SAWAN KUBURAN
Dia adalah rani (bukan nama yang sebenarnya, teman semasa kecilku, kita tinggal di satu desa yang sama, usianya lebih tua 3 tahun dariku, tapi di sekolah, dia hanya satu kelas di atasku, karena dia pernah beberapa kali tidak naik kelas,
Walaupun begitu, dia adalah orang yang sangat baik, gampang bergaul, dan cantik.
Dia juga dikenal sebagai anak yang penurut,
Dia sering di mintai tolong oleh tetangganya, dari hanya sekedar ke warung, sampai di mintai tolong untuk menyapu, dan mengendong anak tetangganya bila tetangganya sedang sibuk, dan tidak hanya di satu rumah saja,
Namun rani mulai berubah saat dia memasuki sekolah menengah pertama, gosip mulai beredar bahwa rani sudah berani pacaran, bahkan sudah berani membawa pacarnya ke rumah, saat itu dia masih kelas 1 SMP,
Ibuku mulai melarang aku bermain dengan rani, ibuku bilang, dia bisa membawa dampak buruk bagiku, dan saat itu juga, aku kelas 6 SD yang artinya aku harus fokus dengan ujian
Hari kelulusan pun tiba,
Aku mendaftar di sekolah yang sama dengan rani, dan saat aku sudah mulai bersekolah di Smp itu, aku sering berpapasan dengan rani, namun apa? Saat aku menyapa dia, dia seperti tidak mengenal aku, dan mulai saat itu, aku sudah tidak mau menyapanya lagi.
Singkat cerita, saat aku sudah kelas 2 smp, aku kembali bermain dengan anak-anak di desaku sebut saja dia lita dan ranti, (bukan nama sebenarnya), yang ternyata mereka sekarang sudah berteman dekat dengan rani.
Saat itu, aku, lita dan ranti sedang duduk di jembatan yang terbuat dari bambu, di dekat sawah,
"cha, liat film horor yuk", ajakan lita membuat aku penasan
"film yang apa ta, trus nonton dimana"
"ldi tempatnya mba rani, mba rani punya dvd horor banyak" jawab lita, yang disusul teriakan "setuju" oleh ranti, lita dan ranti memang usianya lebih muda dariku jadi dia memanggil rani dengan sebutan mba.
(yaudah, ayuk aku ikut aja, tapi aku ngga enak sama rani, lama ngga main) ada rasa tidak nyaman, dan takut karena mengingat kejadian waktu di sekolah saat rani mengabaikan aku,
"sudahlah ngga apa-apa, kaya sama siapa, mba rani kan orangnya enakan"
Ranti membujuk sembari menarik tanganku untuk bangkit, dan kita pun berjalan menuju rumah rani,
"mba raniiiii... Mba rani.. Dirumah apa tidak mba" anti mengetuk pintu sambil memanggil rani,
Keluarlah rani, dengan muka lusuh dan rambut acak-acak an,
"sehat ran?" aku mencoba membuka obrolan dengan rani, rani tersenyum.
"tumben keluar cha, biasanya ngurung dirumah terus", jawab rani sembari mengucek-ngucek matanya, sepertinya dia baru bangun tidur.
"iya ran, kan udah ngga ujian jadi boleh main lagi" terjadi kekakuan antara aku dan rani,
"leh mba rani enak bgt, baru bangun tidur", lita yang sepertinya menyadari kekakuan itu pun langsung mengalihkan pembicaraan,
"hehe ita ta.. Lagi ngga ngapa-ngapain yah enaknya tidur, lah ini kamu mau pada kemana?"
"lah ke rumahnya mba rani lha.. Kan udah disini.. Mau pada nonton film horor mba"
Setelah rani mempersilakan kita masuk, kita mulai menonton film horor, saat itu suasana sudah normal, aku dan rani sudah akrab lagi seperti dulu,
keadaan rumah rani sangat sepi ibu, bapak, dan kakaknya sedang bekerja, adiknya dititipkan ke rumah neneknya rani di desa seberang, karna itu kita bisa bebas melakukan apa saja disini, seperti tidur-tiduran, masak mie instan dan lain-lain.
