Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 17) - Santet Mertua


JEJAKMISTERI - "Hmmmm... sebenarnya tujuan santet itu adalah suaminya ini bukan ibu dewinya tapi karena suaminya mempunyai pagar ghaib maka istrinyalah yang terkena efeknya"

"Lantas bagaimana dang, jika ini adalah perbuatan ibunya sendiri kita harus bagaimana"

"Ya... mau bagaimana lagi pak, tetap kita harus melakukan pembersihan dan pemagaran terhadap ibu dewi, sebenarnya yang menjadi tujuan adalah bapak, tapi karena saya melihat kalau bapak ini mempunyai pagar badan yah, jadi ibu dewilah yang kena efek karena ibu dewi yang lemah"

"Iya dang, saya pernah di isi oleh mbah saya memang katanya untuk pagaran badan dari serangan makhluk ghaib"

"Lantas kapan kita melakukan pemebersihannya dang"

"Saya akan melakukan pembersihannya langsung saat ini dan mudah-mudahan pulang dari sini ibu dewi sudah bisa berjalan, karena hanya sedikit ghaib yang masuk ke dalam raga ibu dewi"

"Baiklah dang semua saya serahkan kepada dang"

Aku mengambil segelas air putih dan mengisinya dengan energi karomah cakra tirta maya.

"Pak.. minumkan air ini kepada ibu dewi, untuk pelanjar syaraf-syaraf yang di sumbat makhluk ghaib melalui air sumur di rumah bapak yang sudah di beri guna-guna tanah kuburan "

"Saya akan melakukan pembersihannya langsung disini ya pak, nanti mohon agar tidak melakukan aktifitas apapun agar konsentrasi saya tidak terganggu bapak tunggu saja dampingi ibu dewinya"

"Baik dang"

Akupun langsung membathin memanggil seruni menstarter dzikir untuk membuka portal ghaib dan blazsss... kami sudah berada di sebuah lokasi di depan sebuah rumah, dan ternyata itu adalah rumah paranormal yang tadi kulihat waktu menerawang ibu dewi.

"Hmmm... seruni, ini adalah rumah dukun yang membuat santetnya"

"Iya benar kanda"

"Mari kita temui dukunnya"

Kamipun masuk menembus rumah itu dan langsung masuk ke kamar ritual sang dukun, di ruangan itu sedang duduk dalam keadaan bersemedi seorang laki-laki yang ternyata adalah sang dukun itu sendiri.

"Assalamu'alaikum, permisi... permisi" ternyata sang dukun ini tidak bisa merasakan kehadiran tubuh astralku dan seruni.

"Kanda... kita harus menembus alam bathinnya karena dia tidak bisa mengetahui kehadiran kita"

"Baiklah dinda"

Kali ini kami harus menembus kembali alam bathin manusia dengan cara menyusup kedalam raganya, jauh sekali alam bathinnya sehingga kami harus menembus beberapa portal lagi untuk bisa menemui ghaib sang dukun, sampai ke suatu tempat.

"Kanda disinilah alam bathin dukun ini"
sebuah tempat lembab dan sebatang pohon besar angker.

"Seruni hitam sekali aliran orang ini, sudah berapa banyakkah nyawa manusia yang dia habisi dengan santetnya"

"Benar kanda, sepertinya setiap korbannya sudah di tandai di pohon ini, lihatlah benda-benda yang bergantungan di dahan pohon ini, setiap benda menandakan simbol setiap korbannya"

"Bagaiman cara kita menemukan simbol ibu dewi"

"Entahlah, karena yang menjadi targetnya adalah suaminya bukan ibu dewinya maka simbol suaminyalah yang harus kita cari"

"Benar juga katamu dinda seruni"

"Dinda aku ingat, waktu menerawang ibu dewi ibunya menyerahkan selembar photo dan selembar baju kemeja warna hijau kepada dukun itu, mungkin simbolnya adalah baju itu"

"Baiklah mari kita temukan baju itu"

Seruni langsung berkelebat naik dan mengitari pohon besar itu, kemudian dia turun lagi.

"Inikah bajunya kanda ?"

"Benar dinda"

"Kalau begitu mari kita kembali keluar dari alam bathin ini"

Belum sempat seruni membuka portal tiba-tiba sesosok makhluk bertubuh api mencegat kami yang ternyata dia adalah sesosok banas pati, makhluk ghaib ganas yang biasa di mintai bantuan untuk mengirimkan santet dahsyat, jarang sekali kobannya selamat dari serangan santet banas pati.

