Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 48) - Gadis Cantik Dalam Kurungan


Malam semakin larut, cahaya sinar rembulan menembus hutan belantara jagad Purwa menerangi jalan yang dilalui kereta kuda unicorn yang dikusiri Gochan, tak lama terdengar suara dari dalam kabin kereta,

"Gochan!" Tolong hentikan kereta ditepi jalan ada hal yang harus aku lakukan,"

Gochan lantas menghentikan laju kereta kudanya dan menghentikannya dekat sebuah pohon besar yang tumbang melintang disisi jalan, Jaka Indi segera keluar dari kabin kereta, kemudian membentangkan lembaran kain disisi jalan, menghadap ke barat, dan setelah berwudhu dengan bekal air minum, dari guci besar yang dibawanya, Jaka Indi lalu melanjutkan dengan sholat isya yang belum sempat dikerjakannya.

Gochan sudah tidak merasa heran lagi dengan kebiasaan pamannya ini, yang biasanya habis Sholat dilanjutkan zikir dan meditasi.

Sehingga Gochan tidak menanyakan apapun, melainkan langsung menuju atap kabin kereta, duduk bersila dan bermeditasi, Gochan mendapatkan pengajaran cara bermeditasi juga dari Jaka Indi, dengan cara duduk bersila, ujung jari tengah disentuhkan dengan ibu jari, sambil
kedua lengan diletakkan diatas paha, yang dilanjutkan dengan mengheningkan cipta serta melakukan olah pernafasan.

Gochan merasa semangatnya dan tenaganya menjadi terhimpun kembali, meditasi ini pada akhirnya juga manjadi kebiasaan Gochan yang sering dilakukan Gohan disaat saat waktu luang.

Selang beberapa menit berlalu, Gochan mulai masuk dalam keheningan dan kekhusyuan meditasi, Sayup-sayup dari dalam hutan Gochan mendengar suara tembang lagu dari suara seorang pria, namun anehnya disamping suara tembang lagu, ada pula sayup-sayup suara tangis seorang wanita, suara itu terdengar begitu memilukan, begitu berbeda dan kontras dengan tembang lagu yang terdengar merdu dan penuh rasa khidmat. Hingga membuat Gochan terbangun dari keheningan meditasi dan mulai membuka matanya,

RumekSo ingsun laku nisto ngoyo woro ku jaga diriku dari berbuat nista sekehendak hati

Kelawan mekak howo, howo kang dur angkoro
melawan/mengendalikan hawa, hawa (nafsu) yang diliputi angkara

Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda
meskipun setan gentayangan masih saja/ selalu membuat gangguan

Hinggo pupusing jaman
hingga akhir jaman

Hameteg ingsun nyirep geni wiso murko
sekuat tenaga diriku memadamkan api, bisa (racun), murka

Maper hardening ponco, saben ulesing
netro
Mengendalikan panca indera (dalam) setiap kedipan mata

Linambaran sih kawelasan, ingkang paring kamulyan
dilandasi belas kasih Sang Pemberi Kemulyaan

Sang Hyang Jati Pengeran
Sang Maha Penguasa Sejati

Saat Gochan melirik kearah pamannya, ternyata Jaka Indi juga sudah terjaga dan sedang mendengarkan arah sumber suara tersebut berada, Jaka Indi sontak berdiri dan berkata.

"Gochan kamu cari tahu sumber suara wanita yang sedang menangis, beri tanda anak panah pada setiap pohon yang kamu lewati. Tunggu saja ditempat sumber suara wanita menangis tersebut dan jangan lakukan tindakan apapun sampai kedatanganku. Aku akan mengikuti sumber suara orang yang yang bernyanyi tersebut."

Seketika Jaka Indi langsung berkelebat cepat berlari ke sumber suara nyanyian di kegelapan tengah hutan.

Gochan pun ikut berlari kearah yang berbeda, yaitu kearah sumber suara tangisan wanita berasal.

Dalam suasana pekatnya malam ditengah hutan belantara, berlari dalam kegelapan sudah hal yang biasa bagi Gochan, karena sejak tinggal dihutan Labirin, matanya telah terlatih melihat dengan baik. Setiap beberapa pohon yang dilewati, Gochan memberi tanda mata anak panah kearah sumber suara yang ia tuju, hingga akhirnya ia menemukan sebuah pohon beringin besar, dan suara tangisan tersebut, ia yakini berasal dari belakang pohon beringin besar tersebut.

Meski paman Jaka lndi berpesan agar ia menunggu pamannya datang dan tidak mengambil tindakan apapun, namun rasa penasaran Gochan, membuatnya ia menyelinap perlahan kebalik pohon tersebut, untuk melihat dan mengetahui apa yang berada dibalik pohon besar itu.

Dibalik pohon beringin besar yang rimbun itu ternyata ada sebuah gua kecil. Dan dalam gua kecil itu ada setitik cahaya lentera serta seseorang wanita yang terkurung dalam kurungan bambu, Cahaya lenteranya guram, namun wajah gadis dalam kurungan lebih muram, dengan tangis sesenggukan dan air mata jatuh berlinang, membuat siapapun yang melihatnya akan merasa iba.

Kurungan itu menyerupa kurungan ayam (kandang ayam) namun kurungan ini empat kali lebih besar dari kurungan ayam, dan yang berada dalam kurungan bukanlah ayam ataupun hewan. Melainkan seorang gadis cantik yang duduk dengan melipat lutut sambil menangis tersedu-sedu.

