Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 11) - Kesempatan Terakhir


KESEMPATAN TERAKHIR

"Jangan, jangan kau makan 10 kelopak secara bersamaan, jangan Sumirah... Jangan !!!"

Nyai Mutik hanya mampu menjerit didalam hati, dirinya tak mampu membantu Sumirah, nyai Mutik bergetar hebat, 200 tahun hidup baru kali ini dirinya menemui manusia seambisi dan senekat ini.

Saat nyai Mutik ketakutan justru sang ratu tersenyum senang, dia akan memiliki dayang abadi yang baru.
Mata merah delimanya menyala, lidah bercabangnya keluar dan berdesis, karena begitu senangnya sang ratu tak mampu mempertahankan wujud manusiannya dengan sempurna.

Ssssssttt...sssssttt..ssstt...

Sementara itu dipendopo jati Sumirah tengah menatap 10 kelopak bunga yang dia pegang, dia meyakinkan diri bahwa apa yang dia lakukan adalah pilihan yang tepat. Sumirah menutup kedua matanya, lalu

Huuup...!
Sekali suapan Sumirah menelan seluruh kelopak bunga ditangannya.

"Aaaaaaaaaaaaargggghhhhtttt.....!!!!"

Suara jeritan Sumirah terdengar hingga ketempat kanjeng ratu dan nyai Mutik. Sang ratu sangat senang sementara nyai Mutik menepuk dahinya pasrah. Sumirah sudah melakukan hal diluar kendalinya, sekarang Sumirah akan kehilangan kesadarannya, dan semua perjuangannya sia-sia. Sumirah akan menjadi dayang abadi sang ratu dalam bentuk yang baru.

Krieeeeet...kriieeeet....krieeeeeet.....

Derit lantai pendopo terdengar menahan tubuh Sumirah yang tengkurap membujur dan kaku. Matanya berwaran kuning berpupilkan seekor ular, lidah bercabang menjulur dari dalam mulut Sumirah.

Ssssssst.....ssssssst......ssssstttt......

"Aaarrrrrrgggg!!!'"

Sumirah menggeram, hilang sudah kesadarannya.

Sssssssttttt....ssssttt....sssstttt....

Sumirah seutuhnya telah menjelma menjadi seekor ular berbisa raksasa, ular dengan warna hijau ditubuhnya namun kepala dan ekornya yang runcing berwarna merah cerah, mata kuning dengan pupil khas hewan melata.

Ssssssstttt...ssstttt...sssttt..

Sumirah kini raganya telah berubah, sukmanya tak lagi mampu menahan kekuatan teratai putih, dirinya telah dikendalikan oleh kekuatan iblis yang dia kejar. Sungguh malang nasipnya, termakan oleh kekuatan yang tak mampu dia kendalikan.

Nyai Mutik dan kanjeng ratu kini sudah berada dihadapan Sumirah yang telah menjelma menjadi seekor ular. Sang ratu membentangkan kedua tangannya kearah ular Sumirah

"Cah ayu...ayo melu aku..!" (anak cantik, ayo ikut aku..!)

Mata ular hijau dengan kepala merah itu menatap lekat kearah sang ratu, nyai Mutik beringsut mundur kebelakang bersembunyi dibalik tubuh ratu Lintang Pethak junjungannya.

Sssssss.....sssst....ssst....

"Kenapa kau mengamuk Sumirah? Bukankah ini semua keputusanmu? Mutik sudah memperingatkanmu, tapi kamu tidak mengindahkan peringatannya. Maka hadapilah semua resikonya!"

Mata sang ular meneteskan air matanya, ada rasa sakit, penyesalan dan rasa tidak terima tercampur didalamnya. Sumirah tidak ingin berakhir menjadi seekor ular. Permana dan gendis masih berbahagia diatas penderitaannya, dirinya tak boleh berhenti dan gagal dengan semua ritual yang sudah dijalaninya dengan susah payah, dirinya harus kembali berwujud manusia, tapi bagaimana caranya??

Tessss...tes....tess..

"Jangan menangis anakku, cah ayu ! Akan aku beri kamu satu kesempatan lagi, dan ini menjadi kesempatan terakhirmu. Jika gagal kau akan berada dalam wujudmu ini selamanya, menjadi dayang abadiku dalam wujud ular hijau berkepala merah selamanya, apa kau siap!"

Perlahan kelopak mata sang ular terbuka, menatap sang ratu seolah berkata.

"Nggih kanjeng ratu, saya siap"

Sang ratu kembali mengukir senyuman penuh misteri lagi mempesona itu.

"Dengarkan aku Sumirah..! Berendamlah engkau didanau, tunggu sampai bulan purnama muncul. Tekadkan hatimu, perintahkan tubuhmu agar kembali menjelma menjadi tubuh seorang manusia. Jika tekadmu lemah maka akan berakhir dengan sia-sia, namun jika tekad dihatimu kuat, maka kau akan mampu mengontrol kekuatan teratai putih, apa kau siap Sumirah?"

Ular hijau jelmaan Sumirah mengangguk pertanda jika dirinya paham dan siap untuk melaksanakan perintah sang ratu.

"Pergilah sekarang, aku dan Mutik akan mengawasimu!"

Tak menunggu lama Sumirah melepaskan lilitan tubuhnya pada pilar pendopo jati dan dengan cepat merayap, membawa tubuhnya kearah danau jelmaan rawa ireng, tempat dimana dia memetik bunga teratai putih yang telah mengubahnya menjadi seekor ular hijau berkepala merah.

"Aku menyukainya Mutik, akan aku buat dia semakin lupa dengan tuhannya, dan akhirnya akan menjadi dayang setiaku."

Ssssst...sssst...sssttt...

Sang ratu menjulurkan lidah bercabangnya, mata merah delima dengan pupil merahnya menyala.
Perkataan sang ratu menjawab segala pertanyaan yang ada dihati Mutik yang sedari tadi diam menatap nasib Sumirah.

BERSAMBUNG

close