Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KUTUKAN ALAM SEBELAH (Part 1)

Semua orang mempunyai sisi gelap, terpuruk di lembah hitam, dan berada pada titik terendah. Namun tidak ada yang bisa menolong kecuali hidayahnya, janganlah selalu menyalahkan mereka periksa hati dan perbuatan. 


Malam yang cerah ditemani secangkir kopi hitam, tidak semuanya hitam itu pahit, selalu ada kenikmatan diakhir rasa. 

Suasana warung kopi di pinggir kota Samarinda. Terlihat muda mudi nongkrong sambil memainkan ponsel, menikmati minuman beraneka ragam dan cemilan ringan yang sudah dipesan. 
Pengunjung tidak terlalu banyak, ada beberapa orang asik ngobrol sambil ditemani lagu-lagu melow. 

"Bu, kopi hitam sama kentang goreng satu. Jangan terlalu banyak gulanya," pesan Bima.

"Nyaman juga walaupun sendiri tidak ada yang menemani, karena Neng Arab dan Vita katanya masih sibuk dengan pekerjaan dan tugas kampus," batin Bima.

Terlihat perempuan datang dan memesan minuman. Tidak terlalu cantik, rambut sebahu, kulit bisa dikatakan kecoklatan, umur sekitar tiga puluhan tahun, ada tato di lengan kiri, body ramping, memakai rok mini, pakaian ketat. Ia langsung duduk dan memesan minuman, duduk agak jauh dan membelakangi Bima. 

Selama dua puluh menit diperhatikan, seperti ada keganjilan, hanya saja Bima belum menemukan apa yang aneh. Setiap laki-laki yang datang ke cafe pasti melirik ingin menggodanya. Tapi Bima melihatnya biasa saja, tidak ada yang menonjol dari perempuan muda ini. 

"Ah... ada-ada saja pikiran ini."

Asik utak atik handphone, telinga Bima ibarat macan, bisa mendengar percakapan anak muda di samping, walaupun suara musik sedikit kencang. (efek khodam yang susah dibuang) 

"Minta nomor HP cepat sana nanti keburu pulang cewek itu. Cantik lho, nyesal nanti kamu," kata salah satu orang di tempat itu. 

"Malu Bro.., 'cantik betul,'" sahut kawan lainnya. 

"Ah... payah kamu ini."

Dari perbincangan anak muda tadi Bima bingung. 

"Cantik apanya, dilihat biasa saja, malah tidak ada daya tarik sedikit pun. Body yang sexy bisa jadi, pakaian yang minim boleh juga. Ah... Sudahlah mungkin pikiranku saja yang mulai aneh," batin Bima. 

Sebuah pesan Whatsapp masuk. 

[Di mana, Bang?]
[Di cafe seperti biasa, Neng? Kenapa mau ke sini?]
[Nggak, ah, Bang. Lagi sibuk kerja lembur. Sama siapa Bang, di cafe?]
[Sendiri aja lah, Neng.]
[Katanya, Vita mau ke sana. Aku kira Abang ada janji ketemuan.] 
[Nggak ada Neng, Vita WA aku. Mungkin dia ke sini sama teman kuliah.] 
[Mungkin juga ya Bang. Ya sudah dilanjut ngopinya.]
[Siap, Neng.]

Setelah beberapa lama perempuan itu kedatangan 2 orang laki-laki berbadan lumayan besar. Tidak lama mengobrol, mereka pun bersiap-siap pergi bersama dengan perempuan tadi.

Tiba-tiba datang seorang kakek kakek duduk di samping Bima. 

"Pasti beliau mau ceramah lagi atau ada yang disampaikan," gumam Bima. 

"Assalamu'alaikum... perempuan itu berisi susuk, coba di liat dari ujung kaki sampai kepala sambil baca sholawat," kata beliau. 

"Astaghfirullah betul banyak sekali susuk yang dipakai kepala, tangan, dada, bokong, sampai maaf, kemaluannya ada juga. Gila nih perempuan! Pantas laki-laki tertarik melihatnya. Biarkan saja apa urusannya denganku. Hal seperti itu biasa di kota besar."

Setelah melihat jam tangan tidak terasa sudah hampir tengah malam. Bergegaslah Bima pulang. Dalam perjalanan yang dingin dan embun malam mulai menebal, suasana jalan sepi hanya ada warung kecil yang masih buka. 
Setibanya di rumah Bima terkejut. Di depan pintu ada sosok perempuan memakai pakaian hijau dengan selendang putih, dan bawahan hitam. 

