Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

NDAS WEDHUS (Part 3) - Bedhol Rajah

Ustad Rohim sektika Muntah darah
Bukan Hanya Menarik Rajah, namun mengeluarkan semua tumbal yang Terjebak.


Bagian 3
BEDHOL RAJAH

"Tuuuut...tuuuttt.....tuuuuttt" nampak Handphone usatd Rohim sedang melakukan panggilan kepada seseorang.

"Assalamualaikum Hallo Bah Jo, punten ini Rohim" sapa ustad Rohim pada Abah Sumarjo.

"Waalaikumsalam subhanallah Rohim.. lama tak ada kabar kamu" jawab Abah Sumarjo.

"Iya, masih sibuk terus, Bagaimana kabarnya bah jo" tanya Ustad Rohim.

"Alhamdulillah sehat baik-Baik saja min, kamu kabarnya gimana min" tanya Abah sumarjo sambil berjalan keluar rumah mencari sinyal.

"Alhamdulillah doanya bah, InsyaAllah baik-baik saja" sambung Ustad rohim.

Abah Sumarjo merupakan rekan Ustad Rohim saat nyantri dahulu, Abah sumarjo lebih senior dari ustad Rohim. Namun mereka berdua kenal dekat dan selalu melakukan misi yang sama Sejak di Pondok dahulu.

"Ada misi apa ini, tumben-tumbenan" tanya abah Sumarjo yang sudah menebak jika ustad rohim akan mengajak melakukan misi seperti masa di pondok.

"Hahah wah Bah jo tau aja ni.. padahal mau tak ajak jalan-jalan loh ini hahah" candaan ustad Rohim pada Abah sumarjo masih sangat seperti dulu.

"Halah gaya kamu tuh, mana mungkin kamu ngajak Jalan-jalan saya, paling juga ngajaknya nyari demit hahah" sambung abah Sumarjo untuk mencairkan suasana.

"Gini bah jo, bah jo ada waktu nggak untuk datang ke jawa, ya kira reauni sambil menjalankan misi" ajak ustad Rohim pada abah sumarjo.

"Ada misi apalagi emang min" tanya bah jo.

"Biasa bah, cuma mau ngetes ilmu bah jo, masih tajam nggak hahah" canda Ustad rohim.

"Okelah, minggu depan saya semapatin kejawa, tapi jangan lupa singkong goreng-nya hahah" ucap abah sumarjo.

"Siap lah bah, sesaji buat abah jo akan kami siapin hehe" jawab Ustad Rohim.

Walaupun mereka terpaut senior dan junior namun mereka sangat akrab karena selalu sukses menjalankan misinya. Candaan mereka masih sama seperti masa di pondok dahulu.

"Oke min, insyaallah malam jumat depan aku kesana.." janji abah sumarjo.

"Matursuwun Bah jo, sebelumnya maaf bah jo, saya kasih kabar lewat telfon" ucap Ustad Rohim

"Halah santai aja, Tak kira kamu malah udah nyewu min hahah" canda abah sumarjo, *nyewu = 1000 haru kematian.

"Jannnn... abah jo dari dulu becandanya engga berubah hahah" sahut Ustad Rohim.

"Lah kamu engga pernah ngabarin saya, tak kira udah ngga ada hahah, insyaallah saya dari kota rabu malam min" sambung abah sumarjo.

"Siap bah joo, di tunggu gih, pokonya hati-hati Nanti kalo Kesini ngabari ya bah jo, biar istri potongin bebek buat sesaji jajah" ucap Ustad Rohim.

"Nggak usah repot-repot min, kalo ada yang di bakar aja hahah" canda Abah sumarjo.

"Ada bah, Tungkunya tapi ahaha, yaudah bah matursuwun gih.
Assalamualaikum" ucap Ustad rohim.

"Sama-sam min Waalaikumsalam, sehat-sehat pokonya" tutup dialog dari Abah sumajro.
...

Hari berhari berlalu ustad Rohim mulai mempersiapkan dirinya dan mencari cara untuk mengadapi Tikungan Banger.
Begitupun Abah Sumarjo, beliau mulai mempersiapakan dirinya untuk menghadapi lokasi tersebut, Abah Sumarjo tau bahaya yang akan dia hadapi bukan sembarang tempat namun tempat yang telah memakan tumbal banyak mansuia demi keserakahan sumardi.