"Berhenti..." teriakan berasal dari belakang makhluk banas pati itu, dan munculah sosok sang dukun.

"Lancang sekali kalian berani memasuki kediamanku" ucap sang dukun dengan nada membentak.

"Maafkan kami ki... bukan maksud kami untuk membuat aki marah, tadi aki tidak mengetahui kedatangan kami sehingga kami terpaksa masuk sendiri kemari dan izinkan kami untuk keluar dari sini ki"

"Hahahaha... seenaknya kalian masuk tanpa izin dan mau keluar seperti tidak bersalah, kalian sudah masuk maka kalian akan tinggal disini menjadi perhiasan di pohonku ini, akan ku gantung kalian disini tanpa simbol hahahaha...."

"Sekali lagi maafkan kami ki, kami tidak menginginkan adanya pertarungan karena ini adalah alam bathin aki, nanti akibatnya fatal untuk aki"

"Hahaha... sombong sekali kau anak muda, ini adalah alamku jadi akulah yang berkuasa, kekuatan terbesar disini adalah kekuatanku, semua pintu masuk sudah kukunci dan tidak ada khodammu yang bisa menerobos lagi ke tempat ini"

"Aku sempat kaget dan melirik ke seruni, bagaiman dinda? sepertinya dia sudah menyadari kedatangan kita dan melakukan penutupan semua pintu dan portal agar kita terkurung disini"

"Tenanglah kanda, kita akan bertarung disini jika menang kita bisa keluar karena dengan sendirinya kekuatan penguncian portal akan hilang jika kekuatan penguncinya hilang"

"Owh.. begitu dinda, baiklah berarti tidak ada jalan lain selain bertarung dan menang"

"Benar kanda"

"Hmmm... kali ini aku bertarung tanpa naga emas dan kelelawar hanya aku dan seruni"

"Hahaha... kenapa kau diam, apakah kau akan menyerahkan nyawamu tanpa perlawanan? baiklah kalau begitu mendekatlah kemari agar ku penggal kepalamu dan pacarmu itu biar menjadi milikku hahaha... lumayan nanti untuk mendampingiku hahahaha..."

Mendengar kata-kata itu emosiku langsung memuncak dan ingin rasanya aku langsung melakukan serangan.

"Tenanglah kanda kendalikan emosimu"

"Dia telah menghinamu dinda sepertinya ini pertarungan pribadi bagiku"

"Kanda... tidak ada yang bisa merampasku darimu apa lagi dia"

"Owh..owh..owh kata-kata itu membuat dadaku sesak bukan karena emosi tapi karena... hmmmm."

"Agh... aku mulai lagi terbawa perasaan ini"

"Hahahaha... kenapa apakah kau serahkan saja dia baik-baik padaku, nanti akan kurawat dia dengan baik kau tidak usah kawatir, dia akan kujadikan istriku bila perlu hahahahaha..."

"Dasar dukun cabuuuuullll"

Aku langsung melesat kedepan dan menyerang dukun itu tanpa henti, akan tetapi semua seranganku di hindarinya dengan mudah, dan sesekali dia sempat memberikan serangan balik padaku. Tiba-tiba dia melompat mundur.

"Banas pati... tangkap wanita itu, ingat jangan sampai dia terluka apalagi mati karena dia untukku hahaha...."

"Sial... lagi-lagi dia membakar emosiku" dan akupun mundur ke tempat seruni yang dari tadi masih berdiri.

"Hati-hati dinda sepertinya dukun cabul ini benar-benar mengincarmu untuk di jadikan istri ghaibnya"

"Tenanglah kanda tidak semudah itu dia mendapatkanku aku hanya akan mengabdi padamu dan anak cucumu nanti" 

"Benarkah itu dinda"

"Benar kanda kami adalah golongan ghaib mustika merah delima adalah golongan khodam pendamping yang paling setia kepada tuannya"

"Baiklah dinda aku percaya padamu, tapi jangan sampai kau celaka di tangan banas pati itu"

"Baiklah kanda berhati-hatilah dengan lawanmu itu karena jika kanda dikalahkannya aku akan menjadi istrinya"

Seruni langsung melesat kearah banas pati dan bertarung dengan makhluk api itu.

"Hmmm... mana mungkin aku akan menyerahkanmu pada dukun cabul ini, dari pada menjadi istrinya lebih baik kau menjadi istriku hehehe..." celetukku dalam hati sambil kembali kearah lawanku berada.

