PENDAKI YANG TERSESAT DI GUNUNG SALAK
Kisah ini terjadi di awal tahun 1970 di Gunung Salak. Keenam pendaki asal jakarta telah tiba dipuncak Gunung Salak jam 5 petang' yang mana mereka seharian penuh telah di laluinya dengan rintangan mendaki menyusuri rimba alas yang liar.
Agus usia 24. Anto 27. Yono 35. Ridwan 19. Maya 21. Tiara 18. Ya mereka berenam empat pria dan dua wanita yang berasal dari kota jakarta. Dari mereka berenam hanya Anto lah yang berpendidikan tinggi dari kelima rekan-rekannya itu, dan Anto lah yang hidup serba kecukupan baik dari materi hingga kedua orang tuanya yang penuh kasih sayang dari keluarga yang terhormat. Sementara ke lima rekan anto berpendidikan minim dan dari keluarga yang kurang mampu materi dan kurangnya kasih sayang kepada anaknya yaitu mereka'
Dan Anto seorang lah yang berpengalaman mendaki ke gunung bersama rekan sekampusnya dulu. Sementara dari rekan Anto baru inilah pengalaman pertama kalinya mereka mendaki gunung.
Rencana pendakian memang sudah lama di rencanakannya oleh Anto dan hari ini mereka telah tiba di puncak Gunung Salak dengan membawa cukup komplit peralatan persediaan camping serta makanan yang dikemasnya untuk beberapa hari kedepan sangatlah cukup.
Ketika berpijak di Puncak Gunung keenam dari mereka menatap alam sekitar penuh senang melihat awan berada dibawah mereka dan mengirup nafas dalam hembusan hawa sejuk. Keenam dari mereka saling menatap satu sama lainnya merasa puas dan terbayar oleh pendakian mereka yang mana seharian penuh ditempuhnya dengan susah payah mendaki dan menerobos rimba alas yang curam semak belukar.
Dan Anto memerintahkan kepada rekan lainya untuk segera membabat ilalang yang akan di dirikannya tenda mereka. Dan rekannya pun bergegas dengan cepat praktek mendirikan tenda yang mana di jakarta teorinya sudah dijelaskan oleh Anto, dan dalam pendakian Anto lah yang menjadi pemimpin regu camping sudah disepakatinya oleh kelima rekan Anto.
Puncak Gunung Salak tidaklah sama dengan puncak gunung-gunung lainnya yang mana di puncaknya curam dan berdinding tebing-tebing tinggi serta minimnya tempat dataran dan dipenuhi akar-akaran besar di datarannya, maka dari itu harus benar-benar tau posisi tempat yang akan didirikan tenda camping yang strategis nan datar.
Berdiri tegaklah sebuah tenda yang mereka dirikan sementara waktu sudah memasuki awal malam. Mereka penuh hangat didalam tenda memasak untuk makan malam pertamanya di puncak gunung. Beberapa menit setelah mereka makan malam, Anto meminta Maya dan Tiara untuk mengelar tikar didepan tenda mereka. Sementara ketiga rekan pria Anto mencari ranting-ranting kering disekitar wilayah tenda mereka untuk di jadikan api unggun. Malam yang sangat cerah penuh bintang bertaburan di langit gunung salak serta hawa sejuk, mereka sangat menikmati dengan riang suasana alam baru dimalam hari yang belum pernah dirasakannya oleh kelima rekan anto tersebut.
Yono memainkan gitar disaat api unggun telah menyalah menambah hangat keberadaan mereka di malam yang cerah. Dalam pertemanan mereka Yono lah yang unik dari segi prilaku dan penampilan serta dituakan oleh rekannya karna usia memang jauh diantara mereka. Tapi Yono dalam berteman tak pernah memandang usia tua muda... karna Yono mempunyai jiwa metal yang apa adanya serta dewasa dan pemberani.
Tanpa diketahui oleh ketiga teman pria Yono bahwasannya di jakarta Maya dan Tiara kekasih Yono. Antara Maya dan Tiara sudah saling mengerti akan cinta segitiga mereka yang ditutupi kepada ketiga rekan Yono. Maya dan Tiara sangat menyayangi Yono yang rela membagi kasih walaupun hati mereka mengingginkan keutuhan tapi cerita kehidupan didalam percintaan Maya dan Tiara sudah diambil resiko akan pahitnya.
Beda tempat beda pula ceritanya... justru dalam pendakian ke gunung salak Anto berpacaran dengan Maya dan Ridwan dengan Tiara. Agus dan Yono seolah jomblo dalam pendakian ke gunung salak. Realitanya Maya dan Tiara sangatlah mengingginkan dengan Yono tapi semua untuk menutupi rahasia cinta segitiga mereka terpaksa bersandiwara demi menjaga perasaan sahabatnya masing-masing mereka rela membohongi perasaan dirinya sendiri semata karna cinta yang tak wajar antara Maya & Tiara kepada Yono.
Gitar yang Yono pegang kini dikasihnya ke Agus untuk menyanyikan tembang lagu yang biasa mereka nyanyikan di jakarta. Yono jemu melihat kekasihnya bercengkrama oleh temanya. Dan tiba-tiba Yono berteriak dengan sangat kerasnya memanggil hujan, petir dan badai. Sementara suasana di sekeliling mereka sangatlah cerah itu hanya teriakan Yono membuang rasa dilema yang tersembunyinya memaki amarah dengan kiasan.
Semangkin malam semangkin dingin Anto dan Ridwan semakin memaksa mengikuti nafsu cengkrama yang telah melewati batas kewajaran di depan rekannya. Dengan seketika Anto dan Ridwan di makinya oleh Yono dengan kata-kata kasar hingga suasana menjadi tegang... tetapi Anto dan Ridwan sadar merasa sudah berbuat salah bercumbu dihadapan temannya lalu mereka segera minta maaf kepada Yono dan Agus dalam situasi yang tegang lalu Yono pun segera memaafkan mereka dengan satu catatan jangan mengulanginya dihadapan rekannya dalam bercumbu... Anto dan Ridwan pun berjanji untuk tidak mengulanginya atas perbuatan yang tak terpuji itu. Maya dan Tiara tidak bisa berkata apa-apa hanya menutupi sandiwaranya yang diperankan oleh situasi dan keadaan.
