Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 49) - Kembaran Dewi Yuna


"Aku Dewi Yuna, putri kerajaan Suralaya, bila tuan mau membebaskanku, aku akan memberimu banyak hadiah." Ujar gadis itu berusaha meyakinkan Jaka Indi.

Andai gadis itu tidak mengaku sebagai Dewi Yuna, mungkin Jaka Indi sudah membantu membebaskan gadis tersebut dari kurungan bambu kuning bersegel kertas berajah mantra suci itu. Justru karena gadis tersebut mengaku sebagai Dewi Yuna, yang membuat Jaka Indi mengurungkan niatnya membebaskan sang gadis.

Mungkin gadis itu sama sekali tidak menduga kalau ada manusia yang pernah menjumpai Dewi Yuna, karena jangankan manusia biasa, bahkan para peri pun belum tentu pernah melihat wajah Dewi Yuna yang merupakan putri Kerajaan Suralaya yang suka mengembara. 

Dirinya sendiri bahkan baru melihat Dewi Yuna, tatkala Dewi Yuna juara tiga kali berturut-turut saat ikut lomba memanah yang diadakan di panggung pertunjukan bela diri danau asmoro.

Setelah itu Dewi Yuna tidak pernah lagi menampakkan dirinya dimuka umum.

Sebaliknya Gochan langsung menyahut, "Rupanya kakak Dewi Yuna yang terkenal akan kecantikannya itu."

Sedang Jaka Indi hanya menjawab dingin. "Kamu berdusta...!"

"Maaf..ini memang bukan wajahku sebenarnya, aku sedang dalam penyamaran," Sekonyong-konyong gadis itu menggosok kedua telapak tangannya secara berulang hingga keluar asap, dan asap tersebut menyelimuti seluruh tubuhnya, tak lama kemudian disaat asap mulai menipis dan menghilang terlihatlah seorang wanita sangat cantik berkulit putih mulus, hingga Gochan dan Jaka Indi tersentak Kaget.

Kalau Gochan yang selama ini meyakini tidak ada wanita yang dapat menandingi kecantikan kak Arimbinya, tapi setelah melihat wanita yang berubah wujud dihadapannya saat ini, ia baru menyadari kalau ternyata masih ada wanita yang jauh lebih cantik dari kak Arimbinya,

Kalau gadis dalam kurungan sebelumnya adalah wanita yang cantik, sedang gadis yang telah berubah wujud ini sudah jauh melampaui kecantikan umumnya manusia, tapi sudah laksana kecantikan bidadari. 

Sebaliknya Jaka Indi seketika terperanjat dan berseru "Yuna !!" Dengan suara bergetar.

Namun Jaka Indi hanya terkejut sesaat, ketika ia melihat dijari manis gadis tersebut tidak terlihat adanya cincin batu giok pernikahan mereka, dan mengingat wanita itu tidak mengenali dirinya saat pertama bertemu.

Jaka Indi bertambah yakin kalau gadis tersebut, bukanlah Dewi Yuna, tapi pasti sejenis Peri atau bangsa Jin yang mampu berubah wujud.

Kemudian ucap Jaka Indi, "Baiklah aku percaya, sambil berjalan mendekati kurungan bambu tersebut. Setelah berada disisi kurungan bambu ia melihat kertas segel Mantra Suci yang berada di atas kurungan bambu itu, Ternyata segel kertas yang disangkanya sebuah rajah dalam huruf Jawi kuno, ternyata itu bertuliskan ayat kursi dalam Arab gundul, merupakan salah satu ayat yang diyakini bisa digunakan untuk menundukkan bangsa Jin dan makhluk astral.

Bahkan dari tulisannya ia mengenali kalau kertas segel tersebut ditulis sendiri oleh tangan Mas Panji kakak seperguruannya, Hal tersebut membuat Jaka Indi semakin tidak ragu lagi, kalau yang dikejarnya tadi adalah Mas Panji, dan yang terpenting itu berarti mas Panji masih hidup. Dan ada harapan besar untuk menemuinya. Di negeri ini juga.

"Nona Yuna dekatkanlah dirimu dahulu, ke arahku!
Dekatkan telingamu ke tepi kurungan, ada yang ingin kukatakan," bisik Jaka Indi lirih,

Setelah itu Jaka Indi berbisik perlahan, "Apakah nona Yuna telah lupa, kalau aku Jaka Indi adalah suamimu !?"

Seraya tangan kanannya yang berada di dalam tas saku pinggangnya, bergerak cepat laksana kilat menepuk ubun-ubun si nona yang mengaku Dewi Yuna.

Sontak mendadak nona tersebut laksana tersetrum arus tegangan tinggi, tubuhnya bergetar sesaat, lalu reaksinya berubah jadi diam mematung, dengan tatapan dan sorot pandangan kosong ke depan.

"Coba kamu sebutkan namamu yang sebenarnya dan latar belakangmu"

"Namaku yang sebenarnya adalah Dewi Tiara, aku adalah duta harta dari organisasi Perkumpulan Bunga Teratai."

