Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Misteri Pembunuhan dan Perampokan di Bukit Tambun Tulang

Bukit Tambun Tulang terletak di sekitar jalan yang menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang yang melintasi Bukit Barisan. sekarang daerah ini dinamakan LEMBAH ANAI.

Lembah anai Dinamakan bukit tambun tulang karena di bukit ini terdapat banyak sekali tulang belulang manusia yang terkubur atau tetimbun oleh tanah.
Bila kita menggali tanah di bukit itu, maka kita akan nenemukan banyak sekali tulang manusia.
Konon,, dahulu kala di daerah ini terdapat banyak sekali pembunuhan-pembunuhan yang terjadi. Pembunuhan ini dilakukan oleh sekelompok para perampok atau penyamun. mereka merampok semua orang-orang yang lewat di area ini, bagi siapa saja yang melawan kepada mereka dan tidak mau menyerahkan barang miliknya, maka mereka tidak akan segan-segan untuk membunuhnya.

Disinilah banyak lahir cerita-cerita para pendekar dari berbagai daerah, khususnya daerah sumatra. Seperti cerita giring-giring perak dan wiro sableng.
Selain cerita pendekar-pendekar diatas namun ternyata ada banyak lagi cerita pendekar lainnya,, tapi banyak diantara kita yang tidak mengetahuinya. Salah satunya adalah cerita pendekar asal kerinci yang biasa disebut "depati karai ninik sagindo".

Depati karai ninik sagindo bukanlah nama asli beliau, saya sendiri pun tidak tahu dengan jelas nama asli beliau.

Nama "depati" atau "ninik" itu adalah sebuah gelar untuk orang yang dihormati.
Sedangkan "sagindo" adalah merujuk kepada nama daerah asal orang tersebut.
Dan kata "karai" sendiri itu adalah tittle bagi orang yang ahli silat dikerinci pada zaman dahulu.

Jadi,, kesimpulan dari nama belliau dapat kita artikan menjadi "guru silat yang disegani di kerinci".
Kisah misteri di bukit tambun tulang ini banyak diceritakan terjadi pada masa-masa sekitar abad ke 16-17 Masehi. Dan kemudian cerita ini menyebar hampir di seluruh masyarakat sumatera. Khususnya daerah padang, bengkulu, jambi dan riau.

Beginilah ceritanya...
Pada zaman dahulu masyarakat kerinci banyak yang merantau keluar daerah bahkan ada yang sampai ke negeri jiran malaysia. Ada yang bertujuan untuk berdagang, menuntut ilmu, dan ada juga yang tujuannya untuk berbelanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membeli kain, garam dan sebagainya.
Pada masa itu di kerinci tidak ada garam dan kain-kain yang bagus, sehingga memaksa penduduk setempat harus membelinya keluar daerah, salah satu daerah tujuan mereka adalah padang minang kabau.

Satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk menghubungkan kerinci dan padang pada masa itu adalah jalan dibukit tambun tulang. Namun,, jalan ini sangat berbahaya. Karena dijalan ini banyak sekali terjadi pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh para perampok. Akan tetapi Tidak ada pilihan lain lagi bagi para masyarakat kerinci kecuali harus menempuh jalan ini.
Oleh karena itu,, biasanya orang-orang kerinci yang ingin merantau dan orang-orang yang diutus untuk berbelanja keluar daerah adalah orang-orang terpilih yang sudah matang ilmu bela dirinya yang dilengkapi dengan ilmu kebal.

Sedangkan orang-orang yang biasa saja yang tidak memiliki ilmu beladiri yang handal,, tidak dibolehkan untuk pergi merantau keluar daerah kerinci.
Orang-orang yang sudah matang ilmu silatnya pun kadang ada juga yang terbunuh oleh para perampok. Karena jumlah para perampok tersebut bukanlah sedikit, mereka sangat banyak hingga mencapai puluhan orang. Mereka sangat hebat juga terlatih. Mereka juga memiliki ilmu silat dan ilmu kebal. Jadi karena itulah mereka sangat susah untuk di kalahkan.

Setiap orang yang ingin melewati daerah ini biasanya mereka harus berombongan sampai puluhan orang karena mereka tidak berani sendiri-sendiri.
Hari, bulan, dan tahun terus berganti, namun kejadian ini terus berlanjut tanpa henti-hentinya. Karena tidak ada satupun orang yang bisa membubarkan kelompok para penyamun-penyamun tersebut.