Jam di pergelangan Anto sudah menunjukan 23:00 dan hanya Anto seoranglah yang memiliki perhiasan Arloji ditahun tersebut, dan merekapun kembali masuk kedalam tenda yang mana masalah yang sempat menegang tadi sudah clear tanpa masalah dan sudah kondusif kembali. Beberapa menit didalam tenda Anto, Yono dan Ridwan terlelap pulas karna letih seharian dalam perjalanan, berbeda dengan Agus, Maya dan Tiara justru mereka bertiga tidak bisa tidur dan mengobrol tentang kehidupannya masing-masing.
Waktu semakin larut malam, namun ketiga dari mereka masih tidak terkantuk sedikitpun, justru yang ada mereka merasa waktu masih seperti sore hari... hingga waktu menjelang subuh barulah Maya merebahkan dirinya dimatras tenda dan disusul kedua rekannya untuk merebahkan badan mereka, beberapa menit rebahan terlelaplah mereka semua didalam tenda tanpa satupun yang terjaga.
Guliran waktu dengan sangat cepatnya matahari sudah mulai menyingsingkan cahaya ketenda mereka telah menampakan kehadirannya di alam semesta di pagi yang cerah nan indah. Anto dan Ridwan terbangun yang mana mereka sudah tidur sangat puas dari semalaman, Lalu Anto keluar tenda bersama Ridwan menahan buang air kecil kebelakang tenda dan Yono pun terbangun dari tidurnya karna mendengar suara orang tertawa dibalik tenda yaitu temannya sendiri si Anto dan Ridwan. Lalu mereka bertiga membuat kopi pagi didalam tenda dengan membuka pintu tenda dengan sangat lebarnya hawa dingin sejuk menambah segar suasana mereka bertiga, sementara ketiga rekannya yang baru tertidur subuh masih meringkuk pulas. Lalu mereka bertiga kembali mengelar tikar didepan tenda mereka, alangkah terkesimanya mereka melihat jurang-jurang terjal dihadapan mereka dengan sangat jelas tanpa tertutup oleh awan mereka dapat melihat dataran rendah dalam ketinggian yang sangat dalam. Dan disekitar keberadaan mereka lebat dengan pohon-pohon yang mereka belum pernah lihat sebelumnya, bunga-bunga pun mewarnai sekitar tenda mereka' tak henti kicauan burung bersuara riang penuh dengan kicauan.
Dari tempat keberadaan mereka sebelah barat maupun timur terdapat tebing-tebing tinggi yang datar curam bagaikan dinding yang sangat tinggi. Ridwan memetik beberapa tangkai bunga yang sangat indah, sebelumnya belum pernah mereka melihat bunga-bunga di pucuk puncak yang berwarna warni. Anto berjalan perlahan kearah barat dan di ikuti oleh kedua rekanya itu tanpa menutup pintu tenda mereka yang terbuka lebar. Baru beberapa puluh langkah ke arah barat mereka melihat bukit disebelah barat yang sangat mengaggumkan penuh dengan juntaian bunga-bunga yang merekah indah seperi taman bunga' dan mereka bertiga tertarik untuk datang kebukit sebelah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tenda mereka. Setibanya di bukit bagian barat mereka dengan jelas melihat warna warni bunga yg rupa-rupa bentuk dari yang terkecil hingga yang terbesar mewarnai disekeliling mereka. Ada satu keanehan yang mereka lihat bertiga di sebelah bukit bagian barat dari tempat mereka yang saat ini mereka pijak, justru mereka melihat kehijauan yang tampak seperti sampah di bukit bagian seberang. Yono dan Anto penasaran untuk datang ketempat itu... tapi Ridwan menginginkan kembali ketendanya, baru saja Ridwan ingin mengajak sahabatnya kembali ketenda, Anto lebih dulu mengajak Ridwan untuk ikut ke bukit bagian barat sebelahnya begitupun Yono sangat penasaran dengan apa yang mereka lihat dari kejauhan membuat perasaan dirinya tertarik untuk datang kebukit barat dari tempat keberadaan mereka.
Dibukit sebelah barat yang mereka lihat tampak oleh mata tidaklah jauh akan tetapi apabila ditelusuri butuh waktu dan lumayan sangat jauh. Mereka sepakat mengambil keputusan untuk datang kebukit bagian barat untuk memastikan apa yang terjadi... Mereka berjalan di pereng gunung yang bagian pipihnya tipis beberapa menit mereka membuka jalan yang mana banyak ranting tumbuhan serabut yang menghalangi mereka. Selewatnya mereka melalui pereng gunung kini terkendala oleh jalan yang mendatar curam tanpa ada jalan lain lagi yang harus dilalui... nampak terlihat seperti pesawat jatuh yang menghantam tebing itu. Tapi mereka harus merambat-rambat di akar-akar besar yang berada di dinding tebing apabila ingin tiba dengan apa yang mereka lihat.
Yono yang pemberani jalan merayap bergelantungan di akar-akar besar yang menempel di dinding tebing lalu di susulnya oleh Anto dibelakang Yono, Ridwan terperangah melihat kedua rekannya bergelantungan bebas yang dimana dibawahnya jurang yang dalam. Otomatis Ridwan memberanikan diri karna akar-akar tersebut berukuran besar dapat dipijak dari batang satu ke batang lainnya... dengan tidak tergesa gesa mereka berjalan merambat penuh waspada tanpa melihat kebawah.