"Aku memiliki profesi rangkap, yaitu sebagai wanita penghibur papan atas, hanya para raja, pangeran, bangsawan, dan para satria terpandang yang dapat tidur denganku, dan mereka semua sanggup membayar dengan harga tinggi, asal aku bersedia tidur dengannya, dan mau berubah wujud, menjadi seperti wanita yang diinginkannya.

Dengan profesi sampinganku sebagai wanita penghibur p***g papan atas, membuatku banyak memperoleh harta dan informasi berharga dari para raja dan bangsawan yang tidur denganku.

Sebagian dari mereka sering datang ke tempatku dalam keadaan setengah mabuk, sehingga seringkali tanpa sadar menceritakan rahasia pribadinya dan rahasia pemerintahan kerajaannya."

Tiba-tiba Gochan menyela pembicaraan nona itu dengan Jaka Indi, "Paman apa yang engkau lakukan !? Mengapa engkau bukan membebaskan Dewi Yuna, tetapi malah membuatnya menjadi wanita Linglung.?" Dengan nada menegur mengingatkan.

"Tenang saja Gochan, yang kulakukan ini tidak sampai membahayakan jiwanya. Aku hanya menancapkan sebatang jarum perak yang telah diberi mantra suci, tepat pada titik syaraf motoriknya yang ada di ubun-ubun kepalanya, sehingga selama jarum perak tersebut belum dicabut dari kepalanya, gadis tersebut akan selalu berada dalam keadaan terhipnotis, dan hanya tunduk padaku, serta hanya perkataanku saja yang ia dengarkan.

Terlebih gadis ini telah berdusta dengan mengatakan kalau dirinya adalah Dewi Yuna, sedang Dewi Yuna yang sebenarnya adalah istriku." Jelas Jaka indi, sambil tangannya merogoh kedalam saku tas pinggangnya dan mengeluarkan sebatang jarum serupa jarum jahit, hanya jarum ini, sedikit lebih besar dan lebih panjang serta terbuat dari perak dengan panjang sekitar tujuh senti meter dan memperlihatkannya pada Gochan.

Jaka Indi jadi terbayang kembali saat pertama kali mendapatkan ilmu pelajaran pengobatan dari Kanjeng Cakra Langit, gurunya berkata bahwa ilmu pengobatan ini hanya diajarkan pada Jaka Indi dan tidak diajarkan pada murid-murid yang lainnya, termasuk Panji Dewantoro.

Kemudian gurunya membentangkan dua buah gambar, dengan beberapa titik-titik Akupuntur yang ada digambar kedua tubuh tersebut.

"Gambar pertama adalah gambar manusia dari bangsa kita dengan titik titik akupuntur yang ada di seluruh tubuhnya, sedang gambar kedua menggambarkan titik-titik akupuntur yang ada pada tubuh makhluk astral."

Selanjutnya Kanjeng Cakra Langit, mulai menjelaskan, "Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, kemudian menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut.

Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indera, pengolahan rangsangan dilakukan oleh saraf pusat, kemudian meneruskan rangsangan yang dapat dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera.

Pada dasarnya sistem syaraf makhluk hidup terdiri dari syaraf sensorik yaitu sel saraf yang memiliki fungsi untuk menghantarkan impuls dari alat indera menuju ke otak.

Berikutnya Syaraf motorik memiliki fungsi untuk membawa impuls dari otak atau sumsum tulang belakang menuju efektor atau otot atau kelenjar dalam tubuh." 

Bla..bla...bla...dan seterusnya.... Jelas Kanjeng Cakra Langit panang lebar.

Setelah Jaka Indi mendengar penjelasan gurunya, mendadak ia teringat sesuatu.

"Guru apakah cerita tentang kuntilanak yang ditancapkan paku pada kepalanya, guna menundukkan kuntilanak tersebut adalah benar adanya.!?"

"lya.... pada prinsipnya sama, tapi lazimnya menggunakan Jarum perak."

"Namun dalam situasi tertentu bisa juga menggunakan paku atau jarum lainnya."

"Untuk menguasai makhluk astral biasanya jarum atau paku perak tersebut juga telah diisi dengan mantra suci (ayat2 suci atau bacaan tertentu) sesuai keyakinan yang dianut sang Tabib atau Satria tersebut. Tapi sebenarnya hal itu tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, harus mereka yang memang menguasai ilmu akupuntur dan mengetahui dengan tepat setiap letak titik akupunturnya.

Selama paku atau jarum yang tertancap tepat dipusat syaraf motoriknya itu bisa saja. Namun bila sampai bergeser satu mili saja, atau lebih dalam atau kurang dalam menancapkan paku dan jarum itu, malah bisa mengakibatkan kelumpuhan total, kegilaan atau bahkan bisa berakibat kematian pada korbannya."

Mempelajari ilmu pengobatan, ilmu akupunktur dari Kanjeng Cakra Langit, termasuk belajar ilmu totok syaraf menurut hemat Jaka Indi jauh lebih sulit dari mempelajari ilmu beladiri, Bahkan Jaka Indi memerlukan waktu dua tahun untuk menguasai ilmu pengobatan dan titik titik akupuntur, serta masalah syaraf kelistrikan yang ada pada tubuh manusia dan makhluk astral dari kalangan jin dan peri.

BERSAMBUNG
close