Setelah selesai nonton dua film, dan sudah kenyang karna makan mie instan, kita bersantai sambil tidur-tiduran,
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, rani langsung keluar, dari dalam terlihat ada dua orang laki-laki tanggung masuk ke rumah tersebut dan duduk di ruang tamu,
"ta, itu si siapa" aku yang penasaran bertanya ke lita yang hanya di jawab dengan gelengan kepala,
"Itu pacarnya mba rani, namanya aryo anak desa K" jelas ranti,
Aku dan lita cuma "oohh",, karna hari sudah semakin sore, aku mengajak lita dan ranti untuk pulang,
"pulang yuk.. Tapi lewat belakang aja, malu koh kalo lewat depan ada itu"
"belakang di kunci pintu nya koh" sahut ranti, yang berarti, mau tidak mau, kita harus lewat pintu depan,
Saat melewati ruang tamu, terlihat pemandangan, yang membuatku tidak nyaman, rani sedang duduk, ada laki-laki yang tiduran di pangkuanya, sedangkan ada satu lagi laki-laki yang benar-benar tidur di korsi depannya.
"ran, aku pulang dulu ya, udah sore" rani hanya diam, mukanya menunduk, lita dan ranti langsung menarik untuk cepat keluar,
"ada apa sih.. Aku lagi pamit sama rani koh main tarik-tarik aja"
"udah ayuh pulang dulu nanti tak ceritain" kata ranti yang masih menarik bajuku,
Keesokan harinya, sepulang sekolah, aku, lita, dan ranti, duduk di depan rumah ranti, tidak lama kemudian, kita melihat di jalan, rani sedang di bonceng laki-laki yang tidak lain adalah pacarnya.
"duhh, Mba rani kaya uda kena pelet sama itu orang koh kaya udah cinta banget"
Ranti bergumam, ranti memang sangat akrab dengan rani, tidak heran jika ranti tau banyak, tentang hubungan rani,
"Oya ranti, katanya kamu mau cerita kenapa kemaren rani kaya orang bingung, diem aja waktu tak pamitin"
Ranti mulai bercerita
"percaya ngga percaya yah, tiap aku nemenin mba rani pacaran sama aryo, pasti mba rani dadi beda banget, kaya bukan mba rani, kalo di tanya, kadang ngga nyambung"
Mendengar perkataan ranti, Lita melotot dan menonyor kepala ranti,
"ngawur.. Masa iya anak kaya gitu bisa melet"
"ih ngga percaya banget sih, tanya aja tuh sama echa, kemarin pas di pamitin gimana"
"hush.. Udah-udah.., rani emang kemaren kaya gitu, tapi belum tentu itu karena di pelet,"
Memang rani sekarang seperti bukan rani yang dulu, tapi saat itu aku tidak yakin dengan apa yang ranti bicarakan.
Tapi di desa, rumor tentang rani semakin banyak beredar, mulai dari, ada yang melihat rani berboncengan motor dengan dua laki-laki (rani di tengah)
Ada juga yang bilang kalau melihat rani pacaran malam-malam di lapangan, bahkan ada yang melihat rani sedang pacaran di kuburan.
Rumor-rumor itu sampai di telinga ibuku, ibuku langsung mewanti-wanti, supaya aku tidak main lagi dengan rani.
Aku tidak tau, rumor itu semua benar atau tidak. Tapi yang jelas, nama rani sudah sangat jelek di desa,
Tapi yang membuat orang-orang heran adalah, orang tua rani tidak merespon apapun, bahkan ibuku bercerita, saat di arisan, ibu rani bilang semua rumor itu tidak benar dan dia sangat percaya pada anaknya.
Sampai pada suatu sore, saat lita sedang main dirumahku, dia bercerita, bahwa tadi siang saat sepulang sekolah, rani meminta lita untuk menemani dia di rumah,
Dan ternyata aryo datang, rani menyuruh lita untuk masuk ke ruang tv, dan mereka berdua masuk ke dalam kamar rani, setelah bosan menonton tv lita yang penasaran dengan apa yang rani lakukan di dalam kamar, dia berusaha mengintip di celah pintu yang tertutup,
Namun lita tidak bisa melihat apa-apa, jadi dia memutuskan untuk mengambil korsi plastik, dan mengintip lewat lubang fentilasi di atas pintu,
xxx~~~18+~~~xxx
Betapa terkejutnya lita, itu adalah pertama kalinya dia melihat orang sedang b*rh*b****n b*d*n secara langsung,
________________________________
Lita yang takut, merinding dan jijik, langsung lari keluar lewat pintu belakang, lita tidak perduli dengan suara korsi jatuh yang tadi di pijaknya.
"untung pintu belakang ngga di kunci, sumpah aku jijik banget"
"lah terus gimana ta? Rani berarti tau kalo kamu ngintip?"