Kiranya setengah perjalanan dari bukit barat yang awal dan kini mereka di bukit barat ke dua mereka heran karna belum sampai ketujuan... karna terlihat dari bukit barat awal nampak seperti dekat. Sudah hampir 20 menit mereka meramban bertahap diakar tetapi belum juga sampai, dan mereka istirahat sejenak di akar tersebut' sekiranya sudah cukup untuk beristirahat mereka lalu meneruskan rambatan demi rambatan dan mereka terus berjalan maju memakan waktu 5 menit kedepan dari istirahatnya tadi... sampailah mereka di tempat tujuan yaitu bukit barat kedua dan sudah menemui jalan datar untuk berpijak yang telah melalui akar-akar besar.
Dan kini mereka harus sedikit berjalan mendaki untuk sampai ketempat tujuan yang penuh dengan semak belukar rumput hutan rimba. Semakin mendekati tempat itu... semakin penasaran dan semakin bergegas ketempat tujuan lalu nampaklah satu orang tentara berseragam komplit dengan atributnya terkapar wajah serta anggota tubuhnya sudah mulai membiru dipastikan benar bahwasannya pesawat jatuh. Dan ketiga pendaki itu sangat merasa takut melihat di sekeliling mereka puing pesawat yang hancur, serta jenazah tentara di pastikan jumlah keseluruhannya ada 8 orang tentara. Pesawat jatuh tidak terbakar, dapat terlihat karna tidak adanya yang gosong baik dari jenazah maupun isi pesawat kursi serta kabin hanya saja sudah hancur dan menyisakan buntut sayap belakang pesawat.
Mereka bertiga menduga kuat bahwasannya pesawat jatuh sebelum mereka tiba di puncak gunung salak. Pasalnya mereka tak mendengar suara benda keras jatuh setelah mendirikan tenda. Sementara itu di berita tv telah tersiar adanya liputan tentang pesawat jatuh di puncak gunung salak. Hanya saja tim penyelamat butuh kordinasi dan rapat genting sebelum mendaki puncak gunung salak, ditahun tersebut sulitnya mobilisasi serta tenaga forensik sangatlah minim. Maka dari itu mereka harus matang akan kekompakan selama penyelamatan, ditambah medan gunung salak sangatlah rumit yang mana harus membuka jalan ditahun tersebut. Tim penyelamat tau betul bahwasannya gunung salak itu angker dan berkabut pekat. Hingga beberapa tim penyelamat mengundurkan diri dari pekerjaannya karna gaji yang tak sesuai nyawa taruhannya.
Kembali dengan ketiga pendaki yang binggung dan cemas serta gemetar melihat dilema di sekeliling mereka lalu mereka untuk memutuskan kembali ketenda, untuk memberi tau rekannya tentang adanya pesawat jatuh.
Langit yang cerah di pagi hari kiranya jam 9 dengan secara tiba-tiba berubah 100° menjadi kelam hitam pekat' suara burung tak satupun yang bersuara. Justru mereka mendengar suara gemuruh yang akan menghampiri mereka. Mereka melihat keatas langit bagaikan waktu magrib gelap kelam dan tanpa aba-aba dengan seketika... suara petir mengelegar dengan sangat kerasnya membuat nyali mereka drop total ditempat itu. Gerimis halus pun turun setelah petir mengelegar, mereka bergegas memutuskan kembali ketenda. Baru saja ingin turun kearah bawah... petir kembali mengelegar memecahkan konsentrasi mereka untuk kembali ketenda, tidak ada tempat berteduh lain selain tenda mereka. Dan mereka berlari tunggang langgang kebawah ke arah rambatan akar.
Sial bagi Yono kakinya terbentur patahan batang pohon hingga membuatnya terjatuh dan terkilir kaki dan tangannya. Ridwan dan Anto sudah sampai di akar tersebut, tapi belum melihat Yono, otomatis mereka menunggu Yono dan meneriaki nama Yono. Yono pun dengan sangat susah payah untuk menyusuri jalan kebawah karna luka di kakinya membuat tidak bisa berlari, berjalan saja butuh tahap menyeret kakinya untuk terus bergerak maju.
Petir ketiga melebihi kerasnya suara dari suara petir sebelumnya dan dengan seketika hujan turun ditempat itu, dan nampaklah Yono oleh mereka dengan berjalan tertatih-tatih kesakitan. Tiga diantara mereka dalam situasi yang sangat pelik Ridwan teramat panik hingga ingin lekas sampai tenda, setelah mereka bertiga berada diawal akar tersebut mereka memutuskan untuk merambat diakar tersebut walaupun dalam kondisi keadaan hujan. Kepanikan Ridwan dengan sangat cepatnya merambat diakar tersebut dengan sangat lincahnya mengarah ketenda mereka, dan disusul oleh Anto yang terkejut melihat ridwan tergesa-gesa. Anto pun mengejar Ridwan dalam rambatan di akar tersebut dan kembali petir mengelegar hingga memekakkan pendengaran mereka. Yono baru beberapa langkah dalam rambatanya untuk memutuskan kembali ke dataran karna Yono tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan rambatan, Yono berteriak dengan sangat keras kepada kedua rekannya itu agar kembali kepada posisi Yono. Teriakanya yang sia-sia tanpa terdengar oleh kedua rekannya itu, Ridwan yang panik membuat Anto terbawa dalam situasi kepanikan dan Anto memerintahkan untuk Ridwan berhenti dalam rambatannya sebab dimata Anto si Yono juga belum dapat terlihat olehnya.
Kini Anto dan Ridwan sudah sepertengah jalan dalam rambatannya itu, sementara ditunggunya Yono tak juga terlihat olehnya... hujan bertambah lebat serta angin kencang mengarah kemereka hingga membuat mata mereka perih oleh sabetan air hujan yang begitu deras. Mereka mencoba menghalangi dirinya diakar besar dari pecutan hujan angin, akan tetapi tak mampu karna angin dari segala arah memutar menuju dinding tebing yang ditumbuhi akar-akar besar itu. Hujan deras pun sudah satu jam lebih berlalu tapi hujan dan angin tak sedikitpun menunjukan akan berhentinya.