"Krriiiing....kriiing....kriing... suata telepon ustad Rohim berbunyi. Namapak notif Dari Abah Sumarjo

"Assalamualaikum Hallo bah" sapa ustad Rohim sembari mengangkat telfonya

"Waalaikumsalam min, Ini aku berangkat ntar di perempatan yang menuju ke rumah kamu aku di Jemput ya, agak lupa soalnya" perintah Abah Sumarjo.

"Siap bah, nanti kabar-kabar kalo sudah sampe perempatan gih" jawab Ustad Rohim.

"Oke Min, Assalamualaikum" sambung abah sumarjo.

"Waalaikumsalam Bah, ati-ati di jalan bah" tutup Ustad rohim.
...

Setalah mendapat kabar bahwa Abah Sumarjo akan datang ke desa, ustad Rohim mengabari Pak RT melalui telfonya.

"Assalamualaikum pak Rt, anu mengko bengi awakmu iso teko neng omah ora" (nanti malam kamu bisa datang ke rumah tidak" tanya Ustad Rohim.

"Waalaikumsalam, jam pinten kang Rohim" (jam berapa kang Rohim) jawab Imin.

'Yo sekitar jam 11 an. Iki konco ku meh dolan rene konconi aku ya, mengko tak kenalke karo dongeng-dongeng masalah wingi" (Ya sekitar jam 11 an, Ini temanku mau main Ke rumah, temanin aku ya nanti tak Kenalkan sambil Bincangan-bincang masalah kemaren) ucap Ustad Rohim.

"Siap kang, iki aku langsung rono wae" (Siap kang, ini saya langsung kesitu saja) sambung Imin Selaku ketua RT.

"Ya wis ya tak tunggu, Assalamualaikum" (ya sudah saya tunggu ya) ucap Ustad Rohim.

"Sip kang, Waalaikumsalam" tutup imin.

Setelah mereka berdua menutup telfonya, ustad Rohim bergegas merapikan rumahnya untuk menerima tamu.
Selang beberapa Menit ketokan pintu rumah terdengar.

"Tok...tok..tok,... Assalamualaikum kang" yaa jelas itu suara Imin, suara yang khas pak RT yang Sangat bertanggung jawab ini.

Imin merupakan pak RT yang ustad Rohim kagumi karena kecekatanya mengurus masalah desanya.
Hampir semua kepentinga desanya Imin pikirkan.

"Waalaikumsalam Min, monggo mlebu" (silahkan masuk) jawab ustad Rohim.

"Iki wis tekan endi kang tamune" (ini sudah sampai mana kang tamunya) Tanya Imin.

"Kurang paham min, yo perkiraan Jam 11 an wis tekan kene" (kurang paham min, ya perkiraan jam 11 sudah sampai sini) sambung ustad Rohim.

"Tamu seko endi kang" (tamu dari mana kang) tanya Imin.

"Iki tamu Seko adoh, beliau Konco ku jaman nyantri, jaduge sing ora eram Min" (tamu dari jauh, beliau teman lama masa di pesantren, jadugnya tidak main-main min) jawab Ustad rohim.

"Iki ngeriii, aku kudu melu sinau ngko hahah" (ini ngeri, nanti saya harus belajar sama dia) ucap Imin
...

Malam Semakin malam.. Di sela-sela berbincangan mereka, tiba-tiba telepon ustad Rohim berdering, panggilan masuk dari Abah Sumarjo.

"Assalamualaikum min, saya sudah sampai di perempatan nih" ucap Abah Sumarjo.

"Wassalamu'alaikum bah, lah kok cepet banget" jawab Ustad Rohim.

"Cepet gundulmu, bokongku ini loh, sampe Pedas" Cletuk abah Sumarjo yang masih menyempatkan bercanda.

"Siap bah, ini saya susul bareng temen saya" sambung Ustad Rohim.

"Oke di Tunggu assalamualaikum"

"Waalaikumsalam bah" tutup ustad Rohim.

Ustad Rohim dan Imin segera bergegas ke perempatan untuk menyusul Abah Rohim. Sesampainya di perempatan, nampak mobil putih dengan 2 orang pengendara di dalamnya. 
Yaa jelas, di dalam mobil terlihat Abah Sumarjo bersama 1 satrinya sedang menunggu. Ustad Rohim dan Imin bergegas menghampirinya.

