Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MAKAM WASIAT IBLIS (Part 1)


JEJAKMISTERI - Temaram mulai bergelayut diantara dahan dan ranting di kaki gunung arjuno, jelitheng menyusuri jalan setapak untuk sebuah amanah dari kyai langitan mencari sebuah wasiat iblis yang konon katanya dapat membangkitkan anak cucu dajjal dalam perut bumi.
Adzan magrib telah berkumandang ketika jelitheng sampai pada aliran air seperempat perjalanan menuju pekatnya hutan dikaki gunung arjuno dan welirang disana, tak ada siapa-siapa, lengang bersambut dendang para serangga berpesta diriang nyanyiannya jelitheng berwudhu dan sholat disebuah bongkahan batu datar ditengah aliran air.

Senyap mengiringi langkah kaki keatas, siulan tak bernada mengiring sekedar ingin ditemani, sesampai dihutan lali jiwo, sepertinya ada yang mengikuti, bayangan putih panjang berkelebat dari mahoni besar pindah kepinus-pinus menebar aroma khas rupa bunga cempaka

Jelitheng pun terdiam dan memanggilnya dengan lantang meminang dewi cempaka putih turunlah jangan sungkan-sungkan, aku si jelitheng.
Seketika turunlah pemilik tubuh sintal penguasa alas lali jiwo itu, berpakaian hijau muda, berselendang putih panjang hingga menyeret ditanah, berkalung batu manik-manik berkilau dipantulan rembulan yang bersisa separuh pada hadirnya malam yang tiba dengan segenap keheningan disatuan nuansa alam hutan penuh kidung serangga yang berpesta,
lekuk tubuhnya jelas menampilkan kesempurnaan seorang wanita, senyumannya bisa memelet lelaki manapun di dunia ini jika beliau menginginkannya.

“Ada apa kau kesini cah manis, lama kau tak bersua ketempat kesunyiaan ku ini“ 
Dia membuka mulutnya yang menawan dengan dessa menginginkan sebuah sentuhan yang memikat resah para siapa saja yang tersengat aroma bunga wewangian penusuk sukma,
“aku mendapat amanah dari kyai langitan untuk mencari kotak wasiat iblis“ kata jelitheng.. tahu kah dewi letaknya makam-makam tersebut.

"bahagiakan aku malam ini, kalau aku puas ku beri tau letak makam wasiat iblis itu..
"Waduh,. aroma peletnya sudah ditebar, gemulai tubuhnya mulai menyentuh tubuh jelitheng dessa nafas terasa dibenak nakal pikiran, pipinya menyentuh pipi jelitheng saat dia bisikan kata "bagaimana cah manis??
Untunglah selangkangan jelitheng sudah di totok jalan darahnya agar tak mengembang dibawah pusar, rayuan pikatan sang dewi terus ditebar seiring malam mendukung gejolak nafsunya yang kian membara dan membakar nafsu inginnya menjadi-jadi,
“dewi maafkan aku, aku tak bisa” kata jelitheng seraya memegang pundaknya.. mata mereka pun beradu tatapan, tajam namun menghanyutkan, wewangian tubuhnya meresap relung nadi jelitheng, molek bening nan trasparan setiap jenggal tubuhnya bangkitkan kejalangan maksud hati yang kian debarkan jantung yang kencang layaknya kereta, pikiran jelitheng bergentayangan kumat para bangsat yang bercokol diubun-ubunnya.

“seandainya kau nyata adanya mungkin kupilih kau,” bimbang dalam benak jelitheng berkata,, sebab aisyah lailiyah madu santri wati tebu ireng belom memberi jawaban pasti atas maksud hati sang jelitheng ketika mengungkapkan rasanya setiap kali perjumpaan nya,
“dewi maafkan aku bukan maksudku menolak maksud nikmatmu" dengan halus kata jelitheng membujuk agar tak jatuh dalam angan nikmat rupa pikat sang dewi.
“mungkin lain kesempatan saja, aku temani kau tertawa melebur duka malam, kalau dewi tak memberi tahu tak apalah aku pamit meneruskan perjalanan“ kata jelitheng lagi,
Dia menunduk sedikit menyeringai marah..
Maaf dewi aku pamit.. Dengan kata pelan ia pun berkata" naiklah keatas kau akan menemukan jawaban disana dan berhati-hati karena wasiat iblis dijaga bala tentara iblis yang kejam-kejam.." terima kasih dewi aku undur diri..