Akhirnya berita itu sampailah kepada seorang guru silat asal kerinci yang biasa dipanggil "depati karai ninik sagindo".
Setelah mendengar berita yang banyak tersebar dikalangan masyarakat, akhirnya beliau memutuskan dan berniat untuk membubarkan kelompok-kelompok para penyamun tersebut.

Persiapan pun di mulai.
Dimalam itu beliau mengundang semua para guru-guru silat yang ada dikerinci. Beliau mengajak mereka semua untuk bekerja sama untuk menaklukkan para perampok di bukit tambun tulang yang selalu menghalangi perjalanan masyarakat kerinci tersebut.

Singkat cerita,, semua guru-guru silat yang telah di undang tersebut akhirnya mereka datang kerumah beliau pada malam itu untuk berkumpul mengadakan musyawarah bersama.

Acara musyawarah pun dimulai. Dan mereka masing-masing juga mulai berbagi cerita tentang pengalaman mereka ketika melewati bukit tambun tulang tersebut.
Ada yang mengatakan mereka sangat kuat dan memiliki ilmu pencak silat yang hebat, tak cuma itu ada juga yang mengatakan bahwa para perampok disana banyak yang memiliki ilmu kebal.

Hal ini lah yang membuat mereka para "karai" silat atau guru silat kerinci berfikir dengan serius untuk mencari jalan terbaik agar bisa mengalahkan para perampok tersebut.

Saran demi saran pun keluar dari mulut-mulut mereka satu persatu. Ada yang mengatakan dengan cara begini dan ada juga yang mengatakan dengan cara begitu.
Namun ide-ide mereka tidak ada yang tepat Hingga akhirnya depati karai ninik sagindo mendapatkan sebuah ide yang lucu tapi bagus. Ide tersebut yaitu menggunakan "cabe halus".

Cabe tersebut adalah cabe yang telah ditumbuk halus-halus dan kemudian dikeringkan sehingga melebur seperti tanah atau debu.
Setelah mendengar ide dari depati karai ninik sagindo tersebut, semua guru-guru silat yang hadir menjadi tertawa karena merasa tidak percaya. Kemudian depati karai ninik sagindo menjelaskan semuanya dengan detail kepada mereka, hingga akhirnya barulah mereka menjadi percaya dan setuju,, Dan kemudian merekapun menetapkan hari dan waktu yang tepat untuk melakukan serangan kepada para perampok dibukit tambun tulang.

Pada hari selasa atau hari kedua setelah menggelar acara musyawarah bersama, barulah kemudian mereka semua mulai bergerak berjalan menuju bukit tambun tulang, jumlah mereka sekitar 21 orang.
Perjalanan tersebut menghabiskan waktu 2 hari 3 malam barulah mereka sampai di tempat tujuan tersebut, namun mereka sengaja berhenti di sebuah desa disana, yang mana desa itu sekarang ini berada di kecamatan kayu tanam padang pariaman,, desa itu berjarak 1 km dari lokasi. Guna untuk istirahat dan mengatur strategi penyerangan di esok hari.

Mereka juga mengajak orang-orang yang hebat ilmu beladirinya dikampung itu untuk bekerja sama dengan mereka dalam menaklukkan para perampok tersebut dan kemudian akhirnya mereka mendapatkan bantuan 8 orang dari penduduk desa itu.
Tidak terasa pagi pun telah datang dan matahari pun mulai menampakkan wajahnya untuk menyapa dunia.

Kira-kira ketika posisi matahari hampir lurus diatas kepala mungkin sekitar jam 11:00 siang barulah mereka bergerak menuju lokasi tersebut.
Yang berjalan paling depan ada sekitar 9 orang termasuk depati karai, dan selebihnya mereka mengikuti dari belakang dengan cara nengendap ngendap didalam semak.
Ketika depati karai dan 8 orang temannya sampai di titik rawan bukit tersebut tiba-tiba mereka mendengar suara seperti suara burung yang sedang berkicau, anehnya suara tersebut tidak terlalu mirip dengan suara burung akan tetapi seperti suara orang yang sedang menirukan suara burung.