"Assalamualaikum bah jo... ini Rohim" ucap Rohim mengetuk kaca mobil Abah Sumarjo.

"Waalaikumsalam Subhanallah, baru saja mau aku telfon ulang, tiba-tiba udah sampe aja. Pake ilmu apa kamu" sambung abah Sumarjo.

"Hahah pake Ajian Gas pol Rem blong bah jahahah, aku tau abah ngga suka nunggu, makanya bahaya kalo telat bisa ngamuk hahahah" canda ustad Rohim.

"Jan candaanmu dari dulu engga berubah Min" sambung aba sumarjo.

"Wis ngobrolnya di rumah saja bah, udah tak siapin bebek dengkek" ucap rohim.

"Ngeriiii.. bebek dengkek beneran ga nih hahaha. Yaudah ayo" tanya Abah sumarjo sambil menyalakan mobilnya lagi.

Mereka melakukan Perjalanan menuju rumah ustad Rohim.
Setelah gang-gang kecil di lalui akhirnya mereka sampai di rumah ustad rohim.

"Jenggling" suara pintu mobil Abah Sumarjo yang dia tutup.

"Alhamdulillah sampe juga" ucap abah sumarjo.

"Monggo-monggo masuk bah" ucap ustad Rohim sembari gugup membuka pintu dan mempersilah abah Sumarjo masuk ke rumahnya.

"Assalamualaikum" ucap Abah Sumarjo.
"Waalaikumsalam monggo bah, agak berantakn ini rumahnya heheh" ucap Ustad Rohim.
"Halah sama aja min" sahut Abah sumarjo.

"Sugeng rawuh di gubug kecil saya bah, silakan bah, kang Pinarak"ucap usatd Rohim mempersilahkan duduk abah sumarjo dan satrinya.

"Alhamdulillah, bisa meluruskan encok hahah" sambung Abah sumarjo sambil duduk santai.

"Ini mau kopi dulu atau teh bah" tanya ustad Rohim.

"Air putih tapi anget dulu Min, lambunge biar nggak kaget haha" jawab Abah Rohim.

"Siaap lah, kang Imin kopi yaa" tanya usatd Rohim pada pak Rt.

"Boleh-boleh kang hehe" jawab Pak RT.

"Loh ini namanya kok sama, min min semua" tanya Abah Sumarjo.

"Ini bah tak kenalkan ini kang Imin, beliau Pak RT di Sini, kalo nama lengkap saya kan Rohimin, kalo pak RT iminanto heheh" jawab Ustad rohim.

"Oh pantes min min semua, sekarang aku manggil kamu Him nya aja ya, biar ngga Salah heheh" ucap abah sumarjo.

"Enggih bah, him untuk saya, min untuk pak RT" sambung ustad Rohim sambil berjalan menuju dapur.
...

Selang beberapa menit ustad Rohim keluar membawakan Minuman dan singkong goreng yang masih hangat.

"Wiihh special ini him" ucap abah Sumarjo.

"Sesajinya tak keluarin nih bah, kopi, teh, air putih tak bawa semua" cletuk ustad Rohim.

"Ngawur kamu him, aku pesanya Air putih kamu di keluarin semua hahah" Sambung abah Sumarjo.

"Aman bah, ini kopi lokal sini, di jamin Sedep, monggo bah" ucap ustad Rohim sembari menyuguhkan hidangan ke abah sumarjo.

"Wah cocok banget sama singkong gorengnya" sambung Abah sumarjo .
"Monggo-monggo pak RT. Kang monggo" ucap ustad rohim yang menawakan kembali Hidangan-nya.

"Ini satrinya jenengan ya bah" tanya ustad rohim.

"Iya him, 1 pesantren cuma dia yang berani perjalanan jauh, makanya tak ajak" jawab ustad Rohim.
...

Selain jadug Abah Sumarjo juga merupakan pengasuh di pesantren-nya, beliau memiliki 300 santri putra dan 400 santri putri di pesantren-nya.

"Loh pesantren di tinggal aman toh bah" tanya ustad Rohim.

"InsyaAllah aman him, gusnya yang Ngurus ini" jawab abah Sumarjo.

*Gus Merupakan Panggilan bagi anak kyai.

"Jan mantep tenan bah jo ini, anaknya udah besar besar" ucap Usatd Rohim.