Dan sangat buruknya lagi keadaan ditempat itu kabut pekat pun menyelimuti area itu yang mana membuat Anto dan Ridwan terpaku menahan badai yang menerpanya. Kabut super pekat dikarenakan awal hujan di bulan november yang mana beberapa waktu sempat kemarau panjang, dan inilah hujan pertamanya dipuncak gunung salak. Kesalahan sedikit saja membaca siklus alam akan berdampak buruk ditempat yang tidak semestinya... berbeda apabila di bulan Desember yang mana sudah akhir musim hujan yang pasti siklus akan meredam tanpa berkecamuk.
Begitu juga Agus dan kedua wanita yang berada ditenda... tenda mereka tertiup angin dengan sangat kerasnya hingga membuat penyangga dan slub yang ditancapnya ketanah terlepas tercabut oleh dorongan angin, yang mana didalam tenda mereka bertiga ketakutan yang teramat ditempat keadaan yang salah. Mereka bertiga dalam keadaan meringkuk didalam tenda yang terhempas hempas oleh kebasan angin Maya dan Tiara berpelukan dan menangis Agus memeluk tas ransel yang mereka bawa. Mereka didalam tenda dapat selamat dari hempasan air hujan dan angin dikarenakan Anto memasang pengait tenda bagian belakang disimpulkan ke akar yang berada ditempat itu... sementara pasak didepannya sudah tercabut, andai saja pengait tidak dipasang di akar yang pasti tenda akan terbawa oleh hempasan angin besar.
Sudah hampir 3 jam lamanya Anto dan Ridwan bertahan dengan adanya terpaan badai yang menderanya. Barulah hujan dan angin berhenti, serta pemandangan sekitar dapat terlihat walaupun langit masih mendung. Sangatlah kedinginan Anto dan Ridwan yang telah berjam jam dengan pakaian yang basah kuyup di puncak gunung salak. Anto perlahan membuka suara mengatakan kepada ridwan agar untuk segera kembali melanjutkan perjalanannya... Ridwan mencoba melangkah akan tetapi raganya merasa kaku, telapak tangannya pun tidak dapat terbuka yang mana masih mengepal akar dengan sangat kerasnya. Dan lagi Anto meminta kepada Ridwan agat segera melanjutkan perjalanannya... Ridwan yang mendengar ucapam dari Anto dengan sekuat tenaga Ridwan membuka genggamannya dari batang akar yang digenggamnya yang sudah 3 jam lebih di genggamnya itu.
Mungin ini yang di sebut ajal... ketika Ridwan melepaskan genggamannya dari batang itu justu batang sebelahnya tidak dapat digenggam olehnya. Otomatis badannya melayang kebelakang, Anto dengan sangat jelas melihat sahabatnya terhempas jatuh kedasar jurang yang sangat dalam. Anto mendapat dilema tekanan baru dalam hidupnya yang mana berada ditempat yang salah, pikiran Anto dan rasa takut Anto bertambah setelah menyaksikan sahabatnya itu tewas secara tak wajar.
Anto mencoba dengan kuat membuang fikiran buruknya untuk sampai ditendanya, akan tetapi telapak tangan Anto sama dengan sahabatnya itu yang mana tidak dapat terbuka. Anto berusaha mencoba dengan rileks agar dirinya itu tidak panik. Dan Anto mengerakan pemanasan tubuhnya terlebih dahulu sebelum dalam rambatannya itu dimulai, dan berhasil Anto dapat membuka telapak tangannya dan dapat menggenggam batang disebelahnya. Dengan sangat hati-hati pelan tapi pasti... diri Anto sudah mulai bergerak kearah tenda. Dan sudah mulai gesit seluruh tubuhnya dan lagi lagi mungkin ini juga yang disebut ajal... ketika beberapa meter lagi sampai di bukit yang penuh bunga, Anto sudah tak sabar ingin cepat sampai tenda. Langkah anto dalam pijakan terlalu jauh hingga melewati pijakan akar yang mana semestinya dipijak.... terpeleset dengan keras serta hidung bagian wajah menghantam keras keakar besar itu, sementara telapak tangannya sedang dalam keadaan membuka ingin meraih akar disebelahnya otomatis Anto pun turut terjatuh kedasar jurang yang sangat terjal dengan bebatuan besar dibawahnya.
Yono yang terluka berada dibukit tragedi pesawat jatuh itu justru bertemu dengan seorang perempuan yang perkiraanya usia 50 tahun. Alangkah kagetnya Yono bertemu ibu itu ditengah hutan... dan Yono menceritakan kepada ibu tersebut bahwasannya ada pesawat jatuh di tebing sebelah atas dari keberadaannya. Ibu itu mendengar cerita dari Yono seolah tak sedikitpun menunjukan rasa kaget, ibu itu memetik dedaun dengan 4 jenis tumbuhan lalu di kunyahnya dan membaluri luka yang ada dikaki Yono dengan tumbuhan yang di ramu alami itu.
Yono banyak bertanya kepada ibu yang ditemuinya itu. Tapi si ibu tak banyak bersuara kepada Yono. Beberapa menit saja kaki Yono di obati secara alami, kini Yono tak merasakan sakit apapun... perihnya hilang dan linunya hilang. Yono berterimakasih kepada ibu itu yang telah mengobati dirinya dengan herbal yang sangat tepat dan manjur.
Lalu Yono diajak kerumah ibu itu yang berada tak jauh dari tempat itu. Yono sedia untuk kerumah ibu itu untuk menghangatkan dirinya yang mana beberapa jam lamanya mandi hujan yang cukup deras. Sesampainya rumah ibu itu ternyata ibu tersebut hidup seorang diri di dalam hutan. Rumah gubuk yang sangat sederhana dengan atap jerami tumbuhan dan berdinding kayu batang pohon menambah ketenangan keberadaannya ditempat itu. Gubuk dengan ukuran sedang tidak kecil dan tidak pula besar, menjadikan dirinya hangat ditempat si ibu. Dan si ibu menyuguhkan air hangat di kendi ukuran besar didalamnya dimasukan dedaunan kering lalu di isinya dengan air Yono disuruh mandinya dengan air tersebut... Yono merasa aneh ditempat ibu tersebut namun Yono mencoba membuang fikiran anehnya itu dan segera mandi.