"ngga mau urusan lah cha, mau dia tau, mau engga, intinya aku udah males temenan sama dia pacaranya keterlaluan"
Saat itu aku mulai berpikir, bagaimana bisa, rani yang dulu ku kenal sebagai anak yang baik dan penurut, bisa berbuat seperti itu,
Sejak saat itu, aku dan lita menjaga jarak dengan rani, tapi tidak dengan ranti, dia malah semakin akrab dengan rani, dimanapun ada rani, pasti akan ada ranti yang mengikutinya,
Walaupun terkadang, ranti masih mau bermain dengan aku dan lita, tapi ranti sangat tidak terima kalau lita menasehatinya untuk menjauhi rani.
Dan tibalah hari dimana rani lulus Smp, orang tuanya membelikan dia motor baru, dan disinilah sesuatu yang bisa di bilang petaka itu dimulai (walaupun hidup dan mati seseorang sebenarnya sudah di atur oleh yang maha kuasa).
Suatu sore satu desa di gemparkan dengan kabar kecelakaan tunggal yang di alami oleh rani,
Menggunakan motor yang baru di belikan oleh orang tuanya, rani menabrak pembatas jembatan yang ada di perbatasan desa,
Menurut saksi, saat itu rani mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, Setelah itu rani di bawa ke rumah sakit,
Untunglah luka ya tidak terlalu parah, hanya lecet di tangan dan kaki, ada satu luka bengkak lutut sebelah kiri,
Setelah pulang dari rumah sakit, beberapa warga, termasuk ibuku, mengunjungi rumah rani, untuk menjenguk rani,
Ibuku bercerita, saat sedang menjenguk rani, rani terus merintih kesakitan sambil memegang lututnya yang bengkak.
"apa ngga di scan bu di rumah sakit, bisa aja patah tulang", tanyaku pada ibuku.
"katanya ibunya rani, udah di periksa semua, udah di cek ngga ada patah tulang, terus katanya udah di kasih obat pereda nyeri, tapi rani masih merintih terus"
Aku dan lita ingin sekali menjenguk rani, tapi tidak boleh oleh ibuku, katanya
"mbok kena sawan"
Karna tempat kecelakaan itu terkenal angker,, jadi aku hanya menanyakan kabar rani tiap harinya kepada ranti,
Menurut ranti.. Setelah beberapa hari, rani sudah semakin membaik, luka-luka nya sudah mulai mengering, tapi tidak dengan bengkakan dilututnya,
Bengkakan itu masih ada, tidak mengecil, tapi kata rani sudah tidak terlalu sakit, sedikit nyeri saja,
Setelah beberapa lama aku tidak pernah melihat rani, akhirnya aku melihat dia sedang berjalan sendirian, mengenakan kemeja putih dan rok hitam, sambil membawa map coklat, aku mencoba untuk menyapanya,
"mau kemana ran, rapih sekali"
Rani tersenyum dan menghampiri aku,
"mau nglamar kerja di pt X cha, aku belum berani bawa motor jadi mau ngangkot aja nanti di jalan, kamu mau berangkat sekolah apa?"
"iya ran,, bareng yuh"
Aku berjalan bersama rani, kita ngobrol cukup banyak, rani bercerita bagaimana dia bisa mengalami kecelakaan, rani bilang, saat akan melewati tikungan sebelum jembatan, rani merasa motornya seperti di dorong angin yang sangat besar,
Aku hanya menjadi pendengar tanpa mampu berkomentar banyak, karna sebenarnya sejak insiden lita, aku sudah tidak terlalu perduli dengan rani,
Hingga rani bercerita tentang topik yang membuatku penasaran, tentang aryo,
"kayaknya aryo punya cewe lagi koh"
"koq kamu bisa ngira gitu ran? Apa kamu lihat sendiri?"
"temenku yang liat cha, malah sama anak desa kita koh"
"mau aku putusin cha, tapi dia ngga mau, waktu aku kecelakaan, itu aku abis berantem sama aryo"
"Lah trus kamu tau siapa yang ketemuan sama aryo? Temenmu itu tau darimana kalo yang ketemuan sama aryo itu orang yang sedesa sama kita?"