"Ya Alhamdulliah bisa Bareng-bareng mengajarkan agama, kira-kira ada rencana apalagi ini him" sambung abah sumarjo.

"Ngoten bah, biasa Tikungan Banger.. kemaren-kemaren itu menghebohkan warga dan membahayakan warga, dalam beberapa tahun ini sudah memakan banyak korban" ucap Ustad Rohim.

"Tikungan Banger yang tadi kita lewati?" Tanya abah Sumarjo.

"Betul bah, di sana banyak terjadi kecelakaan padahal dulu aman-aman saja, tikungan-nya juga tidak terlalu tajam" jawab Ustad rohim.

"Owh pantes ya, tadi aku lewat situ bau bangkai menyengat, tak kira tempat pembuangan sampah, cuma aku agak curiga, soalnya tadi di sana sudah di sambut" ucap Abah Sumarjo sambil menganggukan kepala karena keheranan.

"Jadi saya dan Pak RT sempet curiga sama hal negatif, terus kita kemarin mengadakan doa bersama, nah waktu selesai 1 warga kerasukan di sana bah" Bincang ustad Rohim.

"Ada pesen dari yang krasukan gak him" tanya Abah Sumarjo.

"Kerasukanya banyak bah, gonta ganti, tapi yang terakhirnya ada yang minta tolong di slametin" jawab ustad Rohim.

"Yang kecelakaan banyak gak him" tanya abah sumarjo sembari menyebat rokonya.

"Hampir tiap tahun pasti ada bah, padahal sebelumya aman-aman saja, dulu 1 mobil nabrak batu di sana, lah kok setelah itu jadi keterusan" jawab Ustad Rohim.

"Kalo saya suudzon-nya ada yang masang Jala di sana Him" sambung abah sumarjo.

"Nah kemaren sebelum saya telfon abah, saya sempet nekad kesana sama pak Rt, dan hasilnya emang tidak main-main bah, disana sudah terlanjur banyak korban" ucap Ustad Rohim.

"Waduh ya itu him misal itu bener pasangan jika sudah terlanjur memakan banyak tumbal, agak sulit tuh" sambung Abah Sumarjo.

"Ini misal bener itu Rajah yang sengaja di tanam ya kita harus atur strategi him" ucap abah Sumarjo.

"Gimana tuh bah" tanya Ustad Rohim.

"Sebentar him, katanya Ada bebek dengkek hahaha" tanya Abah Sumarjo.

"Wahaha Astagfirullah, gih lupa bah, keasikan ngobrol, bentar ya, tadi sudah di siapin Sama istri, udah nggak anget pasti" jawab ustad Rohim.

"Hahah, ndak papa him yang penting nasinya anget haha. Ini kalo nggak makan dlu bahaya nggak fokus" canda Abah Sumarjo.

"Jan Bah Jo dari dulu nglawaknya engga ilang, enggak ada sombongya sama sekali, berani minta makan di rumah orang, gengsi dikit lah bah hahaha" sambung ustad rohim.
...

Setelah selesai makan dan sedikit bincang-bincang mereka melanjutkan untuk tidur sejenak.
Subuhpun tiba pak RT dan ustad Rohim nampaknya telat bangun subuh, namun berbeda dengan bah jo santrinya, beliau sudah absen terlebih dahulu ke mushola, bahkan menjadi imam di mushola desa ustad Rohim.
Nampak banyak warga setempat memandang abah Sumarjo karena keasinganya.
Setelah selesai melaksanakan sholat subuh Abah Jo iseng-iseng jalan-jalan ke Tikungan Banger.
Dan benar saja pagi hari saja auranya terasa sangat menyeramkan.

"Betul iz, disini ada Rajahnya" ucap Abah Sumarjo pada santrinya yang bernama muiz..

"Punten bah, itu pasangan dari orang ya" tanya muiz.

"Suudzonya ya bisa jadi, biasanya yang pasang model beginian itu orang yang melakukan pesugihan iz" jawab abah sumarjo.

"Duh kulo kok jadi Merinding bah" ucap Muiz.

"Aman Iz, rajah ini cuma memakan tumbal hanya pas bulan suro, kalo di hari-hari biasa aman" ucap abah sumarjo untuk menenangkan Muiz.

"Kok ada bah ya, orang yang kejam melakukan hal seperti itu demi harta" ucap Muiz.

