormal untuk menggembleng ilmunya dengan menggelar ritual dan tirakatan di sekitar makam. Selain itu, menurut kepercayaan warga setempat, keberadaan makam telah memberi berkah bagi kemakmuran.

Karena itu, setiap tahun, tepatnya menjelang acara cocok tanam warga setempat selalu mengadakan ritual Sedekah Bumi. Melalui ritual tersebut mereka berharap agar tanaman mereka dapat memberikan hasil yang maksimal. Namun, setiap kali digelar ritual tidak diperbolehkan ada pesta meriah seperti mengadakan pagelaran wayang kulit.

Pasalnya, kejadian aneh pernah terjadi beberapa tahun silam, ketika ritual sedang dilaksanakan dengan menggelar wayang kulit. Keanehan terjadi di tempat itu tiba-tiba hujan turun sangat deras. Padahal, di sekitar petilasan cuaca terang benderang. Sejak itu warga tidak berani lagi meramaikan ritual dengan pagelaran apapun.

Keanehan lainnya, seperti dituturkan oleh beberapa pelaku spiritual, munculnya harimau siluman yang sepertinya akan menelan hidup-hidup para petapa. Konon, munculnya siluman mengerikan itu merupakan salah satu ujian yang harus dihadapi para pencari berkah di tempat ini.

Sementara ujian lain yang biasa dihadapi para pertapa adalah, retaknya tanah yang mereka jadikan tempat semedi. Tanah yang menganga itu seperti akan mengubur hidup-hidup orang yang ada di atasnya. Padahal, kejadian gaib tersebut tidak akan mencelakainya.
Kalau berhasil mengatasi situasi mengerikan itu seorang pertapa dianggap lulus menjalani lakunya.
close