"temenku pernah liat, cwe itu lagi nongkrong sama kita, jadi ya otomatis anak sini"
Saat itu aku langsung terpikir bahwa wanita yang bersama aryo itu adalah ranti, karna ranti lah yang dekat dengan rani, tapi rani langsung menyebut satu nama "Lita"
"yang bener aja ran, masa sih lita kaya gitu ke kamu," aku tidak percaya dengan apa yang di katakan rani, karna setahuku, lita bukan anak yang seperti itu,
Perbincangan kita tidak berlanjut, karna rani sudah masuk angkot, tapi selama di sekolah, aku terus memikirkan perkataan rani,
Jam istirahat sekolah pun tiba, aku bergegas ke kelas lita, untuk menanyakan kebenaran tersebut,
Lita menyangkal, dia bilang, aryo yang terus terusan meng sms lita untuk mengajak bertemu, tapi lita tidak merespon, dan pertemuan lita dan aryo itu adalah sebuah ketidak sengajaan,
Aku menyarankan lita untuk berbicara kepada rani dan menjelaskan semuanya, lita menurut, sepulang sekolah, aku dan lita menuju ke rumah rani,
Lita menjelaskan semuanya, tapi rani meminta untuk bertemu sekalian dengan aryo, untuk menyelesaikan semuanya,
Besoknya, sepulang sekolah, aku, lita, rani, ranti dan aryo bertemu di lapangan desa sebelah, di depan lapangan itu ada sebuah tpu yang sangat sepi,
Disitu aryo bilang bahwa dia menyukai lita, tapi dia tidak mau putus dengan rani, lita langsung menolak perkataan aryo, karna jelas, lita tidak menyukai aryo,
Rani yang saat itu merasa sangat di rendahkan oleh aryo, mencoba untuk pergi, melewati kuburan, yang langsung di kejar oleh aryo, ranti saat itu sangat marah melihat apa yang terjadi,
"udahlah, tolong yah, jangan cuma gara-gara cwo jadi ngerusak pertemanan kita, inget kita itu masih muda, masih banyak cwo lain, jadi ngga usah ribut gara-gara cwo, kita juga masih sekolah, gausah pacar-pacaran ta!
Ranti berusaha menasehati semuanya, tapi perkataannya seperti hanya tertuju pada lita, lita marah karna merasa terpojok, dia mendorong ranti, ranti jatuh ke tanah, rani tidak terima melihat ranti di dorong lita, dia berusaha menyerang lita, tapi lita bisa menghindar,
Dan akhirnya rani sendiri yang jatuh, lututnya yang bengkak membentur nisan, sontak rani berteriak "a*u! B*jingan! Ko pada yah! Ban*sat!" (an*ing! B*jingan kamu semua yah! Ban*sat)
Melihat rani tersungkur aku langsung menolong dia, aku memapah dia, terlihat lututnya berdarah, aku sangat bingung, bagaimana menyelesaikan masalah yang bahkan aku sendiri belum pernah mengalaminya
Karna bingung,
Aku menangis memohon kepada lita, ranti dan aryo supaya menyudahi semuanya,, akhirnya kita bersama-sama memapah rani untuk pulang.
Sesampainya di rumah rani, ibuku langsung datang dan menyeretku untuk pulang, aku di marah habis-habisan karna tidak mendengarkan perkataan ibuku, untuk tidak bermain dengan rani
"ni anak! Udah dibilangin suruh jangan main sama rani koh, ngeyel terus! Tuh liat, kalo ada apa-apa, nanti kamu ikut di salahin!"
Aku belum sempat menjelaskan apa yang terjadi, tapi ibu terus memarahiku,
Aku hanya menunduk dan pasrah saat ibu memarahiku, sama halnya dengan lita, dia tidak berani keluar rumah setelah mengantar rani pulang, karna lita takut di salahkan, atas apa yang menimpa rani,
Malam itu, aku sedang menonton tv di ruang tamu, aku mendengar seperti banyak orang sedang berjalan di setapak, aku mencoba mengintip di balik korden, ternyata itu keluarga rani, terlihat rani sedang di gendong oleh bapaknya,
Aku langsung memanggil ibuku, "bu, bu, rani bu," ibuku langsung menghampiri ku, karna penasaran, ibuku membuka pintu dan memanggil ibunya rani,
"mba, mba sri, mau pada kemana?, itu rani kenapa?"
"rumah sakit" jawab ibu rani singkat, terlihat di ujung setapak, ada mobil yang sedang menunggu,
"bu, rani kenapa yah bu?"
"ibu ya ngga tau, lha tadi lututnya rani sampai luka itu gimana?"
Aku menceritakan semua pada ibu, lalu ibu bertanya, di kuburan mana kejadiannya, aku bilang bahwa itu di kuburan "c*******" muka ibuku langsung berubah, seperti orang ketakutan,
"aduh, ibu harus bicara sama ibunya rani cha" ibuku langsung mengambil jaket,
"echa ikut yah bu?", ibu hanya menatapku dan mengangguk, kita berjalan menuju rumah rani, untuk menanyakan, Rani di larikan ke rumah sakit mana.