"Ya begitulah manusia, kadang suka kurang bersyukur, dampaknya menjadikan sesorang serakah. Dirinya merasa kurang dengan yang sudah dimiliki alhasil melakukan hal negatif seperti ini" terang abah sumarjo.

"Astagfirullah" ucap muiz.

"Ya kamu kalo nanti sukses punya rejeki banyak jangan lupa sama yang memberi rizki, hidup susah itu cobaan, kaya raya juga cobaan iz, kadang seseorang di uji dengan kemiskinan, kadang juga di uji dengan hartanya Jangan sampai kamu mengejar harta dengan cara negatif sepeti ini. Di uji kemiskinan berarti kamu harus sabar, di uji kekayaan berati kamu harus bersyukur, jangan nanti kaya raya terus buat beli hal yang haram" 
terang abah sumarjo sembari mengingatkan santrinya.

"Iya bah, doakan kulo" sahut Muiz.

"Yok pulang ke ustad Rohim, kasian pasti dia mencari kita" ajak abah sumarjo.
...

Abah sumarjo kemabli ke rumah ustad Rohim dan benar saja ustad Rohim mencari Abah sumarjo sampai ke rumah-rumah warga.

"Assalamualaikum" ucap abah sumarjo sambil membuka pintu rumah ustad Rohim.

"Waalaikumsalam, Ya Allah tak Cari kemana-mana padahal, dari mana aja bah" tanya ustad Rohim.

"Lah kamu subuhanya kesiangan kasihan loh jamaahnya nungguin" terang abah sumarjo.

"Baru Kali ini bah, khilaf, sengaja biar bah jo yang ngimamin" sambung ustad Rohim.

"Dasar ustad ndableg" ucap Abah Sumarjo.

"Habis jalan-jalan dari mana bah" tanya ustad Rohim.

"Saya habis dari Tikungan Banger, bener-bener serem juga min, udah seperti kerajaan tuh tempat" jawab abah Sumarjo.

"Awal mulanya gimana bah" tanya Ustad rohim.

"Itu sepertinya memang ada yang pasang Him, itu kalo kita ambil rajahnya ya seperti kita ngambil sarang tawon, ibaratnya sudah seperti rumah mereka, banyak banget penghuninya" jawab abah Sumarjo.

"Astagfirullah ngeri juga ini, harus bisa ngatur strategi" ucap ustad Rohim.

"Strateginya ini kita harus pindahin anak buahnya dulu, disini ada tempat yang jauh dari warga tidak" tanya abah Sumarjo.

"Engga ada bah, rawan juga kalo di kampung, banyak orang-orang Petani disini" jawab ustad Rohim.

"Yaudah jalan satu-satunya kita bakar semua, cuma kita perlu tenaga ekstra, nanti 4 orang ini kita bareng-bareng kesana kita wirid disana bersama ustad Rohim, ustad Rohim sama saya yang mediasi ke mereka" ucap abah Sumarjo.

"Siap bah" jawab Ustad Rohim.

"Kamu lawan Anak buahnya saya yang Bosnya, pak Rt sama muiz Baca wiridnya, nanti habis duhur kita bikin benteng diri dulu" terang abah Sumarjo.

"Oke bah, pagi ini kita sarapan habis itu luangkan waktu untuk tidur" sambung Ustad Rohim.
...

Mereka mulai merebahkan tubunya dan pak RT menyempatkan untuk pulang terlebih dahulu.
Namun berbeda dengan Abah Sumarjo nampaknya Abah Sumarjo sedang melakukan Sebuah wirid dengan air putih di hadapnya, ya jelas itu senjata andalan abah sumarjo ketika berburu demit, air putih yang di wiridkan akan menjadi senjata bagi makhluk Ghoib.
...

Asdzan duhur berkumandang Mereka melakukan jamaah sholat duhur lalu di lanjut dengan wirid Khusus pada siang ini, iya ini merupakan wirid khusus untuk membentengi diri dari makhluk ghoib. Hampir ribuan wirid itu di lantunkan karna Abah tau bahaya yang akan di hadapinya. Air putih yang ada di hadapan Abah Sumarjo di berikan ke ustad Rohim, pak Rt dan Muiz, mereka meminum satu teguk dan membasuhkan ke seluruh wajahnya.

"Ini silahkan di minum, sebelum minum baca syahadat, istighfar, solawat tanpa nafas ya" ucap abah sumarjo.