Si ibu menyiapkan beberapa makanan, setelah Yono selesai mandi Yono dikagetkan kembali dengan apa yang dilihatnya di suguhkan makanan beberapa jenis rupa lauk yang mana lebih banyak daging. Yono kembali menanyakan penasarannya itu, dari mana ibu dapat lauk-lauk daging di dalam hutan seperti ini... ibu itu menjawab dengan simpel bahwasannya ada yang antar. Lalu Yono disuruhnya makan, Yono yang lapar memakan dengan lahap dalam keadaan dingin tubuhnya. Setelah Yono makan lalu Yono menjelaskan kepada ibu itu bahwa Yono ada rekannya ditenda yang mereka singgahi. Lagi-lagi ibu itu hanya menjawab Simpel... cuma ada satu orang disana perempuan yang akan menjadi istrimu Yono. Dan Yono terbinggung dengan ucapa-ucapan dari ibu tersebut. Sebelum Yono berpamitan untuk kembali ketendanya... Yono bertanya kembali kepada ibu itu. Apakah ibu telah melihat pesawat jatuh dibelakang gubuknya yang berada diatas dengan adanya tentara telah tewas...
Ibu menjawab dengan simpel kembali... itu semua anak-anak ibu telah selesai dalam tugas dari tempat konflik ucap dari ibu. Yono tidak mengerti maksud ucapan dari ibu tersebut.... dan Yono berpamitan untuk kembali ketendanya yang dimana temannya pasti menunggu keberadaan Yono. Ibu itu tidak mengijinkan Yono kembali ketenda sore hari, ibu itu mengatakan apabila besok pagi silahkan kembali ketenda... ibu itu mengatakan dengan sangat yakinnya bahwa sebentar lagi akan Hujan deras disertai petir.
Namun Yono tak memperdulikan ucapan ibu tersebut. Yono pamit kepada ibu untuk segera kembali ketendanya, dan Yono meninggalkan gubuk dan ibu tersebut. Yono berjalan dengan kaki yang sudah tidak sakit, luka yang cukup serius tapi cepat sembuh Yono pun merasa heran dengan rempah yang ibu itu ramu. Sesampainya di akar besar itu kembali dikagetkan oleh petir yang sangat kencangnya hingga telingga Yono mendenggung lalu disertainya turun hujan deras.... Yono dengan segera mengambil keputusan untuk kembali kegubuk ibu tersebut dan berlari diatas hujan. Sesampainya di gubuk, si ibu masih menunggu di depan pintu rumah gubuk itu, Yono melihat ibu tersebut berlinang air mata.... Yono meminta maaf atas dirinya yang tidak mendengarkan permohonan dari ibu.
Ibu mengapa menangis tanya Yono.... ibu tidak menjawab, lalu ibu meminta untuk Yono masuk kedalam rumah gubuknya itu. Hujan pun diluar sangat deras dan suara petir menggelegar bersaut sautan. Yono merasa nyaman dalam berlindung dari hujan di tempat ibu itu, tapi Yono merasa tidak nyaman yang aneh akan dilema pesawat dan jenazah yang berada di belakang rumah gubuk ibu.
Ibu membuka ucapan kepada Yono agar dirinya bermalam di gubuknya agar terhindar dari hujan dan badai, dan Yono didalam hatinya memendam perasaan bertanya-tanya tentang keberadaan si ibu... hanya saja si ibu tidak mau menjawab pertanyaan dari Yono. Ibu hanya meminta kepada Yono agar hidup jujur kepada diri sendiri, dan tidak perlu cari tau tentang orang lain dan tidak perlu bangga kepada siapapun. Ucapan Ibu semangkin malam semangkin banyak suara... sementara Yono lebih banyak diam dan mendengarkan ucapan dari ibu tersebut.
Yono mencoba membuang jauh-jauh fikiran negatifnya kepada ibu tersebut... semakin Yono berfikiran positif justru semangkin banyak benarnya ucapan dari ibu yang Yono dengar. Bahkan si ibu tau asal usul kehidupan Yono dari lahir... dan kacaunya lagi Yono mendengar dari ucapan ibu bahwasannya hanya orang-orang yang bertakwa yang yakin akan alam smesta menjaga kerukunan didalamnya yang penuh setia' yang artinya orang-orang beriman tidak akan pernah bisa untuk mati sampai akhir zaman akan tetap hidup. Yono di bukanya cakra arti hidup sejati menjadi manusia bermoral tinggi dan berakhlak mulia oleh ibu tersebut' lalu ibu mengatakan diri Yono akan hidup kaya raya dengan syarat nikahan perempuan bertubuh kecil yang ada ditendanya, Yono langsung berfikiran Tiara. Sementara cinta Yono lebih kuat ke Maya dari pada Tiara... Yono hanya dapat mendengarkan ucapan dari ibu selagi dirinya berada di gubuk miliknya sembari mengharap untuk segera datangnya pagi hari.
Keberadaan Yono semakin nyaman mendengar banyaknya nasehat yang mana nasehat itu belum pernah Yono dengar sebelumnya dari siapapun. Kajian-kajian Hikmah dengan mudahnya Yono dapat menyerap tentang kebaikan yang telah tercipta sempurna, tidak cukup sampai disitu saja.... Ibu memberi sabuk berbentuk selendang kecil kepada Yono. Selendang kecil itu di amanahkan agar selalu di pakai apabila berpergian datang ke gunung maupun kelaut bukan untuk dipercaya kekuatan magis maupun unsur lain... akan tetapi itulah amanah ibu misterius tersebut kepada Yono.