"Hey... kisanak bersiaplah sekarang aku sudah siap melayanimu"

"Hahaha... kenapa anak muda, apa kau sudah berpamitan dengan pendampingmu itu untuk menyerahkannya padaku... hahaha..."

Aku benar-benar merasa jijik dengan perkataannya, tapi aku ingat pesan seruni aku tidak boleh terbawa emosi.

"Terserahlah kau mau bilang apa hayo... hadapi aku"

Seketika aku mengaktifkan perisai kala cakra dan mengarahkannya kepada lawanku, dia sempat terperangah melihat perisai kala cakraku, tanpa henti-hentinya perisai melakukan serangan dan mengejar dukun itu, berkali-kali benturan tongkat lawan dengan perisaiku setiap terjadi benturan kilatan cahaya petir terjadi, dan percikan api seperti kembang api keluar akibat gesekan putaran perisai dengan tongkat lawanku.

Disisi lain seruni sedang bertarung melawan banas pati, ini pertama kali kuihat seruni sedikit kerepotan dalam bertarung bagaimana tidak, dia melawan makhluk yang tubuhnya diselimuti api yang menyala dan menjalar kesana kemari mengejar seruni.

Kulihat seruni mundur sedikit menjauh dari lawannya, dan dia mengambil posisi seperti beriap mengeluarkan sebuah ajian.

Owh... perlahan terlihat tangan seruni memerah saat di satukannya di atas kepalanya.

Api... ya api keluar dari tangannya dan api muncul di sekelilingnya, semakin besar api di sekelilingnya api seruni berwarna biru. Kumudian api itu terbang dengan cepat kearah banas pati.

"Owh... aku tahu inilah ajian segara geni yang artinya lautan api"

"Seperti ditembakkan api seruni bertubi-tubi menghantam banas pati, sehingga api banas pati yang berwarna merah habis di gulung dengan api biru seruni, semakin lama semakin besar api menggulung banas pati, dan semakin lama api banas pati semakin menghilang dilahap si api biru
hingga akhirnya benar-benar hilang beserta sosok banas pati. Dan api seruni perlahan menghilang seiring musnahnya sosok banas pati."

"Hhmmm... sungguh luar biasa kedahsyatan ajian segara geni seruni"

Kembali kepertarunganku, karena seruni sudah selesai dengan pertarungannya akupun tidak ingin berlama-lama bermain dengan dukun cabul ini.

Karena lawanku masih sibuk dengan perisai kala cakraku, akupun bersiap untuk mengeluarkan ajian cakra manggilinganku.

Terasa ditanganku sudah mengalir energi ajian cakra manggilingan dan saat aku merasa energinya sudah maksimal, aku langsung menghentakkan kedua tanganku kebumi.

Tak ayal sebuah gelombang energi yang dahsyat  bertubi-tubi kuarahkan ke lawanku tanpa dia sempat menghindar karena ukuran ombak energi cakra manggilingan sangatlah luas segera menyapu lawanku, dia tenggelam di dalam ombak energi cakra manggilingan. Tubuhnya terpental saat jatuh kembali di gulung ombak energi bagaikan seorang anak kecil yang tenggelam di pantai, lawanku timbul tenggelam digulung ombak energi raksasa cakra manggilingan.

Hingga kulihat kalau tubuh lawanku sudah tidak bergerak karena membentur pohon besar miliknya sendiri, perlahan kutarik energiku dan menghilang, yang tertinggal hanya tubuh sang dukun tersangkut di pohon buatannya sendiri sebagai tempat menggantung simbol-simbol korban santetnya.

"Hmmmm.. sekarang karma berlaku kaulah yang tergantung di pohon itu tanpa simbol" kataku dalam hati.

"Bagaimana dinda apa pertarungan kita sudah selesai"

"sepertinya sudah kanda, silahkan kanda ambil simbol ibu dewi dari pohin itu dan langsung di bakar saja"

"Baiklah dinda" Akupun mengambil simbol ibu dewi dari atas pohon besar itu dan membakarnya, kamipun kembali masuk portal asral untuk keluar dari alam bathin sang dukun.

Kami muncul kembali di rumah sang dukun, aku terkejut sekali saat kulihat sang dukun itu sudah terkapar di tempat duduk bersemedi, dan dari mulutnya keluar darah segar.

"Bagaimana dinda apakah dukun ini tewas karena pertempuran tadi?"