"Siapa itu? Manusia... tidak mungkin? Pasti kiriman dukun kam***t lagi."

Perlahan-lahan Bima mendekati. Jarak sekitar 2 meter perempuan tadi mengucapkan salam. 

"Kamu yang tadi memperhatikan Rizka dari jauh ya?"

"Jadi Rizka nama perempuan tadi?" batin Bima. 

"Iya, namanya Rizka."

"Kok dia tau tadi aku memperhatikan si perempuan, Apa dia ini penjaga perempuan bertato itu dan terusik dengan penerawanganku," batin Bima. 

"Iya maaf, atas kelancanganku membuat Anda terganggu." Ucap Bima pada sosok wanita tersebut.

"Tidak apa-apa nak. Aku yang menjaga Rizka dari kecil sampai sekarang. Aku kesini cuma mau silaturahmi saja."

"Maaf nama anda siapa?"

"Panggil saja Nyi Selaras, saya liat kamu bukan orang sembarangan, Ilmu kamu cukup tinggi."

"Ini semua milik Allah, dan hanya titipan saja," jelas Bima. 

"Kalau begitu saya pamit assalamu'alaikum."

Tiba-tiba ia menghilang di depan Bima. 
"Aneh, maksudnya apa datang kesini dan perempuan tadi. Ah, sudah lah lebih baik istirahat persiapan besok kerja lagi."

***

"Ayo Vi. Cepat! Nanti aku telat! Lama banget di kamar mandi!" teriak Sulaiha. 

"Sebentar El, baru aja keramas."

Sambil menunggu Vita mandi, Sulaiha menyalakan kompor merebus air buat susu. Buka kulkas isinya cuma telor, sayur, cemilan dan sebungkus cendol yang belum sempat di minum. Menghela nafas panjang, Sulaiha teringat Bima, yang biasanya setiap hari ketemu sewaktu kuliah dulu, sekarang seminggu sekali, Dan jarang. Paling cuma sebatas chat tanya kabar. Dikarenakan sibuk bekerja. 

"El buruan mandi," perintah Vita sedikit berlari dari kamar mandi ke kamar tidur. 

Bergegaslah El mandi, selesai mandi, dandan, minum susu yang sudah dibuat tadi, langsung saja berangkat kerja. Vita pun sama, masing-masing punya kesibukan sendiri. 
...

Sampai di kantor. 

"Pagi... El udah sarapan," sapa Rizka. 

Rizka karyawan bank, sudah bekerja 1 tahun disana, ia selalu berpenampilan seksi dengan pakaian yang minim, bahkan sering kena tegur atasan agar memperhatikan pakaiannya. 

"Udah dong. Kamu sendiri Riz? Tiap hari telat terus datangnya?"

"Belum El. Kesiangan bangun aku, biasa begadang," kata Rizka dengan wajah yang sedikit kurang tidur dan datang ke kantor juga seperti orang yang gelisah. 

"Jangan sering begadang Riz. Kurang bagus buat kesehatan. Liat tuh muka lesu betul."

Sebenarnya Rizka ingin menceritakan permasalahan tentang dirinya ke Sulaiha. Tetapi karena keburu teman kantor sudah mulai datang, ia mengurungkan untuk menceritakannya. 

"El kapan-kapan kita nongkrong yuk, di warung cafe. Ada yang pengen aku ceritakan," ajak Rizka.

"Boleh, sore ini aja kebetulan pekerjaan juga sudah tidak ada yang urgent," jawab Sulaiha.

Tidak beberapa lama Rizka pun menerima telpon dari seseorang, dan menjawabnya agak menjauh dari Sulaiha. Dari kejauhan di perhatian, Rizka seperti orang yang panik dan berusaha menahan tangis di wajahnya.

"Kenapa? Dapat telpon dari siapa?" tanya Suliaha sedikit cemas. 

"Hem nanti aja El, aku ceritakan semoga kamu bisa memberikan solusi."

"Lebih baik aku ajak Rizka ke cafe langganan saja, lumayan suasananya agak tenang kalau sore gini. Jaraknya pun tidak terlalu jauh, biar lebih mempersingkat waktu," batin Sulaiha. 

***

"Pesan apa Riz? Minum kopi apa cemilan ringan? Makanan berat ada juga kok."

Terkejut Rizka, "ini kan cafe yang semalam tempat dimana aku ketemu sama Mas Agus dan temennya."

"Air putih aja sama roti bakar," pinta Rizka.

"Kamu percaya kutukan? Hal gaib atau semacemnya?" tanya Rizka. 