Gua kecil tersebut terlihat bersih bahkan ada beberapa perabotan didalamnya, sebuah dipan kayu, sebuah kursi dan meja kecil serta sebuah lemari pakaian.

Sedang kurungan tersebut bukanlah kurungan yang terbuat dari besi baja atau terbuat dari tembaga, melainkan sebuah kurungan layaknya kurungan ayam yang hanya terbuat dari bambu kuning seukuran jari kelingking orang dewasa.

Pada bagian atas kurungan ada semacam segel kertas dengan rajah tulisan yang tidak dimengerti Gochan. Sedang pada bagian bambu terlilit beberapa lembar daun kelor. Ini sepertinya bukan sebuah kurungan biasa, sehingga walau hanya sebuah kurungan bambu, wanita yang terkurung dalam kurungan tersebut terbukti tidak bisa keluar.

Gadis cantik itu terlihat kaget dan gembira ada seseorang yang datang,. Lalu ucapnya dengan nada memohon, "Adik, dapatkah kau bantu membuka atau melepas segel kertas yang ada diatas kurungan hambu ini l?" Pintanya memelas...

Bahkan gadis tersebut mengulang berkali kali permohonannya. Tapi mengingat pesan pamannya, Gochan hanya diam saja seraya mengamati gadis cantik yang berada dalam kurungan ayam tersebut, tanpa memberi jawaban apapun, bahkan kemudian Gochan duduk bersila dilantai dekat pintu masuk Gua sambil bermeditasi.

***

Kenapa Jaka Indi justru berlari memisahkan diri dari Gochan dan malah berusaha mengejar sumber suara pria yang mendendangkan lagu tersebut !?

Karena Jaka Indi sangat yakin kalau yang bernyanyi tersebut adalah berasal dari suara kakak seperguruannya, yaitu Panji Dewantoro, dan Jaka Indi juga tahu kalau Kidung Wahyu Kolosebo adalah salah satu lagu yang biasa dinyanyikan Mas Panji, saat mereka masih bersama-sama menimba ilmu bela diri pada Kanjeng Cakra Langit.

Namun meski Jaka Indi telah berlari dengan kecepatan penuh, Jaka Indi tidak dapat menyusul dan menemukan jejak kakak seperguruannya, karena tidak terdengar lagi suara orang bernyanyi, bahkan kakak seperguruannya tersebut juga tidak meninggalkan bekas jejak telapak kaki, dan tidak terlihat pula bekas ranting yang patah karena terinjak kaki seseorang. Jaka Indi tidak lagi melanjutkan pengejarannya.

Hmm.... Rupanya ilmu meringankan tubuh mas Panji telah meningkat pesat, dari saat ia mengenalnya semasa berlatih bersama di padepokan Kanjeng Cakra Langit. Atau mungkin aku mengejar kearah yang salah pikir Jaka Indi dalam hati.

Mengingat keadaan Gochan yang ia tinggal sendirian, Jaka Indi langsung putar badan kearah semula, beberapa saat kemudian dapat ia temukan beberapa tanda mata anak panah yang ditorehkan di batang pohon oleh Gochan, Sambil berlari mengikuti setiap arah mata anak panah yang ditemuinya Jaka Indi memanggil Gochan dengan tenaga dalamnya, sehingga walau suara Jaka Indi perlahan, namun dapat terdengar sampai kejauhan.

"Gochan....Gochan... kamu dimana...!?"

Sayup-sayup terdengar suara Gochan... "Paman aku ada disini...!"
"Disini di mana...?"

Andai itu beberapa hari yang lalu, mungkin Gochan tidak akan bisa mendengar suara ini.

Tapi sekarang, sejak Gochan berlatih meditasi dibawah bimbingan paman Jaka Indi kemampuan panca Indranya meningkat pesat.

la menghentikan meditasinya dan menyahut, "Paman aku ada disini, didalam gua dibalik pohon beringin yang besar itu?"

Dengan mudah Jaka Indi dapat mendengar asal suara Gochan dan menemukan pohon beringin yang besar dan rimbun, dan menemukan gua kecil dibelakangnya. Serta mendapati Gochan yang sedang duduk dilantai, juga ditengah gua nampak terlihat seorang gadis cantik yang berada dalam sebuah kurungan ayam yang besar dengan sebuah kertas segel yang tertempel pada atas kurungan tersebut.

"Gochan apa kamu telah berbincang dengan gadis itu?"

"Tidak paman. Aku hanya menunggu kedatangan paman disini."

"Bagus!" Ujar Jaka Indi.

"Tuan muda tolong keluarkan saya dari kurungan ini, lepaskanlah kertas segel yang ada di atas kurungan ini," Ucap gadis tersebut dengan nada memohon.

"Siapakah kamu !? Mengapa kamu bisa terperangkap dalam kurungan bambu tersebut ?
Apa kamu tidak bisa keluar sendiri ?"

"Tuan.., kurungan bambu ini tidak ada artinya buat bangsa manusia seperti Tuan, tapi buat kami bangsa peri, kurungan bambu ini membuat kami tak berdaya."

"Lantas siapakah kamu!?" Tanya Jaka Indi kembali.

BERSAMBUNG
close