"Tidak kanda, dia hanya terluka dalam mungkin beberapa saat lagi dia akan sadar"

"Apakah dia akan baik-baik saja"

"Setelah sadar nanti dia akan menjadi linglung dan mentalnya tidak akan stabil lagi bahkan bisa gila, karena salah satu sukmanya sudah tewas akibat pertempuran dengan kanda tadi"

Seruni mengibaskan selendang pertanda kami akan kembali kerumahku dan balzzzss.. aku sudah kembali ke ragaku. Aku membuka mataku dan menutup dzikirku.

"Bagaimana dang?"

"Allhamdulillah pak, coba ibu dewinya di bantu berdiri"

Suaminya membantu ibu dewi berdiri "bantu berjalan pak" sykurlah ibu dewi sudah bisa berdiri dan berjalan lagi.

"Bagaimana bu? apa masih ada yang sakit ?"

"Tidak dang, hanya sedikit kaku saja"

"Itu efek dari sumbatan syaraf tapi mudah-mudahan tidak lama efek itu akan hilang"

"Terima kasih banyak dang... kami tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan dang dinar"

"Tidak usah berterima kasih kepada saya, bersyukur saja kepada Allah, nanti setelah pulang bapak cari anak yatim sebanyak tujuh orang, berikanlah sedekah seikhlasnya kepada mereka sebagai tanda bersyukur pak"

"Baiklah dang itu pasti kami lakukan, lantas bagaimana dengan rumah kami dang apa perlu di bersihkan juga, bukankah dirumah kami sudah di pasang atau di berikan guna-gunanya.

"Untuk rumah besok malam saya akan melakukan pembersihannya, bapak siapkan 5 botol kecil minyak misik cobra hitam cari di toko farfum non alkohol biasanya mereka menjual minyak tersebut, minyak itu akan saya gunakan untuk membuat pagar ghaib rumahnya besok malam"

"Baiklah dang, akan saya siapkan minyaknya sekarang kami permisi pulang dulu dang, kami tunggu dang dirumah besok malam"

"Baiklah pak" 

Merekapun pulang dan ibu dewi tidak lagi digendong suaminya dia sudah bisa berjalan sendiri, terimakasih ya rabb...

***

Malam itu sesuai sesuai dengan janjiku aku pergi kerumah ibu dewi untuk melanjutkan proses pengobatan non medisnya.

"Assalamu'alaikum"

"Walaikumsallam, masuk dang"

Akupun masuk kerumah ibu dewi.
"Hmmmm... energi ghaib di rumah ini benar-benar pekat dan kuat. Kupikir ini wajar saja, karena di setiap sudut rumah bahkan sumurnya sudah di campuri dengan bahan guna-guna tanah kuburan, banyak sekali kulihat ghaib yang berada disini, hampir disetiap sudut dan ruangan bahkan dapurpun terdapat makhluk ghaibnya, dengan berbagai macam bentuk dan rupa."

Ada sukma manusia yang mati penasaran, gantung diri, kecelakaan, dibunuh hal ini terlihat dari rupa mereka, ada yang bermuka hancur, ada yang hitam hangus dan lainnya, dan ada juga yang dari bangsa jin golongan gondoruwo.

Sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang panjang malam ini, mudah-mudahan mereka masih bisa di ajak kompromi dan dibujuk untuk pergi meninggalkan rumah ini secara baik-baik.

Aku sempat di kagetkan ternyata di rumah ini juga hadir perempuan yang ada dalam penerawanganku tadi siang, dia memandangku seolah ingin mengatakan sesuatu dan sepertinya dia tidak menyukai kedatanganku.

"Bagaimana pak apa minyaknya sudah disiapkan"

"Sudah dang, ini minyaknya"

"Baiklah, tolong siapkan juga garam dapur dan air sumur satu ember"

"Diapun menyiapkan kebutuhanku"

Selanjutnya aku mengisi air dan dan garam serta minyak dengan energi kalacakraku, sebagai sarana pembesihan dan pemagaran.

"Ini pak, airnya di campurkan dengan garamnya kemudian percikan ke seluruh penjuru ruangan rumah jangan ada yang luput dan sumur serta kamar mandinya semua di siram dengan air dan garam ini dan keempat botol minyak ini bapak tanam di empat penjuru rumah"

"Baik dang"

"Apa ada kamar kosong pak, saya pinjam dulu untuk berzikir"

"Ada dang, di kamar anak saya saja dang ga apa-apa"

"Baiklah pak" aku pun masuk ke kamar dan membakar dupa untuk melakukan pengusiran dan pembersihan serta pemagaran ghaib.