Jelitheng melangkah tanpa menoleh, takutnya berubah pikirannya.. menyusuri jalan setapak yang gelap, keringat mulai membasahi tubuh, angin bergemuruh berdesing menabrak pucuk pinus yang kokoh dan kaku berdiri seperti barisan hantu-hantu tinggi yang terdiam di gelapnya malam yang sedang mengawasi langkah-langkah jelitheng menuju puncak..
Ada sebuah batu besar untuk melepas lelah sekaligus sholat isya' karena sudah lewat waktunya, setelah sholat perut mulai keroncongan minta diisi itu dikarenakan belum terisi semenjak keberangkatan sore tadi maka dipanggillah sahabat si jelitheng dari dunia kosong yaitu sosok gendruwo atau dalbo sejenis jin yang memiliki kesaktian yang mumpuni dan berumur ratusan tahun penghuni gunung arjuno dan sekitarnya, dengan menggetdruk kaki ke tanah tiga kali jelitheng memanggil  si kunto nama dari bangsa genderuwo sebagai teman si jelitheng,, kunto, kunto, kunto, datanglah ku butuh bantuan mu, kata jelitheng dalam hati, ketika memanggil sahabatnya dari golongan jin itu, yang sudah dikenal sejak beberapa tahun yang lalu ketika juga menaiki gunung arjuno, yang mendapati si kunto waktu itu tersekap pada sebuah lubang pada pohon raksasa ditepian jurang gunung arjuno, karena tak mau membantu perdukunan yang di perintahkan oleh seseorang dukun sakti pada waktu masa jaman kerajaan mojopahit dahulu, itu menurut penuturan si kunto pada waktu di bebaskan oleh sosok pemuda bernama jelitheng.

Seketika angin bergemuruh diiringi langkah kasar menimbulkan suara-suara semak jadi pada rebah. Berdiri lah si kunto dihadapan jelitheng, tinggi besar berbulu hitam kemerahan gondrong dengan mata menyalah tajam dan empat taring yang menyeringai..
Jelitheng pun berkata, “duduklah agar ku dapat melihat wajahmu yang ganteng” tawa si kunto langsung meledak membelah cadas tebing-tebing gunung ketika dipuji..

“Ada apa kang mas memanggil ku sambil senyum-senyum membelai wajahnya yang mengerikan..” Aku lapar tolong carikan singkong dan ayam hutan untuk mengisi perutku..” kata jelitheng “ Seketika itu dia berdiri melangkah berangkat dan berkata 
"Baik kang mas tunggu sebentar",..
Sambil membuat api jelitheng menunggu si kunto..

Kunto adalah genderuwo yang baik suka menolong dan kadang juga jahilnya amit-amit.. dia tinggal dihutan-hutan gunung arjuno beristri sebangsanya bernama nyi sambi jahatnya tidak ketulungan suka menjelma sebagai wanita cantik dan suka pada para pendaki yang brondong.. tidak suka pada wanita cantik karena dianggap saingannya tetapi juga kadang-kadang menjelma pemuda yang ganteng untuk memikat perempuan perempuan ganjeng yang suka memakai pakaian minimalis.. si kunto dan nyi sambi punya anak ratusan tersebar dihutan dan goa-goa arjuno dan welirang katanya ada yang berkelana dan menetap di gunung argopuro dan juga gunung semeru, pertemuan dengan jelitheng kala itu jelitheng sedang menaiki gunung arjuno untuk mendengarkan suara burung perkutut yang konon kata memiliki nilai mistis yang hebat di setiap anggunan perkutut tersebut, dan tiap kali manggung burung perkutut tersebut berada ditempat kunto yang tersekap, yaitu lubang yang dalam kasat mata adalah lubang pohon yang menganga pada pohon raksasa di tepian jurang alas lali jiwo di kaki gunung arjuno, dalam tiap anggunan suara merdu perkutut tersebut ada berbalas rintihan pilu dalam pohon itu yang dapat terdengar dengan mata batin, setelah diamati oleh jelitheng ,tampak lah sosok si kunto yang tersekap dalam lubang pohon raksasa tersebut, setelah diajak komunikasi dengan hati ke hati maka si kunto menceritakan nama nya dan kronologi terjadi nya penyekapan tersebut, yang dulunya si kunto adalah piaraan dari seorang dukun sakti pada masa kerajaan mojopahit pada waktu itu, dan sudah tak mau lagi di suruh-suruh menyakiti umat manusia hingga si kunto di buang oleh sang dukun sakti itu di gunung arjuno dalam keadaan tersekap atau terpenjara dalam lubang pohon.