Yono pun terkantuk dan tertidur pulas setelah menerima selendang ukuran kecil tersebut. Waktu bagaikan angin dengan sangat cepatnya pagi yang dinanti telah tiba dengan alam yang cerah ceria matahari bersinar terang. Yono sudah disuguhkan dengan sarapan pagi yang berada ditempat tersebut, setelah Yono bercuci muka... si ibu di cari dan di panggil-panggilnnya tidak ada ditempatnya. Yono yang menanti ibu untuk segera pamitan justru malah menunda keberangkatannya dan menanti si ibu datang. Sarapan pagi di hadapannya tanpa ada sipemilik rumah, Yono santapnya karna Yono tau sarapan itu untuk dirinya menanti ibu sudah hampir menjelang siang tak nampak olehnya. Beberapa menit setelah sarapan Yono sudah tak sabar untuk segera ketendanya, Yono berfikir apabila tidak pamit merasa sangat tidak sopan. Lalu Yono mematok waktu untuk menunggu kedatangan ibu... satu jam kedepan akan Yono tunggu, fikiran Yono mungkin ibu mencari kebutuhan untuk didalam rumah pergi ke hutan, sementara keberadaannya ada ditengah hutan.
Waktu yang telah di patok oleh Yono telah berlalu, dan Yono memutuskan kembali ketenda tanpa pamit kepada ibu pemilik gubuk. Yono dengan hati sedih keluar dari gubuk itu dirinya merasa tidak akan mungkin bisa bertemu lagi dengan orang yang seperti ibu. Rasa kacau dihati Yono tentang jenazah di area pesawat sudah tidak ia pedulikan lagi. Yono dengan tekad mantap meninggalkan gubuk itu tanpa pamit....
Ketika Yono sudah hampir sampai di akar-akar besar itu... Yono terkaget seperti hari kemarin ditempat itu bertemu ibu, dan ternyata ibu berada ditempat yang mana Yono awal bertemu dengan ibu. Yono kesal dan mengatakan ibu ngapain disini... Yono menanti ibu di gubuk ibu tak kunjung datang. Yono mau kembali ketenda yang mana temannya menanti, ibu tanpa ada suara sedikitpun tapi wajah ibu terlihat oleh Yono bahwa ibu menangis haru bangga entah tentang apa... Lalu Yono salaman mencium tangan ibu untuk pamit ketendanya, dan sebaliknya ibu turut mencium tangan Yono dan ibu berkata kepada Yono dengan kata-kata terakhirnya... Yono jujurlah menjadi manusia.
Cuma itu kata terakhir tidak ada yang lainnya.
Yono sebelum berpegang keakar batang besar itu Yono melihat wajah ibu yang terakhir kalinya dengan menganggukan kepalanya. Setelah itu Yono bergegas tanpa melihat kebelakang lagi. Yono tekad kuat kembali ketenda untuk menemui sahabatnya. Berjalan dalam rambatan dengan sangat cepat sudah tidak memperdulikan apapun, yang Yono tau agar segera dirinya lekas berada ditenda. Berpuluh menit telah berlalu dalam rambatan yang penuh beresiko, yang tanpa diketahui olehnya dua sahabatnya itu tewas secara mengenaskan di tempat itu. dan akhirnya Yono selamat melalui tempat yang bukan semestinya, kini Yono sudah berpijak di bukit berbunga tempat kemarin, sesampainya dibukit berbunga hati Yono menginggat akan semua kebaikan ibu yang diberikan kepadanya hingga Yono tak sadar meneteskan air mata di bukit berbunga. Perasaan Yono orang yang baru dikenalnya itu terlalu baik kepadanya bagaikan keluarga harmonis yang penuh hangat dalam satu rumah.
Yono berlari dibukit berbunga melewati semak tanpa satu pun anggota tubuhnya yang terluka bak kebal dengan menerobos tumbuh-tumbuhan yang tajam apabila tersayat. Seketika keberadaan dirinya di depan tenda, Yono melihat semua sudah porak poranda tanpa ada seorangpun yang Yono lihat... Yono menarik nafas dengan dalam dan memperhatikan disekelilingnya. Tenda parasut bergerak tanpa adanya angin dan Yono pastikan dibawah tenda yang sudah terlepas dari pasaknya... ternyata tubuh mungil Tiara meringkuk dalam keadaan pingsan. Digenggamnya bahu Tiara oleh Yono dengan seketika Tiara terbangun dan menjerit dengan sangat kerasnya disertai dirinya kembali pingsan tak sadarkan diri. Yono membangunkan Tiara dengan segala caranya, tetapi belum juga siuman. Tenda yang porak poranda kini di dirikannya kembali oleh Yono peralatan serta kebutuhan pangan sebagian sudah hilang terhempas angin, hanya sedikit yang tersisa itu pun ditemukan beberapa meter dari tenda mereka. Yono sangat penasaran tentang keberadaan temannya yang lainnya entah berada dimana.... saksi kunci adalah Tiara yang kini terbaring pingsan.
Setelah tenda kembali terpasang Yono sadar tidak akan mungkin untuk turun gunung menjelang sore, Yono mencari beberapa korek zippo mancis yang terselip di tas maupun yang dekat dengan pengapian turut dicarinya setelah badai memporak porandakannya. Dan dapatlah korek tersebut untuk persiapan malamnya nanti. Siang yang sangat cerah panas beberapa potongan kain selimut dengan keadaan kotor dijemurnya oleh Yono didepan tenda, karna Yono yakin untuk memutuskan nginap semalaman ini dan paginya akan turun untuk meminta bantuan kewarga. Tiara mendesis mengatakan haus dan sudah mulai siuman, persediaan air di derigen masih utuh berada dilokasi tenda. Dan Yono yang sedari tadi cemas akan Tiara yang pingsan, kini Yono dengan berwajah ceria setelah melihat mata Tiara terbuka. Lalu Yono memberi minum Tiara yang wajahnya pucat serta ketakutan.