Di rumah rani, kita bertemu dengan kakaknya rani.
"mas restu, rani di bawa ke rumah sakit mana mas?"
"di rumah sakit X cha, tapi kayaknya cuma periksa aja, ngga opnam engga cha"
Ibuku hanya manggut-manggut mendengar ucapan mas restu, ibuku memutuskan untuk menunggu di rumah rani, dan aku diminta untuk pulang saja oleh ibuku,
Sebenarnya aku sangat penasaran, apa yang akan di sampaikan oleh ibuku, tapi aku tidak bisa menentang ibuku,
Aku hanya bisa menunggu ibu ku di rumah,
Jam sudah menunjukan pukul 10, tapi ibuku belum juga pulang, bapak mencoba menyusul ke rumah rani, tidak lama kemudian, bapak dan ibu pulang,
Aku mendengar mereka sedang berdebat kecil sebelum masuk rumah, tapi aku tidak tahu apa yang mereka perdebatkan,
Aku tidak berani bertanya, akhirnya aku memutuskan untuk tidur saja,
Keesokan harinya, saat sedang sarapan, aku mencoba bertanya kepada ibu ku, tentang bagaimana kondisi rani dan, apa yang diperdebatkan ibu dan bapak.
"bu rani gimana bu", ibu menatapku, dan raut mukanya menunjukan ada perasaan tidak nyaman saat aku menanyakan tentang rani,
"dah di habisin dulu makanya, nanti ibu ceritain di jalan"
Pagi itu aku berangkat ke sekolah di antar oleh ibuku, di jalan ibu bercerita, tentang kejadian semalam, ibuku bilang kepada ibunya rani, untuk berhati-hati, bisa saja rani kena sawan kuburan, karena sorenya rani dan aku bermain di sana dan ada darah rani yang tercecer di tanah kuburan itu.
Tapi ibu rani sama sekali tidak percaya, dia beralasan bahwa, rani di bawa ke rumah sakit karna dia sakit gabag,
Saat bapak menyusul ibuku, bapak melihat ibu sedang berdebat dengan ibunya rani, saat pulang, bapak bilang untuk tidak usah ikut campur urusan orang lain, saat itulah terjadi perdebatan kecil, sebelum ibu dan bapak masuk ke rumah,
Setelah itu, ibu bercerita kalau kuburan itu terkenal sangat angker, berbeda dengan kuburan-kuburan lainnya yang ada di skitaran desaku (ada 3 pemakaman umum lainnya).
Jarang ada orang yang berani masuk ke tpu itu walaupun siang hari
Saat ibuku masih remaja, dulu pernah ada sepasang kekasih, yang pagi-pagi di temukan terbujur kaku, dengan posisi sedang b*rh*b*ng** b*d*n, (gancet)
Pernah juga di temukan darah berceceran di area pembangunan rumah di depan kuburan tsb, tapi tidak di ketahui itu darah milik siapa,
Masih banyak lagi,, kejadian yang terjadi di tempat tersebut yang bila di ceritakan mungkin akan jadi sebuah thread yang panjang,
Sesampainya di sekolah, aku langsung mencari lita di kelasnya, dia sedang duduk sendirian di dalam kelas sambil termenung,
"ta, kamu ngapain si sendirian, ngalamun"
Saat itu juga, lita tiba-tiba menangis, aku yang bingung langsung memeluk lita, dan mencoba menenangkan lita,
"cha aku takut, takut mba rani kenapa-kenapa gara-gara aku"
Lita mencoba mengeluarkan isi hatinya
Lita merasa bersalah, dan takut, kalau sampai terjadi apa-apa dengan rani, karna lita sudah mendengar bahwa semalam rani di bawa ke rumah sakit,
"rani gapapa ta, rani itu di bawa ke rumah sakit karna gabagan, bukan karna kamu bukan"
Beberapa hari kemudian, ibuku bersama rombongan arisan, pergi ke rumah rani, untuk menengok rani, katanya rani belum sembuh
"bu, echa ikut ya" Ibuku dengan tegas menolak,
"jangan!, nanti kena sawan!"
Ibuku tidak pernah mengizinkan aku untuk menemui rani, aku hanya bisa menurut, karna aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau aku menemui rani,
Pernah suatu sore, ranti mengajaku untuk menengok rani, (setelah beberapa bulan sakit), tapi aku tidak mau melanggar larangan ibuku, jadi aku menolak ajakan ranti.