Kemudian depati karai memberi isyarat kepada teman-teman beliau termasuk teman beliau yang lagi mengendap di semak-semak untuk bersiap-siap.
Sekitar 5 menit kemudia setelah mendengar suara burung aneh tersebut, kemudian tiba-tiba dari semak-semak keluarlah puluhan orang dari arah depan dan disamping jalan. Mereka itulah kelompok para perampok atau penyamun yang melegenda itu.

~ Silat kerinci ~
Kemunculan mereka disambut dengan tenang oleh depati karai dan 8 orang temannya. Dan kemudian depati karai pun mulai menyapa mereka sambil tersenyum "Apakah ada yang bisa kami bantu wahai tuan tuan"?? Begitulah kira-kira pertanyaan dari depati karai kepada mereka..
Kemudian salah satu dari mereka maju kedepan mungkin itulah ketuanya sambil berkata..
"Hendak kemanakah tujuan kalian??
Depati karai menjawab..
"Kami hendak ke padang ingin membeli kain dan garam tuan, didaerah kami tidak ada garam juga kain-kain yang bagus".
Ketua perampok pun berkata..
"Kenapa kalian tidak membayar pajak jalan disini, ini adalah kawasan kami".
Depati karai menjawab.
"Maaf tuan kami tidak tahu, kalau begitu Berapa banyakkah kami harus membayarnya"?
Ketua perampok menjawab..
"Serahkan pada kami uang satu kantong itu sambil menunjuk kepada kantong yang dibawa oleh depati karai"
Depati karai menjawab..
"Baiklah tuan.. ini untuk tuan"
Tapi tuan harus menjamin keaman jalan disini"
Perampok menjawab...
"Baiklah.. kami berjanji akan menjaga keamanan disini"
Kemudian depati karai menyerahkan kantong uang tersebut kepada ketua perampok.
Setelah kantong uang tersebut diberikan, depati karai dan teman-temannya pun mulai melangkah kan kaki kedepan untuk melanjutkan perjalanan mereka, tiba-tiba langkah mereka terhenti lagi. dan ternyata urusan mereka dengan para perampok tadi masih belum selesai sampai disitu.

Para perampok tersebut masih meminta tambahan lagi kepada depati karai beserta temannya. Kali ini yang mereka minta bukan saja uang, melainkan meminta agar depati karai dan teman-temannya tersebut untuk menyerah kan semua barang-barang mereka termasuk tas-tas yang mereka bawa.

Mendengar permintaan dari perampok tersebut, depati karai pun berkata..
"Ampun tuan, jika tuan mengambil semua barang-barang yang kami miliki, bagaimana mungkin nantinya kami mau melanjutkan perjalanan kami menuju padang"?
Sang perampok berkata sambil mengancam..
"Serahkan semuanya jika kalian ingin keluar hidup-hidup dari sini".

Depati karai menjawab..
"Baiklah tuan kami akan menyerah kan barang-barang yang kami bawa, tapi tolong jangan tuan ambil tas-tas yang kami sandang ini, ini adalah bekal perjalanan kami."
Kemudian depati karai dan teman-temannya pun menyerahkan semua barang-barang milik mereka kepada perampok tersebut,, kecuali tas-tas yang mereka sandang, karena didalam tas yang mereka sandang masing-masing itu, isi nya penuh dengan cabe-cabe halus yang telah di tumbuk hingga menjadi seperti debu. 

Melihat depati karai dan teman-temannya tidak menyerahkan tas mereka, kemudian ketua perampok itu memerintahkan agar anak buahnya untuk memaksa mereka agar mereka menyerahkan tas-tas yang mereka sandang itu.

Mendengar ucapan sang perampok tersebut, kemudian depati karai mengangkat kedua tangannya, tujuannya ialah untuk memberi aba-aba kepada semua teman-teman beliau termasuk teman beliau yang ada dibelakang yang bersembunyi didalam semak agar mereka bersiap-siap.
Dan ketika para anak buah perampok tersebut mulai mendekati mereka, depati karai dan teman-temannya pun membuka tas mereka sambil berkata..
"Didalam tas kami tidak ada barang-barang yang berharga tuan", kalau tuan tidak percaya coba tuan lihat sendiri dengan mata dan kepala tuan"
Mendengar ucapan depati karai tersebut, namun ketua perampok masih tidak percaya, hingga membuat ketua perampok tersebut menjadi penasaran dan ingin melihatnya secara langsung.
Kemudian ketua perampok itu berjalan menghampiri depati karai dengan begitu berani tanpa ada rasa ragu dan curiga sedikutpun.

