Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 10) - Pendopo Jati


PENDOPO JATI

"Ayo kita jemput Sumirah, Mutik!"

"Nggih kanjeng ratu,siap nampi dhawuh...!"

Hanya dalam sekejap penguasa rawa ireng dan nyai Mutik sudah berada didepan mulut goa pitutur yang nampak gelap.

Cetap....tap....tap...tap

Saat langkah pertama sang ratu memasuki goa, semua obor yang berada digoa menyala apinya, goa kembali terang.

Sumirah kaget, namun dirinya harus tetap tenang, dirinya merapatkan matanya agar tak terbuka. Sang ratu dan nyai Mutik tersenyum melihat keteguhan hati yang dimiliki Sumirah.

"Bukalah matamu Sumirah, aku datang kemari bersama kanjeng ratu untuk menjemputmu, kau telah lolos ujian goa pitutur Sumirah!"

Perlahan Sumirah membuka kelopak matanya.

Hal pertama kali yang dia lihat setelah 13 hari menutup mata adalah wajah cantik sang penguasa rawa ireng tersebut.

"Kanjeng ratu..."

Sumirah berusaha duduk bersimpuh untuk memberi hormat kepada junjungannya, namun kini dirinya terlalu lemah, dirinya terjatuh namun dengan sigap bahunya ditangkap oleh nyai Mutik, sehingga Sumirah tidak limbung dan terjatuh dari meja batu tempatnya bertapa. Sumirah tampak pucat dan lemas, tenaganya telah habis terpakai untuk bisa selamat dari ujian di goa pitutur.

Ratu Lintang Pethak memetik sebuah kelopak teratai dari bejana emas yang dijaga Sumirah, perlahan sang ratu mengulurkan tangannya didepan mulut Sumirah yang terkatup karena lemas.

"Makanlah kelopak bunga ini, maka tenagamu akan kembali seperti sediakala."

Sumirah menggangguk, lalu perlahan membuka mulutnya dan mengunyah perlahan kelopak teratai yang disodorkan kepadanya.

Perlahan tulang punggung Sumirah terasa panas, seolah ada yang masuk dari punggungnya, panasnya menyebar dengan cepat keseluruh tubuhnya, jantung memompa darahnya lebih cepat. Wajah pucat Sumirah perlahan kembali merona, tenaganya kembali seperti sediakala. Bahkan kini dirinya tak lagi merasa lapar dan haus. Sumirah sangat takjub.

"Sumirah...!"

"Nggih kanjeng ratu."

"Pergilah kau dengan Mutik, lakukan ritual selanjutnya, kau harus berusaha menyelesaikan semuanya sebelum bulan purnama selanjutnya."

"Siap nampi dhawuh kanjeng ratu"

Sang ratu menghilang dari hadapannya hanya dalam kedipan mata.

Sesungguhnya Sumirah sudah sangat lelah dengan seluruh ritual ini, tapi dia tidak boleh mengeluh, dirinya harus kuat demi membalas dendam akan sakit hatinya kepada Permana, mantan suaminya.

"Ayo Sumirah, kita pergi."

Sumirah mengekor dibelakang nyai Mutik.

"Kita sudah sampai Sumirah, tempat ritualmu selanjutnya, sekaligus ritual terakhir, ritual penentu seberapa besar keinginanmu ingin menjadi perempuan tercantik"

Sumirah berhenti disebuah pendopo, yang bangunnya berwarna coklat berkilau, ada 5 pilar menyangga pendopo tersebut, 4 pilar masing-masing berdiri kokoh disetiap sudutnya dan pilar terbesar berada ditengah pendopo, ini adalah bangunan yang kuno namun gagah dan megah.

"Kita dimana nyai?"

"Kita berada di PENDOPO JATI, Sumirah..!"

BERSAMBUNG
close