Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUSUK TERATAI PUTIH (Part 28) - Pengkhianatan


PENGKHIANATAN

"Fyuuuuuh...!"

Sumirah meniupkan serbuk hijau ke mata Anggara. Anggara yang  lengah tak lagi mampu menghindar.

"Lihatlah dengan mata kepalamu sendiri  betapa kejamnya mereka padaku, Kangmas Anggara!"

"Aaaaarrrght."

Anggara menjerit kesakitan sambil menutup matanya yang terasa terbakar akibat dari serbuk hijau yang di tiupkan oleh Sumirah tepat di kedua matanya. Kaki Anggara mundur beberapa langkah ke belakang hingga akhirnya tubuhnya limbung dan duduk tersungkur di atas pasir pantai laut Kidul.

Sumirah diam menatap lelaki yang dia cinta itu tengah menahan sakit. Hatinya sedang berperang sendiri, akankah dirinya membiarkan Anggara hidup atau harus membunuh lelaki tersebut.
Ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri pertarungan ini. Anggara sedang dalam posisi yang lemah.

"Bunuh dia Sumirah, demi kelangsungan bangsa kita. Bangsa lelembut rawa Ireng."

Sumirah menoleh ke belakang, entah sejak kapan Kanjeng Ratu Lintang Pethak dan Nyai Muti sudah berdiri di belakangnya.

"Bunuh dia Sumirah! Dia kelak akan menjadi batu sandungan mu di masa depan. Jangan biarkan dia hidup dan beranak-pinak. Karena jika itu terjadi, keturunan dari pria yang kau cinta itu akan menghancurkanmu!"

Kanjeng Ratu Lintang Pethak tahu dari sorot mata Sumirah jika budaknya itu tengah ragu. Ada cinta di sorot mata itu. Sumirah menundukkan kepalanya lesu. Haruskah dirinya membunuh Anggara?.
Dirinya sudah memperingatkan lelaki itu berkali-kali agar tidak mencampuri urusan bangsa lelembut Rawa Ireng. Tapi Anggara tidak mengindahkan sedikitpun peringatan darinya. Sekarang dirinya harus menuruti perintah dari junjungannya untuk membunuh Anggara. Sumirah kini sungguh  hatinya meragu.
Kanjeng Ratu Lintang Pethak sang penguasa Rawa Ireng mendekatkan wajahnya ke telinga Sumirah sambil berbisik.

"Kau bunuh lelaki itu, atau aku yang akan menelannya hidup-hidup Sumirah! Ssst... Sssssst.....!"

Sumirah memejamkan matanya, dirinya telah membulatkan tekadnya. Kanjeng Ratu Lintang Pethak dan Nyai Mutik tersenyum.

"Bunuh dia untukku, Sumirah!"

Kanjeng Ratu Lintang Pethak menyodorkan sebuah tusuk konde emas kepada Sumirah. Sumirah dengan tangan gemetar menerima tusuk konde emas tersebut.

"Bunuh dia, Sumirah!!!"

Lagi Kanjeng Ratu Lintang Pethak  memberikan perintah. Sumirah berusaha berdiri, dengan tubuh sempoyongan dirinya melangkah mendekati Anggara. Tangannya terangkat sambil memegang tusuk konde emas yang ujung runcingnya di hadapkan tepat di arah Anggara.

Anggara yang tengah menahan sakit tak berusaha menghindar. Dirinya pasrah jika harus mati. Anggara hanya mampu berdoa agar wanita yang dicintainya itu,yang kini sedang mendekatinya dan berniat membunuhnya agar bertobat dan kembali menyembah Allah.

Kanjeng Ratu penguasa Rawa Ireng itu tersenyum, lebih tepatnya menyeringai tatkala melihat Sumirah yang berjalan mendekat ke arah Anggara.

"Yah! Bagus Sumirah, bunuh dia! bunuh manusia alim itu untukku Sumirah!. Ssssssstt....!!!!"

Kanjeng Ratu Lintang Pethak kembali bersuara sambil berdesis menjulurkan lidah bercabang nya. Matanya menyala merah dengan pupil khas ularnya.

Sumirah sudah berada tepat di hadapan Anggara, tangannya telah siap menancapkan Tusuk Konde emas di kepala Anggara. Nyai Mutik dan ratunya menanti dengan tidak sabar.

"Cepat! bunuh dia Sumirah... sssst... sssst!"

Mendengar lagi perintah dari sang ratu, Sumirah memejamkan matanya sambil membulatkan tekadnya.

"Maafkan Aku!"

BERSAMBUNG
close