Ranti memaksa, tapi aku terus menolak sampai ranti mengatai aku tidak setia kawan lagi, sama seperti lita,
Lalu ranti mengatakan kondisi rani sekarang, yang membuat aku sangat kaget,
Tubuh yang kurus, kering,, kulit badan yang bersisik mengelupas di sertai dengan luka bintik2-bintik yang pusatnya (bintik-bintik paling banyak) di luka lutut yang dulu sempat berdarah karena membentur nisan di kuburan,
Rambut yang hanya tinggal beberapa helai saja,
Ingin sekali aku menangis saat sedang mengetik thread ini, jika mengingat keadaan rani saat itu, tapi tangisan dariku tidak akan berarti apa-apa untuk rani sekarang,
Hal yang ku sesalkan adalah, aku tidak pernah menengok rani, sampai ku hampir lulus smp,
Saat itu aku mengajak teman-teman kelasku untuk main di rumahku, kita jalan kaki dari sekolah, dan saat melewati rumah rani, tiba-tiba temanku irin berteriak kencang sekali sambil menutup matanya,
Aku yang saat itu berjalan di depan irin, mencoba bertanya, tapi irin bilang,
"udah gapapa, yuh jalan lagi, nanti tak ceritain,"
Kita lanjut jalan, sesampainya di rumahku, irin bercerita, dia bilang dia melihat seperti penampakan, di jendela rumah, yang depan rumahnya ada polibeknya banyak, itu pasti rumah rani, batinku
"penampakan kaya apa rin?"
Aku yakin yang dilihat irin itu bukan penampakan,
"kepalanya ngga ada rambutnya cha, terus kulitnya kering pada nglupas"
"itu bukan hantu rin, itu rani, kaka kelas kita dulu, dia lagi sakit, udah hampir setahun" mata irin terbelalak, dia sangat kaget saat mengetahui bahwa itu adalah rani.
Irin mengenal rani hanya sebatas kaka dan adik kelas saja, Aku memang tidak pernah menceritakan kondisi rani ke teman-temanku, yang kenal rani sekalipun.
Aku tidak ingin rani jadi pergunjingan karena sakitnya itu, selama hampir setahun rani sakit, orang tua rani sudah membawa rani ke beberapa rumah sakit, tapi belum ada yang bisa menyembuhkan rani.
"aku mendengar ini dari ibuku dan ranti"
Sampai akhirnya, orang tua rani memanggil mbah karto, mbah karto adalah orang yang di percaya oleh masyarakat sekitar sebagai orang pintar, walaupun rumah mbah karto jauh dari desaku, (melewati sekitar 4 desa), tapi hampir semua orang tau mbah karto,
Ranti yang saat itu selalu menemani rani, menceritakan ini padaku,
Saat mbah karto datang, tiba-tiba saja rani langsung menangis dan merengek seperti meminta tolong,
Aku lupa bilang bahwa rani saat itu sudah tidak bisa bicara, bukan sama sekali tidak bisa bicara, tapi rani berbicara seperti (maaf) tuna rungu
Mbah karto menghampiri rani, mengusap kepala rani, dan memeluk rani, seketika itu orang tua rani pun tidak dapat membendung air matanya, begitu juga dengan ranti,
Setelah itu, mbah karto meminta ranti dan orang tua rani untuk keluar dari kamar rani, ranti tidak tau apa yang mbah karto lakukan di kamar rani, tapi saat selesai, ranti masuk ke kamar rani, dia melihat rani tidur,
Ranti bilang dia tidak pernah melihat rani tidur dengan nyenyak seperti itu, benar-benar damai.
Lalu ranti di panggil oleh orang tua rani, mereka berempat duduk di ruang tamu, lalu mbah karto mulai berbicara,
"sri, anakmu itu udah cape"
"cape gimana mbah"
Mbah karto menghela nafas
"Jiwanya itu sudah di pegang sama penunggu c******* (nama makam)"
Mendengar itu, bu sri langsung menangis,
"di pegang gimana mbah, koq bisa sampai di pegang itu gimana"
Lalu mbah karto mendesak ranti untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi saat di kuburan c*******, ranti menceritakan semuanya dengan detail, sampai pada saat rani terjatuh dan dia mengumpat,
Mbah karto memotong cerita ranti, menurut mbah karto, penunggu di makam c*******, merasa tertantang dengan ucapan rani,
Lalu mbah karto meminta bapak dan ibu rani, untuk menggelar yasinan selama 7 hari penuh, dan meminta semua keluarga rani untuk mengaji di rumah rani,
Saat akan pulang, mbah karto meminta maaf kepada ibu dan bapak rani, karna tidak bisa menolong banyak,
"Saya cuma bisa menolong seperti ini saja, selebihnya, pasrahkan saja kepada Allah,, hidup dan mati itu sudah ada yang menentukan"
Ibu rani hanya mengangguk pasrah mendengar perkataan mbah karto, pesan terakhir dari mbah karto adalah, mbah karto ingin bertemu dengan aryo, dan meminta tolong ranti untuk menghubungi aryo.