Aku menyiapkan sarana ritual seperti biasanya, dupa sudah kubakar dan cupu seruni sudah kuletakkan di depanku, dan aku mematikan lampu kemudian menstarter dzikirku.

Sesaat aku kembali melakukan penerawangan sebelum membuka portal ghaib, kulihat ada beberapa makhluk astral yang mungkin nanti akan menjadi lawan yang lumayan berat yaitu genderuwo dan satu banas pati lagi.

Terlihat makhluk-makhluk itu sudah mulai gelisah yang tadinya mereka diam tak bergerak, sekarang sudah mulai bergerak kesana kemari, hal ini dikarenakan mereka sudah merasakan energi ghaibku.

Aku kembali konsentrasi pada pembukaan portal ghaib dan blaszzz... kembali aku sudah berada di alam sebelah, kali ini kami berada di sebuah hutan belantara yang dingin dan lembab, aku tahu di alam nyata ini adalah sebuah lokasi pemakaman dimana tempat pengambilan tanah kuburan yang dijadikan sebagai media guna-guna diambil.

"Hmmm... dinda seruni, bagaimana menurutmu di sekeliling kita banyak sekali lawan yang akan kita hadapi, mereka ini membentuk berberapa kelompok sesuai dengan jenis dan rupa mereka"

"Benar kanda, pemimpin mereka hanya dua, yaitu banas pati dan genderuwo, banas pati dan pasukannya biarlah menjadi bagianku karena aku sudah tahu titik lemahnya dan kelihatannya juga dia memang ingin menjajalku untuk membalaskan dendamnya katena pasangannya musnah ditanganku, kanda hadapi saja gengeruwo dan pasukannya"

"Baiklah dinda" Kamipun melesat kearah lawan masing-masing.

"Salam sahabat mohon maaf telah mengganggu ketenanganmu"

"Huarrrrrr.... apa urusanmu sehingga kau memcampuri misi kami hrrrr....."

"Maaf sahabat kami dimintai bantuan oleh yang punya rumah ini untuk membersihkannya dari makhluk sebangsamu"

"Huaarr... kau mau membersihkan dan mengusir kami hrrrr...."

"Saya tidak berniat untuk mengusir kalian tapi saya hanya minta kesediaan kalian untuk pindah dari rumah ini karena tempat kalian sebenarnya bukan disini"

"Huaarrrr... kami tidak bisa pergi dari sini sebelum misi kami selesai hrrrr..."

"Femi kebaikan kita semua saya harap sahabat bisa mengerti, manusia yang memberikan misi kepada kalian sudah saya kalahkan jadi dengan demikian misi kalian sudah selesai sampai disini dan silahkan bawa pasukanmu, tidak ada lagi manusia yang akan menuntut penyelesaian misi kalian nanti"

"Huarrrrrr... huarrrrr... hrrrrr... kalau begitu kami akan membalaskan dendam tuan kami hrrrr.... orang yang kau kalahkan itu selalu memberikan sesaji santapan untuk kami hrrrr... sekarang siapa yang akan memberikan santapan dan sesaji untuk kami"

"Wahai sahabat raja gederuwo... jika kau bersikeras kau akan kukirim bersamanya kalau tidak mau pergi dari sini"

Emosiku sudah mulai naik dengan percakapan ini, kelihatan kalau dia tidak bisa di minta pergi begitu saja, tidak ada jalan lain selain pertarungan.

Aku harus lebih hati-hati karena genderuwo ini lain dari yang lain, dia mempunyai mata merah dan bermahkota pertanda kalau dia adalah seorang pemimpin, dan aku yakin kesaktiannya juga lebih tinggi dari genderuwo lain.

"Sombong kau anak muda, sebaliknya aku yang akan mengirimu untuk meminta maaf pada tuan kami huaaarrrrr...."

Tiba-tiba sebuah serangan jarak jauh datang ke arahku, serangan berupa bulu-bulu tajam bagaikan ribuan jarum beracun mengarah padaku.

Tanpa persiapan seketika muncul perisai kalacakra berputar dengan kencangnya menghadang ribuan jarum tersebut dan tak satupun jarum yang lolos kearahku, sepertinya raja genderuwo ini benar-benar marah padaku, sorot matanya merah menyala dan taringnya menyeringai melihat serangan pertamanya gagal mengenaiku.