Dalam beberapa menit Tiara masih terdiam dan mencoba untuk terbangun dari posisi tergeletak pingsannya itu, dan dapat terlihat oleh Yono mata Tiara seperti habis melihat sesuatu yang sangat mengerikan. Tiara melihat situasi di sekelilingnya yang mana terdapat Yono yang kini berada dihadapannya. Langsung saja dalam posisi duduknya Tiara memeluk Yono dengan sangat eratnya, bahkan seolah pelukan itu tak ingin dilepasnya. Yono yang sesak terpeluk dengan erat oleh Tiara mencoba menenangkan Tiara agar dapat bercerita bahwasannya apa yang telah terjadi di tendanya itu. Setelah pelukan di bahu Yono terlepas Tiara tetap memeluk tangan Yono seolah seperti tak ingin ditinggal lagi olehnya. Yono terus menenangkan Tiara agar dapat bercerita tentang dilema apa yang telah terjadi ditenda.... beberapa menit menunggu Tiara tenang barulah Yono mendengar cerita secara perlahan dengan apa yang Tiara ungkapkan.
Tiara bercerita dengan rasa ketakutan dan air matanya mengaliri pipinya disaat Tiara mencoba mengingat.... dalam ungkapan Tiara, angin Kencang memporak-porandakan tendanya pagi hari kemarin lalu hujan mulai reda siangnya dan mereka bertiga mendirikan tenda kembali, menunggu kehadiran ketiga rekannya hingga sore hari yang tak kunjung datang mereka binggung harus mencari kemana dan berbuat apa... disaat dalam situasi binggung sore hari kemarin yang terjadi angin dan hujan datang kembali dengan sangat derasnya. Hingga membuat tenda mereka kembali berantakan dan hujan pun hingga malam, pakaian mereka bertiga basah serta kedinginan yang teramat sangat. Agus mencari lampu badai lentera tenda yang sempat terhempas. Dalam kegelapan disaat hujan reda malam hari lampu kembali ditemukan, pakaian mereka basah mau salin pakaian yang berada di tas mereka juga basah semua... mereka memeras baju yang basah dan kembali di pakainya dengan keadaan lembab lepek. Otomatis tubuh mereka kedinginan dimalam harinya, mereka bertiga mendekati lentera untuk menghangatkan dirinya masing-masing Maya kesurupan menikam Agus dengan pisau masak yang berada ditenda berkali kali Agus tertusuk dipunggung dan dadanya hingga tewas bersimbah darah didepan lentera... Tiara yang sadar bahwa Maya kesurupan karna Tiara melihat tenaga Maya tidak sewajarnya. Tiara saking takutnya terjatuh duduk dan tak dapat terbangun menyaksikan prilaku Maya yang sangat sadis dan beringgas dan tak cukup sampai disitu saja. Tubuh Agus di angkatnya dan di jatuhkan kedalam jurang yang berada didepan tenda mereka.
Dalam gemetarannya Tiara yang benar-benar sangat ketakutan dengan temannya itu namun Tiara tak dapat memejamkan mata, justru semua apa yang telah terjadi dihadapannya dilihatnya tanpa terlewat dari seluruh pandangannya itu. Maya dengan berwajah menyeramkan duduk dihadapan Tiara... lalu Maya melihat mata Tiara dengan sangat tajam, Tiara tak berani melihat mata Maya akan tetapi Maya meminta kepada Tiara untuk menatap kedua matanya. Tiara yang pasrah memberanikan diri dengan menuruti permintaan dari Maya' lalu Maya mengatakan agar Tiara hidup dengan baik dengan Yono dan Maya mencekik Tiara dan berkata jangan pernah berkhianat kepada Yono. Maya meminta untuk dituruti oleh Tiara akan permintaannya itu disertai dengan janji, setelah Tiara berjanji lalu Maya melepaskan cekikan di leher Tiara yang hampir kehabisan nafas akan kerasnya cekikan perlakuan Maya.
Tiara yang benar-benar dalam keadaan ketakutan dimintanya berdiri dari posisi duduknya, Tiara dengan tubuh gemetar yang mana dalam posisi keadaan ketakutan serta kedinginan berusaha berdiri sekuat tenaganya. Setelah Tiara berdiri lalu Maya memeluk tubuh Tiara... diusapnya kepala dan punggung Tiara oleh Maya dalam beberapa detik.
Setelah melepaskan pelukan dari Tiara lalu Maya mencium kening Tiara dengan lembut. Setelah itu Tiara melihat mata Maya melihat kearah jurang yang berada didepan tenda yang mana tempat Agus dilemparkannya... lalu Maya meninggalkan Tiara, Maya berlari dengan sangat cepatnya kearah jurang dan meloncat kedalam arah jurang. Tiara yang sudah saking takutnya tidak dapat berkata apa-apa, hanya dapat menyaksikan semua yang terjadi dimalam yang buruk itu dan Tiara terjatuh pingsan dengan waktu yang cukup lama hingga terbangunnya oleh sentuhan dari Yono keesokan hari.
Yono yang sudah jelas dan puas dengan pengungkapan cerita dari Tiara bahwa apa yang telah terjadi yang menimpanya itu, Yono masih tanda tanya tentang keberadaan Anto dan Ridwan... dan Yono mencoba menenangkan dirinya dan juga menenangkan Tiara dan mencoba membuang fikiran akan buruknya keadaan mereka berdua. Yono dan Tiara sepakat apabila pagi nanti tiba akan segera turun kebawah untuk meminta pertolongan warga dan instansi terkait tentang kekacauan pendakiannya. Akan tetapi menanti malam Yono dan Tiara merasa hangat dalam kebersamaannya ditempat itu. Dan Yono menginggat dan sadar akan ucapan ibu yang berada dibukit barat itu benar-benar terjadi dan menjadi bukti akan ucapannya.
Hingga tersebarlah di seluruh media tv/ koran beberapa hari kedepan tentang Tragedi pesawat jatuh hingga keempat pendaki yang tewas secara mengenaskan jatuh kedalam jurang.
Yono yang sudah berada di jakarta tak ingin pisah dengan Tiara begitupun Tiara sebaliknya yang masih bersama Yono hingga beberapa hari kedepan setelah kepulangnnya dari pendakiannya itu. Orang tua Yono dan Tiara melihat tentang percintaan anaknya itu hingga hadirnya hari pernikahan yang mulia mereka sepakat untuk hidup bersama dengan rasa cintanya serta di dukungnya cinta mereka oleh sang maha ghaib.