Memang sejak rani sakit, aryo sudah tidak pernah datang ke rumah rani lagi, dan ranti pun sudah tidak pernah berkomunikasi dengan aryo
Bagaimana dengan lita?
Lita sama denganku, dia tidak pernah menjenguk rani, hanya saja, bahkan lita tidak mau membahas sedikitpun hal tentang rani,
Aku tidak menjenguk rani karna tidak di perolehan oleh ibuku, ibuku khawatir kalau sawan itu sampai berpindah kepadaku.
Sebenarnya aku tidak tau, apakah sawan seperti itu bisa benar-benar berpindah, dan satu hal yang aku tidak yakin, apakah benar rani seperti itu karena sawan?
Besoknya sepulang sekolah, ranti meminta ku menemaninya ke rumah aryo, kita naik angkutan desa, di jalan, ranti banyak bercerita tentang keadaan rani.
Sesampainya di perbatasan desa, kita harus jalan kaki untuk sampai ke rumah aryo,
Sampailah kita di depan sebuah rumah, yang terbuat dari kayu, seperti rumah Jawa kuno, ranti mengetuk pintu,
Keluarlah aryo, "ada apa ranti?" aryo langsung to the point, tanpa mempersilakan kita duduk / masuk,
Ranti menjelaskan maksud kedatangan nya, aku memandang seluruh detail rumah aryo, rumah yang unik, namun terkesan suram,
Setelah urusan ranti dan aryo selesai, kita pulang, aryo memberikan no hp kepada ranti, dan berjanji akan menemui mbah karto nanti saat mbah karto ke rumah rani lagi, dan meminta ranti untuk mengabarinya saja
Beberapa hari setelah di adakan pengajian yasinan di rumah rani,
Menurut ibuku, keadaan rani sudah berangsur membaik, Karna ibuku selalu rutin mengikuti pengajian di rumah rani.
Sampai disini, warga dan keluarga rani mengira bahwa sebentar lagi rani pasti akan sembuh, karna rani sudah bisa makan sendiri, sudah bisa jalan-jalan, dan sedikit-sedikit sudah bisa berbicara (walaupun masih belum jelas)
Hingga akhirnya pada hari kamis 12 april 2012, Saat itu aku sedang tambahan pelajaran, untuk bekal ujian, tiba-tiba aku dikabari oleh lita bahwa rani meninggal, Saat itu juga aku langsung ijin kepada guru pembimbing untuk pulang,
Sesampainya di rumah, aku lgsung berganti pakaian, tapi langsung di cegat oleh ibuku,
(mau kemana?) "rani bu," setengah menangis aku hanya bisa berkata seperti itu kepada ibuku, dan di luar dugaan, ibuku masih tetap bersikeras aku belum boleh ketemu rani,
Walaupun rani sudah meninggal.
"kamu boleh kesana, nanti kalau sudah 40 hari"
"kenapa si bu? Kenapa ibu seperti itu terus?, ibu ngga pernah ngasih alasan kenapa saya ngga boleh ketemu rani",
Ibuku diam, menatapku dalam, dan beliau menjelaskan, bahwa, jika orang terkena sawan dan sudah tidak bisa di tolong, biasanya sawannya akan berpindah saat orang itu meninggal dan sudah mengincar orang lain saat sawan itu masih di tubuh yang pertama,
"lah koq ranti bareng terus sama rani bu, tapi ngga kena sawan?"