"Huaaarrrrrr..." satu pasukan genderuwo bercampur demit menyerbu ke arahku, dengan ganasnya mereka melancarkan serangan, bak satu pasukan zombie mengelilingiku dan berusaha menggapaiku.

"Hmmm... walaupun mereka ini menyerang dengan membabi buta, tetap saja aku kerepotan di karenakan kalah banyak"

Dengan kondisi seperti ini perisai kalacakra saja tidak cukup karena jumlah mereka banyak sekali, tidak ada jalan lain kecuali ajian cakra mangilingan yang harus kugunakan.

Aku melompat jauh dari kerumunan pasukan demit dan bersiap menggunakan ajian cakra manggilingan, dengan energi  penuh kurasakan energi ajian cakra manggilingan mulai naik dan memenuhi area sekitarku.

Kuhempaskan kedua telapak tanganku ke bumi, dan seketika ombak energi yang sangat besar muncul dan langsung bergerak kearah  pasukan demit yang mendekatiku.

Saat pasukan demit berpapasan dengan ombak energiku mereka langsung tunggang langgang digulung ombak energi bak tsunami memporak-porandakannya, seluruh benda yang terkena di sapu bersih.

Ombak energi pertama masih menyisakan beberapa anggota pasukan demit, karena tinggal beberapa maka ini adalah tugas pembersihan perisai kala cakra.

Perisaiku langsung mengarah pada mereka dan menebas semua  pasukan tanpa sisa. Sekarang tinggal ada satu yaitu raja genderuwo tanpa pasukan.

"Hmmmm... sekarang hanya tinggal kau sendiri, menyerahlah dan pergilah dari sini wahai raja genderuwo"

"Huarrr... jangan berharap aku akan pergi dari sini kita belum bertarung dan kau belum tahu kemampuanku hrrrrr....."

"Huaaarrrrrr...." seketika ditangannya muncul sebuah gada berwarna hitam dan besar seimbang dengan besarnya tubuh raja genderuwo itu.

Lawanku langsung melesat kearahku, dengan menggunakan gadanya menyerangku bertubi-tubi dan setiap pukulannya disertai dengan energi yang luar biasa besarnya angin kibasan gada itu saja bisa menerbangkan batu yang terkena sapuan anginnya, setiap benda yang terkena hantaman gada itu hancur berantakan.

Dengan kondisi seperti ini aku berfikir apa yang harus kugunakan untuk melawannya seranganya, aku tidak mempunyai senjata yang sebesar itu dan tubuhkupun jauh lebih kecil dari ukuran tubuh lawanku, untuk sementara hanya perisai kalacakra lah yang bisa kugunakan.

Lama pertarungan jarak dekat kami terjadi tapi belum satupun pukulanku bisa mendarat ketubuh lawanku, meskipun badannya besar raja genderuwo ini sangat gesit, gerakankannya tidak terpengaruh dengan ukuran badannya.

Sedangkan seruni masih sibuk dengan pertarungannya melawan banas pati dan pasukannya. Yah... aku harus memanggil naga emasku, mungkin dengan bantuan naga emas dari udara bisa mempercepat selesainya pertarungan ini.

"Sahabatku khodam naga emas hadir... hadir..hadirr..." seketika naga emaspun muncul di atasku.

"Sahabat beri dia serangan dari atas buat dia kerepotan dulu" naga emaspun segera berkeliaran diatas kami dan sesekali menyemburkan apinya kearah lawanku, terlihat lawanku sedikit kerepotan karena harus menghadapi naga emas dan perisai kala cakra, setiap kali terjadi benturan antara perisai dengan gada cahaya kilatan dan bunga api selalu keluar disertai suara gesekan yang nyaring dari putaran perisai kala cakra.

Sementara aku berusaha untuk mundur sedikit menjauh dari arena pertarungan, yah... mungkin ini saatnya aku menjajal kehebatan ilmu baruku yaitu ilmu tapak Budha yang di wariskan oleh Batara karang padaku.

Akupun segera membathin dan bertelepati untuk berpamitan kepada khodam batara karang untuk menggunakan ilmunya.

"Salam sahabatku batara karang mohon izin dan restu untuk menggunakan ajian tapak budhamu" sektika aku mendengar suara bisikan jauh"gunakanlah ksatria...."