"Percayalah. Emang kenapa?" Suliaha bertanya dengan wajah sedikit serius

"Sudah berapa dukun paranormal atau ustadz mengobatiku, mereka tidak sanggup. Rata-rata kalau tidak sakit pasti meninggal saat mengobatiku. Aku bingung El? Apa ini kutukan? Tadi aku menerima kabar yang mengobatiku semalam sudah meninggal."

Sulaiha pun kaget mendengar cerita Rizka. 

"Aku sudah nikah 3 kali, El. Semuanya kandas di tengah jalan, malah ada yang meninggal tidak wajar. 

Di badanku ini penuh susuk, El," Jelas Rizka

"Kamu pasang Susuk!"

"Entahlah El, aku juga bingung asalnya dari mana. Aku berharap Susuk ini bisa lepas."

"Banyak laki-laki yang mendekatiku tetapi cuma karna nafsu saja tidak ada cinta yang tulus. Kamu ada kenalan yang bisa bantu gak El?"

Sulaiha pun merasa iba mendengar cerita Rizka, ingin rasanya meminta tolong ke Bima. Di satu sisi juga khawatir kondisi Bima sekarang kurang sehat setelah kejadian membantu abah sakit. Takut juga kalau kembali lepas kendali saat membantu seseorang. 

"Ada sih teman lama. Nanti lah semoga dia mau membantu. Sekarang orangnya sibuk bekerja. Nanti kita atur jadwal ketemuan sama temanku itu."

Jam sudah hampir senja Sulaiha juga ingin pulang. Rencana malam ini mau menghubungi Bima dan menceritakan permasalahan Rizka.

Setelah sampai di depan pagar rumah, Sulaiha tiba-tiba merasa sangat lelah entah kenapa rasa kantuk yang sangat tidak tertahankan. 

Terdengar suara perempuan memanggil sesaat mau masuk rumah, dengan suara berat disertai bau busuk yang menyengat tercium. 

Badannya pun tiba-tiba terasa kaku tidak bisa bergerak, nafas sesak dan badan terasa sangat dingin, di depan terlihat sesosok perempuan dengan kuku yang panjang mata merah berdiri, perlahan mendekat dengan merayap menuju Sulaiha.

Bergerak saja Sulaiha tidak bisa, hanya membaca surah-surah pendek di dalam hati berharap jin itu pergi. 

Setelah mendekati telinga Sulaiha, makhluk itu pun berbisik pelan. 
"Dia akan mati di tanganku!"

Sulaiha pun terjatuh dan pingsan di depan pintu rumah. 

***

Tercium bau minyak angin, kepala masih sedikit pusing, hanya bingung apa yang terjadi, tepat di samping ada Bima, dan suara Vita memanggil. 

"Aku kenapa?" tanya Sulaiha lirih sambil memegang kepala karena sedikit nyeri. Badan masih lemah tidak bisa banyak bergerak. 

"Kamu pingsan El di depan pintu," jawab Vita. 

"Astaghfirullahalazim... perempuan itu...," gumam Sulaiha setelah ingat semua.

Ia menceritakan kejadian tadi pada mereka. 

Dengan sedikit menahan emosi karena jin itu pergi entah ke mana, dan setelah Bima cari tau, mungkin jin iseng aja. Bima melihat keadaan neng Arab sudah agak mendingan bisa duduk dan minum. 

"Istighfar neng, baca doa jangan melamun, makanya kalau senja jangan keluyuran di jalan."

Sulaiha ingin menceritakan permasalahan Rizka dan pesan perempuan tadi, tapi karena kondisi badannya masih lemah iapun menundanya. 

"Abang pamit Neng, insyaAllah besok kesini lagi, jaga kesehatan ya."

"Bang, bawakan cendol, ya," cetus Vita spontan. 

"Kamu itu Vit, gak liat apa aku habis pingsan," jawab Sulaiha.

"Iya besok abang bawakan cendol yang seger. Yang penting Neng Arab sudah tidak apa-apa. Kak Ferdi dan Mama sudah dikasih kabar"

"Sudah bang," Jawab Vita dari belakang. 

"Kasih kabar lagi, mama di Tarakan pasti cemas, udah malam nih gak enak sama tetangga. Abang pamit ya, assalamu'alaikum."

***

Dalam perjalanan pulang Bima merasa seperti ada yang mengawasi dari jauh.

"Biarkan saja kita lihat kiriman dukun mana yang datang." batin Bima.