"kamu itu beda, mbah kakung dulu itu suka nyimpen keris yang ada isinya lah isinya itu ada yang ikut sama kamu dari kamu lahir, karena kamu itu anak pertama dan cucu pertama, sama ke pak lekmu,
Lek Ryan, karena paklekmu itu anak terakhir dan laki-laki sendiri, jadi kamu sering dliatin penampakan si dari kecil, lah kalo paklekmu, itu jadi sering kena musibah waktu kecil, karena badannya ngga mau menerima"
Aku sudah pernah di beri tahu hal itu oleh mbah kakung, saat aku bertengkar dengan buk lek ku, dan mbah kakung mewanti-wanti untuk jangan sampai, menggunakan fisik, cukup dengan mulut saja, karena jika sampai menggunakan fisik, maka buk lek ku akan celaka,
Tapi aku tidak menyangka, ini akan jadi se kompleks itu, bahkan sampai aku tidak boleh bertemu rani, Aku terdiam, memikirkan perkataan ibuku,
"sudah nurut saja sama ibu"
"ibu ngga mau kamu kenapa-kenapa, ibu bilang sesuatu yang benar, buat kebaikanmu sendiri, jadi ngga usah ngeyel"
Rasa bersalah, hanya itu yang aku rasakan sampai sekarang, karena tidak bisa menemani rani bahkan sampai akhir hayatnya,
Setelah 40 hari, aku mengajak ranti untuk ke rumah rani untuk bertemu dengan ibunya, di rumah rani ternyata ada mbah karto , saat aku salim dengan mbah karto, mbah karto membelai rambutku dan bertanya
"anak cantik, mbah kakung sehat?"
"alhamdulilah sehat mbah" mbah karto hanya mengangguk dan tersenyum, mbah kakung dan mbah karto memang sudah berteman sejak lama,
Ranti teringat dengan ucapan aryo untuk mengabarinya apabila mbah karto sedang di rumah rani,. Karna saat rani meninggal pun, aryo tidak datang untuk melayat,
Tidak lama setelah ranti mengabari aryo, , aryo pun datang,
"sini masuk nak" mbah karto mempersilakan aryo untuk masuk, Mbah karto diam sejenak menatap aryo,
"ceritakan saja nak, apa yang mengganjal, ngga papa"
Aryo mengusap mukanya,, aku dan ranti hanya diam memperhatikan, dengan sabar mbah karto mengusap punggung aryo,
"saya takut mbah, rani meninggal gara gara saya"
"jangan keras-keras mas, takut ibunya rani denger, ngga enak" Ranti mencoba mengingatkan aryo karna saat itu ibunya rani sedang membuat teh di dapur dan benar, ibunya rani keluar,
koq bisa kamu bilang kaya gitu mas, memangnya, rani kamu apakan,
Aryo terdiam, mulutnya seperti di kunci, dia hanya memandang ke bawah, tidak lama, bapaknya rani ikut bicara,
"sudah sekarang kamu terus terang saja"
"ini anak punya ilmu" ucap mbah karto seraya menunjuk aryo,
Aryo kaget mendengar pernyataan mbah karto,
"tapi sudah tidak saya amalan mbah"
"yaudah engga, orang rani udah ngga ada" mbah karto tersenyum sinis, ibu rani yang seperti sedang menahan emosi, akhirnya menangis
"ko sing mateni rani mbok?!!" ibunya rani mencengkeram baju nya aryo, yang langsung di lerai oleh bapaknya rani, "njagongo sri," mbah karto menyuruh ibunya rani untuk duduk kembali,
"hidup, mati itu udah ada yang mengatur, rani meninggal itu sudah takdirnya, saya menyuruh aryo kesini, bukan karena itu,"
Dengan sabar mbah karto menasehati ibunya rani, aku dan ranti hanya bisa terdiam melihat ini semua,
"saya nyuruh kamu kesini untuk bertemu saya, saya ingin kamu juuur sama orang tuanya rani lalu kamu minta maaf"
"rani saya pelet sama patok sukmo" aku tercengang mendengar perkataan aryo, ternyata benar gosip yang selama ini beredar, aryo bangkit lalu bersujud di depan kaki ibunya rani,
"kamu itu masih muda nak, kalo punya ilmu jangan dipake untuk hal yang tidak baik, aku tau itu ngga ada kaitannya dengan kematian rani, tapi ilmunya kamu bisa membahayakan diri kamu sendiri"
"iya mbah saya janji ngga bakal pake ilmu-ilmu seperti itu lagi"
Ibunya rani hanya bisa menangis mendengar permintaan maaf aryo,
Ada Rumor-rumor beredar bahwa hantunya rani gentayangan, ada beberapa warga yang mengaku pernah bertemu dengan hantunya rani, tapi, sampai sekarang aku tidak pernah bertemu / di hantui oleh hantu tsb
Ceritanya udah selesai,
Minta doanya teman teman, smoga husnul khotimah dan di tempatkan di tempat yang sepantasnya amiin
~~~SEKIAN~~~
BACA JUGA : PENDAKI YANG TERSESAT DI