Aku segera membhatin dan membangkitkan energi ilmu tapak budha, tanpa bisa kujelaskan dengan kata-kata, tiba-tiba  tubuhku terasa dingin dan hawa dingin ini menyelimuti area sekelilingku, dengan gerak karomatullah kedua tanganku bergerak sendiri tanpa perintah dari otakku, membentuk posisi dan gerakan ilmu tapak budha yang memang gerakan ilmu ini belum pernah aku pelajari sebelumnya, jadi hanya dengan kemampuan gerakan karomatullah yang bisa menciptakan gerakan aslinya.

Gerakan tanganku berakhir setelah membentuk posisi bersemedi sambil berdiri, seketika tanganku bergetar kencang tanpa bisa kukendalikan, getaran ini kuat luar biasa disertai dengan sejumlah energi yang sangat besar pula, tiba-tiba tanganku mengarah kedepan kearah lawanku.

Selanjutnya munculah kilatan-kilatan cahaya berwarna biru terang dari tanganku, seperti aliran listrik tegangan tinggi sedang  mengalami arus pendek, kemudian dari tanganku muncul bayangan telapak tangan tangan yang sangat besar satu... dua... tiga... bayangan keluar langsung mengarah ke raja genderuwo.

karena dia lengah dengan keberadaanku dia langsung terkena hantaman bayangan tapak tanganku secara bertubi-tubi, tak pelak lagi lawanku terpental dan gada di tangannya terlepas dari genggaman.

Perisai kalacakra dan naga emas langsung menyusul memberikan serangan sebelum lawanku bangkit dan... "huaaarrrrrr...." dia langsung terkena semburan api naga emas dan kepalanya terpenggal oleh perisai kala cakra.

"Hmmmm... maafkan aku sahabat raja genderuwo aku sudah memperingatkanmu sedari tadi, kau hanyalah korban dari ketamakan umat manusia"

"Ya... tuhaaannn harus berapa lagi makhluk astral musnah ditanganku, yang sebenarnya mereka tidak bersalah hanya termakan hasutan dari umat manusia yang tamak"

Kembali ke pertarungan seruni, kali ini dia lumayan kerepotan karena banas pati yang dia hadapi bukan hanya satu, sepertinya banas pati yang terlihat satu tadi telah memanggil teman-temannya untuk membalaskan dendam temannya yang sudah di musnahkan seruni pada pertarungan sebelumnya.

Aku tidak bisa membiarkan seruni bertarung sendirian, khodam naga emaslah yang sepertinya bisa membantunya.

"Sahabat naga emas... cepat bantu seruni menyelesaikan pertarungannya, kita sudah tidak punya waktu banyak"

Naga emaspun segera terbang menuju pertarungan seruni, dia menyemburkan api birunya kearah banas pati, sehingga kobaran api yang bertemu antara banas pati dan semburan naga emas menjadi sangatlah besar dan membakar benda-benda yang ada di sekitarnya.

Yah... api di lawan dengan api, api siapa yang paling panas dan besar dialah yang menang, terlihat seruni sudah bersiap untuk mengeluarkan ajian segara geninya, tak lama api sudah muncul di sekelilingnya api-api itu berterbangan mengelilinginya.

Sementara banas pati yang memang berwujud api semakin membesar, lidah apinya menyambar kesana kemari, seketika api biru disekeliling seruni beterbangan kearah banas pati, api seruni semakin banyak dan membentuk bola-bola api yang mengarah ke banas pati dan banas pati pun semakin lama semakin besar.
Sementara banas pati berusaha menepis api yang datang padanya dengan menggunakan apinya yang setiap pertemuan api biru dengan api merah, maka salah satu api ada yang menghilang menyisakan api biru terkadang api berwarna merah.

Hmmmm.... pertempuran yang dahsyat sekali bagiku kata-kata tidaklah bisa menggambarkanya dengan sempurnah, sekarang terlihat seluruh tubuh seruni sudah hilang dalam kobaran api birunya, perlahan kobaran api yang di dalamnya terdapat tubuh seruni perlahan bergerak kearah banas pati.

Semakin lama semakin dekat kedua kobaran api itu dan... "duaaarrrrr......" terjadi sebuah ledakan yang besar saat bertemunya kedua kobaran api itu.

Seketika sesosok bagaikan bayangan melesat keluar dari kobaran api, siapakah dia, seruni ataukah banas pati, owh... ternyata serunilah yang melesat keluar dari kobaran api.