Setelah beberapa hari kedepan dari pernikahannya itu, dengan uang yang terkumpul dari hajatan pernikahan yang sederhana mereka berdua memikirkan tentang untuk kehidupan selanjutnya... sementara Yono tidak punya banyak keterampilan dalam menciptakan uang begitu pun dengan Tiara yang masih muda tidak ada pengalaman kerja. Akan tetapi Tiara sangat pintar masak hingga menjadi kesepakatan mereka berdua untuk usaha rumah makan sederhana. Tanpa menunda waktu semasih memeliki uang mereka dengan segera membuka rumah makan tersebut dengan menyewa pelataran tempat yang berada di keramaian. Hari pertama buka tanpa mereka duga rumah makan sederhana itu langsung banyak pembeli yang datang untuk makan ditempatnya yg sederhana itu... hingga beberapa bulan kedepan rumah makan tersebut selalu ramai pembeli. Uang untung terkumpul dengan sangat mudah apabila karunia alam merestui dengan restunya.
Pernah suatu ketika dalam berdagang melayani konsumen Yono memakai ikat selendang pemberian ibu yg berada di puncak, dipakainya selendang itu diikatnya dikepala Yono yang terjadi hari itu pengunjung yang datang sangat padat hingga persediaan makananpun habis terjual. Yono yang merasa aneh antara kebetulan dan kenyataan tentang selendang itu... keesokan harinya mencoba tidak bawa selendang tersebut ya konsumen yang datang biasa seperti hari-hari sebelumnya. Dan di coba lagi untuk meyakinkan dirinya dagang dengan selendang pemberian ibu... dengan sekejapnya dagangannya laku terjual habis.
Hingga berlarut bertahun-tahun berikutnya mereka fokus mengeluti usaha tersebut yang dirintis membawa mereka dalam harta yang sangat bernilai, mereka mempunyai beberapa cabang tempat yang dinamakan rumah makan RESTU' mereka berdua tidak dikaruniai anak hingga bertahun-tahun kemudian.
Rumah makan RESTU sudah tersebar dibeberapa tempat di jakarta yaitu milik Yono dan Tiara. Ada tempat pasti ada judul adanya nama pasti adanya cerita dan membawalah kehidupan mereka yang kaya raya akan perjuangan mereka berdua. Hingga 5 tahun menikah Tiara tidak bisa hamil dan tanpa anak... Yono dan Tiara yang sedang bersedih disuatu tempat akan hampanya kehidupan mereka tanpa buah hati. Dan Yono tetap berfokus akan usahanya itu, dalam beberapa cabang tempat yang dimilikinya... Yono kembali ingin membuka cabang baru lagi yang mana tempat itu harus dilihat terlebih dahulu olehnya. Setelah melihat dan sepakat Yono membayar dengan Lunas tempat yang akan dijadikan cabang. Hari pertama buka rumah makan... Yono dan dengan beberapa pekerja yang ikut dengannya, sementara Tiara bertugas hanya memantau semua aset-aset yang dikelolanya. Seperti tempat lainnya di hari awal buka usaha langsung ramai oleh pembeli tapi kali ini tidak dengan Tiara. Dan seharian awal buka hingga habis total, hanya menyisakan beberapa makanan sayuran sisa dari tempat makanan. Yono dikejutkan oleh kedatangan pembeli perempuaan yang turun dari mobil sedan mewah bersama supirnya, wajah dari perempuan tersebut sangat mirip dengan ibu yang berada di puncak Gunung Salak' Yono dengan profesionalnya meminta maaf kepada ibu tersebut bahwasannya lauk pauk yang dijual ditempatnya habis oleh para pembeli. Yono yang terkesima dengan kemiripan wajah perempuan tersebut dengan ibu yang berada di puncak... hingga Yono mematung dihadapan pembeli tersebut, yang ternyata pembeli tersebut hanya ingin membeli nasi putih saja dua bungkus nasi tanpa lauk' karna perempuan pembeli tersebut menjelaskan bahwa adanya lauk didalam mobilnya hanya saja tidak ada nasi. Lalu Yono meminta kepada pekerjanya untuk dibungkuskan dua bungkus nasi untuk calon pembeli tersebut... selagi ibu itu menunggu tungguannya Yono masih saja memandang penuh terkesima yang mana sangat sangat mirip oleh ibu yang dijumpainya itu. Setelah nasi sudah terbungkus Yono tidak mau dibayar oleh pembeli tersebut, hingga pembeli tersebut merasa binggung oleh prilaku Yono. Ibu tersebut kembali kemobilnya membawa nasi kedalamnya, sementara dari dalam mobil ibu tersebut membawa beberapa bungkus lauk daging untuk diberikan kepada Yono sebagai gantinya nasi. Yono yang menolak ibu tersebut memaksa untuk menerimanya... ibu tersebut mengatakan berikan kepada istrimu dan anakmu daging tersebut. Lalu ibu tersebut berlalu.
Yono yg sedang keadaan binggung akan wajah yang ia kenalnya itu lalu Yono kembali pulang kerumah membawa lauk daging yang diberikan oleh pembeli nasi tersebut. Sesampainya dirumah Yono memakan daging tersebut tanpa rasa takut maupun fikiran negatif, Yono dengan sangat lahapnya memakan nasi serta lauk dari ibu tersebut. Tiara yang berada didepannya merasa heran melihat Yono menyantap makanan dengan sangat lahapnya... lalu Tiara mencicipi beberapa potong daging matang tersebut.
Hingga beberapa minggu kedepan setelah Yono dan istri menyantap daging tersebut... Yono dikagetkan dengan kabar oleh istrinya yang mengatakan sedang dalam keadaan positif hamil.
Prasangka Baik Melalui Kharomah Dari Manapun Itu Intuisi. Dapat Memahaminya Dengan Bijak Itu Adalah Karunia.
Semoga pembaca mendapat Restu kebaikan Alam Semesta'
~~~SEKIAN~~~
BACA JUGA : TEROR DUKUN SANTET