Suasana malam dalam perjalanan pulang sudah mulai sepi dan dinginnya tidak seperti biasa, sesampainya di rumah Bima langsung mengambil wudhu shalat dua rakaat meminta petunjuk yang Maha Kuasa.

Tepat jam dua malam. 
"Gedebung!" Ada suara lemparan dari luar. 

Tepat di hadapan Bima ada seseorang perempuan berwajah pucat, mata yang merah pakaian serba hitam. 

"Kamu lagi? Kenapa bisa masuk rumahku tanpa ijin?!"

"Pasti si pesuruh iblis jahanam itu," ucap Bima dalam hati. 

"Cepat atau lambat kamu akan ikut denganku! Kita bersama-sama akan menyesatkan manusia," kata wanita itu sambil tertawa puas. 

"Apa maksudmu datang kesini? Sudah aku bilang tawaran apapun tidak akan aku terima."

"Hahahaha sehebat apa kekuatanmu melawanku, Hai manusia!"

"Hanya Allah yang maha Kuat. Semua makhluk di seluruh alam bersifat lemah," sergah Bima. 

"Aku menyukaimu, hahaha, aroma tubuhmu sudah tercium di neraka bersamaku. Lihat Suliha tadi, jika aku mau mudah saja aku membunuhnya!"

"Oh, jadi tadi kerjaanmu?" tanya Bima. 

Tiba-tiba saja perempuan tadi menghilang. Semalaman suntuk Bima tidak tidur mengingat kejadian tadi. 
Berharap orang tua bersorban datang memberikan solusi ternyata tidak datang. 

***

"Sarapan dulu El," tawar Vita.

"Jam berapa Bima ke rumah?"

"Habis sholat ashar sepertinya Vit, barusan chat katanya ada urusan sama Ustaz Umar."

"Ustaz Umar ganteng gak El?" tanya Vita genit. 

"Tanya sama Bima aja sana dia kan sahabatnya."

"Hem nanti kalau Bima datang aku tanya," Vita cengar cengir. 

"Gimana ceritanya Vit, kok sampai Bima yang datang?"

"Jadi gini ceritanya. Pulang dari kampus, Aku liat kamu pingsan di depan pintu, langsung saja aku telpon Bima karena panik."

"Terus?" wajah Sulaiha tegang. 

"Sekitar sepuluh menit dia datang dengan wajah panik dan langsung menggendong kamu ke kamar."

Sulaiha merasa bahagia di gendong Bima. 

"Terus, Vit?"

"Terus-terus ya. Bima dan semua ngurus kamu El, dia panik lho, wajahnya tidak ada senyum sama sekali...

Ya sudah El makan dulu, istirahat, aku banyak kerjaan nih cuci baju numpuk banget."

"Kamu ini Vit, nanti ceritakan lagi gimana kelanjutannya."

Vita pun langsung pergi ke dapur menyelesaikan pekerjaan rumah. 

***

Bima cuma bekerja setengah hari. Rencana setelah sholat dzuhur mau ke rumah Umar meminta nasehat perihal malam tadi. Karena setelah kejadian semalam hati Bima sangat gelisah. 

"Assalamu'alaikum Umar. Apa kabarnya?"

"Alhamdulillah Bang, sehat. Ada apa nih tumben ke rumah? ada yang perlu di bicarakan, ya?"

Setelah Bima menceritakan kejadian Sulaiha dan malam tadi, Umar pun terkejut. 

"Astaghfirullah memang mereka tidak henti-hentinya menyesatkan manusia."

"Bagaimana bagusnya sikapku Umar?"

"Semua orang mempunyai ujian Bang, jangan takut. Allah selalu ada membantu. Ujian abang sepertinya besar di depan."

"Mungkin akibat perbuatanku dahulu, masuk ke dunia hitam karena nafsu amarah."

"Lupakan saja Bang, semua orang punya sisi gelap."

Setelah berbincang lama Umar pun menyampaikan sore ini dia akan ke berau, ditugaskan dakwah disana beberapa minggu karena kekurangan pengajar agama. Mendengar umar keluar kota Bima sedikit sedih, berharap Umar mendampingi saat membantu orang. 

"Hati-hati disana Umar, daerah sana masih rawan, Ini tasbih dan parfum sholat bawa saja buat kamu, hitung-hitung amal jariahku."

"Ah... kamu ini Bang, ngomong apa. Insyaallah panjang umur kita, jadi bisa ketemu lagi disini."

Setelah sholat ashar Ustaz Umar pun berangkat menaiki mobil carter ke Berau. Bima hanya mendoakan semoga Umar sukses dengan dakwahnya di Berau. 

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya
close