"Naga emas... keluarkan apimu tambahkan kedalam kobaran api.." teriak seruni.

Naga emas langsung terbang di atas kobaran api dan menyemburkan api biru dari mulutnya, maka terbentuklah kobaran api raksasa, cukup lama  kobaran api raksasa bertahan.

Hingga akhirnya seluruh kobaran api semua sudah berwarna biru tanpa menyisakan api yang berwarna merah, dan lama kelamaan kobaran api itu menyusut semakin lama semakin kecil dan akhirnya padam, anehnya tidak ada satupun benda yang tersisa disekitar bekas kobaran api, bahkan bekas tubuh banas patipun sudah tidak ada.

Akupun memghampiri seruni,
"Bagaimana dinda?"

"Sudah selesai kanda, banas pati itu sudah musnah"

"Dinda dahsyat sekali ajian segara genimu"

"Iya kanda, akupun tidak menyangka ternyata ajian segara geni bisa sebesar itu tapi sepertinya ajian itu belum maksimal ditanganku"

"Owh.... sebegitu dahsyatnya jika yang kulihat tadi belum maksimal, bagaimanakah bentuknya jika sudah maksimal mungkin satu kampung bisa dibakar dengan ajian segara geni itu"

"Kanda sepertinya semua makhluk astral sudah habis sebagian dari mereka kabur dari arena pertarungan dan sebagian lagi musnah artinya proses pembersihan sudah selesai kita lakukan"

"Benar dinda, sekarang tinggal aku mengangkat menara pagar ghaib dan mengaktifkan pagarnya"

"Iya kanda silahkan kanda aktifkan"

Akupun mengaktifkan pagar ghaib yang sudah di pasang oleh suami ibu dewi, kali ini pagar ghaib yang bermedia lima botol minyak misik hitam yang di tanam di lima penjuru rumah, minyak dalam botol itu akan berfungsi sebagai  tiang menara pagar, tingginya satu meter di atas atap rumah dengan kedalaman satu meter di dalam tanah.
Setiap tiang akan dihubungkan oleh aliran listrik atau petir, petir inilah nanti yang akan menghantam setiap makhluk ghaib yang berniat jahat jika masuk kedalam rumah.

"Hmmm... dinda aku akan bersemedi sebentar untuk mengangkat tiang menara"

"Baik kanda"

Akupun melakukan semedi pengangkatan pagar ghaib, dan tidak lama seluruh area terasa bergetar kencang dan munculah lima tiang menara dari dalam bumi, semakin lama semakin tinggi dan besar dan berhenti setelah setinggi satu meter di atas atap rumah.

Dan akupun mulai mengisi tiang dengan energi kala cakraku untuk membentuk aliran listrik atau petir, setelah semuanya lengkap dan aktif aku menutup semedi pengangkatan pagarku.

"Nah pagar ghaibnya sudah selesai dinda mari kita kembali ke dimensi nyata" serunipun membuka portal untuk kami kembali, setelah aku membuka mata dan menutup ritualku aku kembali keluar kamar ritual dan menemui ibu dewi dan keluarga.

"Bagaiamana dang? sudah selesai pemagarannya"

"Sudah pak"

"Tadi waktu dang sedang ritual kami merasakan rumah ini  panas sekali dang, memang apa yang terjadi tadi ?"

"Tidak apa-apa itu hanya efek energi pertempuran saya dengan makhluk ghaib yang ada dirumah ini, karena ada beberapa yang tidak mau pergi"

"Owh.. begituya dang"

"Pak pagarnya sudah saya aktifkan mudah-mudahan bapak sekeluarga aman, tapi saran saya jangan sekali-sekali minyak yang sudah di tanam itu di ambil atau di buang, karena minyak itu adalah tiang pagarnya"

"Baik dang"

"Jika minyak di buang maka pagar akan jebol dan makhluk ghaib kiriman akan bisa masuk kembali"

"Jika nanti ada suara ledakan dari posisi minyak yang di tanam segera kasih tau saya karena itu artinya pagar kita ada yang jebol pak, dan artinya ada serangan lagi"

"Baik dang saya pasti kasih tahu"

"Kalau begitu saya permisi pulang dulu pak"

"Baik dang terimakasih banyak sebelumnya"

"Sama-sama pak" akupun keluar dan berpamitan pulang, sebenarnya aku curiga pada ibu mertuanya yang dari tadi mendengar perbincangan dan selalu menampakkan wajah sinis.

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close