Melihat ketua perampok itu berjalan ke arahnya, depati karai dan temannya pun bersiap-siap dan memasukkan kedua tangan mereka kedalam tas mereka, dan kemudian mereka meraih cabe yang telah mereka tumbuk dengan halus itu dan menggenggam cabe-cabe tersebut sebanyak mungkin.

Tepat sekitar 2 meter jarak antara ketua perampok itu dengan depati karai, barulah depati karai ninik sagindo mengeluarkan kedua tangan nya dan kemudian dengan cepat beliau melemparkan semua cabe-cabe halus yang digenggam nya itu kearah mata ketua perampok tersebut.

Teman-teman depati karai pun melakukan hal yang sama,mereka melemparkan semua cabe-cabe yang ada di tas mereka kepada semua perampok disana, para perampok tersebut sontak terkejut dan kemudian mengusap-ngusap mata mereka sambil berteriak kesakitan karena tidak bisa melihat dan menahan rasa perih yang ada di mata mereka.

Melihat hampir lebih dari separuh teman-teman mereka sudah tidak berdaya lagi karena sudah terkena cabe-cabe halus itu, hingga membuat para perampok yang masih tersisa itu menjadi sangat marah dan naik pitam,, kemudian mereka berteriak dan maju untuk menyerang depati karai bersama teman-temannya itu.

Melihat para perampok mulai menyerang mereka, depati karai pun berteriak untuk memberi aba-aba kepada teman-teman beliau yang ada didalam semak-semak agar keluar untuk menyerang para perampok yang masih tersisa itu.

Kemudian mereka semua pun keluar dan dan langsung mengepung para perampok yang masih tersisa itu dari segala arah.
Mereka melemparkan semua cabe-cabe yang mereka bawa kearah para perampok itu, hingga membuat lebih dari separuh jumlah perampok itu terkena matanya oleh lemparan cabe halus itu.

Sedangkan para perampok yang masih tersisa itu atau yang belum terkena cabe halus dimatanya,, jumlah mereka adalah 8 orang.
Mereka inilah orang-orang yang bertarung melawan depati karai besama 29 orang temannya itu. pertarungan pun berlangsung sengit, akan tetapi keadaannya tidak seimbang, sehingga membuat mereka semua mampu di taklukkan dengan mudah dan dibunuh oleh depati karai bersama teman-temannya itu.

Sedangkan ketua perampok dan anak buahnya tadi masih berteriak kesakitan dan terus mengusap-ngusap mata mereka agar mereka bisa melihat kembali. Namun depati karai dan teman-temannya itu tidak mau membiarkan mereka terus mengusap mata mereka. dan Kemudian depati karai bersama teman-teman beliau langsung meyerang para perampok yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa itu. Mereka membantai para perampok itu dengan cara yang sangat kejam sekali,, tujuannya yaitu sebagai balasan atas kekejaman mereka selama ini kepada orang-orang yang pernah mereka bunuh ditempat itu.

Para perampok itu ada yang di pukul kepalanya sampai mati, dan bagi mereka para perampok yang punya ilmu kebal dan tidak bisa ditembus oleh pedang, mereka itu ditusuk dengan bambu runcing,, karena ilmu kebal manapun yang dipakai oleh seseorang, apabila dia ditusuk pakai bambu pasti ilmu kebal mereka tidak akan bisa berguna lagi,, dan kemudian ada juga mereka yang ditelanjangi dan kemudian diikat dibatang pohon untuk menjadi tontonan orang-orang ramai yang lewat dijalan itu.
Akhirnya semua perampok disana tewas dengan cara yang sangat mengenaskan.

Setelah peristiwa itu,, orang-orang pun mulai ramai dan berani lewat dijalan itu,, karena para perampok yang sering ditakuti mereka sudah tidak ada lagi.
Mereka semua telah musnah dan hilang untuk selama-lamanya.
~~~SEKIAN~~~


close