Mereka melakukan perintah Abah Sumarjo satu persatu bergantian meminum air dari abah sumarjo.

"Nanti habis isya kita langsung ke lokasi, nanti setiap orang yang melihat situasi di usahakan jangan panik, tetap tenang dan ikuti intruksi" terang abah sumarjo.
...

Senja telah tiba sholat maghrib mereka laksanakan. Abah Sumarjo dan ustad Rohim melakukan wirid lebih lama dari biasanya, mereka melakukannya sampai waktu isya.
Setelah selesai mereka melakukan persiapan dan langsung pergi ke lokasi Tikungan Banger.

"Bismillah" ucap Abah Sumarjo sembari turun dari mobil setelah sampai lokasi.

Sepi benar-benar sepi, setelah beredarnya berita horor dan sering memakan korban, kini tikungan banger jarang di lewati saat malam hari, bahkan tak ada satupun yang berani melawi tikungan tersebut.

"Semua baca solawat ya, jangan sampai berhenti, di sini ramai sekali soalnya" terang abah sumarjo.

Mereka menuju ke batu hitam besar yang menjadi pusat perhatian abah Sumarjo.

"Astagfirullah, Ya Allah" tiba-tiba Muiz berteriak ketakuan Muiz menutup matanya sembari memegang Abah Sumarjo.

"Tenang iz, solawat terus pokonya, insyaallah aman. Biar kamu liat yang aslinya jangan hanya di tv hahah" canda Abah Sumarjo sembari menenangkan Muiz yang ketakutan karena baru pertama kali melihat wujud asli penghuni Tikungan Banger.

Mereka mulai melakukan wirid di sekitar batu Tikungan Banger.
Beberapa penampakan mulai bersliweran mengampiri mereka.
Hantu tanpa kepala menjadi penampakan tersering di sana.
Sedang khusuknya wirid tiba-tiba ada masalah dengan pak RT.

"Hueeek, Huueeek, Hueek" Pak RT muntah-muntah tanpa sebab.
"Astagfirullah ya Allah mambu opo iki" ucap pak RT.
"Sing tenang fokus solawat kabeh pokoke" terang Abah Sumarjo.

Abah sumarjo mulai mendeteksi keberadaan rajah yang di tanam seseorang di bawah batu tersebut, tidak dalam namun sulit mencabutnya.

Tangan abah Sumarjo meraba ke tanah yang di curugai terdapat Rajahnya, namun Abah Sumarjo kembali mundur. Duduk bersilah.

"Him siap-siap sebentar lagi mulai" perintah abah sumarjo pada rohim.

"Siap bah" jawab ustad Rohim.

"Pak RT sama Muiz baca solawat terus ya, misal melihat ada yang mau mendekat ke sini, pak Rt sam Muiz bisa langsung baca La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhimi, sebanyak banyaknya" terang abah sumarjo.

Ustad Rohim dan Abah Sumarjo sepertinya melakukan hal yang sama mereka duduk bersila tanpa ada gerakan sama sekali, ya benar Mereka memisahkan diri dari raganya.

Ustad Rohim dan Abah Sumarjo masuk ke istana batu Tersebut.

Usatd Rohim melawan ratusan demit yang ada di istana batu Tikungan Banger. Sementara Abah Sumarjo melawan raja dari Istana tersebut.

Nampak Ilmu putih beradu dengan ilmu hitam.

Nampak sangat Mudah ustad Rohim membakar semua anak buah dari istana tersebut. Pocong, manusia tanpa kepala, banas pati, gendurwo mudah saja di bakar oleh ustad Rohim.

Namun anehnya di istana tersebut nampak seorang kakek tua yang menjadi pengikut raja jin tersebut.

Mirip seperti mbah dukun, menggunakan blangkon dan memikul tas karung goni dengan Tongkatnya.

"Tak jaluk awakmu ora usah melu-melu" ucap kakek tua mengancam ustad Rohim.

"Awakmu sopo? Awakmu to sing gwe perkoro ning kene" jawab ustad Rohim.

"Koe ora perlu ngerti, nek awakmu melu-melu, koe kudu mati...!" Ucap kakek tersebut sambil melemparkan semacam keris ke arah ustad Rohim. Namu mudah saja ustad Rohim membakar keris tersebut.

"Kurang ajar, koe wani-wani karo pengusaha semawur, Rojo Demit Sealas iki" ucap kakek itu.

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close