Apipun mulai menyala dan kunto telah membawa singkong satu pohon berisi lima biji yang besar-besar dan seekor ayam hutan jantan muda..

Embun mulai menyusupi baju,. menempel mesra pada daun-daun, menari dan merayapi bebatuan. Tak terasa malam beranjak menuju pagi, perut kenyang tak terhindar dikantuk yang dalam hingga tidur pun pulas bermimpikan hamparan pemadani surga dengan para bidadari tersenyum riang bermain air dipancuran dalam kolam-kolam jernih berkilau laksana intan berlian, indah sungguh indah pemandangan alam mimpi ketika mempertemukan dengan kesukaan alam semesta yang indah pesonakan mata siapa saja yang memandangnya.

Si kunto telah pergi menemui panggilan sang istri, itulah si kunto makluk serupa genderuwo yang setia menjaga istri nya nyai sambi agar tidak mengobral auratnya pada manusia-manusia yang haus akan petualang cinta hanya untuk memuaskan nafsu syahwatnya saja,
nyai sambi memang kelewat batas nafsu syahwatnya ia bisa berubah rupa jadi yang diinginkan nya.. Ada brondong ganteng dia berubah jadi wanita cantik. Ada perempuan cantik dia berupa jadi lelaki perkasa nan tampan, supaya akan bisa menggauli dan memuaskan nafsu syahwatnya semata dimana saja dan kapan saja..

Dingin memulai mencengkram kaki dan tangan ketika jelitheng pulas mulai tertidur di mimpi indahnya, angin berbisik tak berirama menyentuh pucuk-pucuk pinus, tanpa terasa subuh telah menjemput mimpinya, buyarkan indah perjumpaan damai kenangan wajah ayu aisyah lailliyah serupa para bidadari surga dalam kantuk berbantal batu..

Beranjak bangun jelitheng mengambil embun yang bersemayam di dedaunan untuk berwudhu dan sholat Subuh. Sisa singkong bakar tadi malam menyisakan satu buah yang satunya entah kemana, mungkin dimakan tikus gunung atau pengerat lainnya. Jelitheng memakannya dan mengamati suasana pagi sambil mendengarkan alunan manggung perkutut hutan yang menabrak tebing-tebing, hingga memantul ditelinga dengan merdu nan indah...

Lalu bergerak kesisi barat lereng arjuno untuk mengecek keberadaan makam wasiat iblis yang dicari. Tak berselang lama jelitheng berada di padang kijang tempat savana lapang yang biasa digunakan untuk hewan kijang merumput bersama kawanannya..
Sepi hanya ada sekelebatan kijang yang lari menuju hutan.. Tak di temui tanda-tanda keberadaan dari makam wasiat iblis yang konon katanya dengan jarak dua ratus meter sudah berasa kekuatan gaib yang menyelimuti semua area yang berbatasan dengan makam tersebut.
Siang mulai begelayut diatas kepala, setelah sholat dhuhur jelitheng berdzikir dengan khusuk memohon bimbingan agar dapat menemukan arah yang tertuju.. Terdiam dalam senyap mencoba menghubungkan kejadian sebelum dan sesudah pencarian tak jua menemukan jawaban kepastian letak dari keberadaan dari makam wasiat iblis tersebut. 

Kemudian jelitheng mencoba naik lagi menuju puncak arjuna atau para tetua menyebut puncak ogal agil, dalam satu jam berjalan sampailah pada puncak yang sepi senyap hanya angin bergemuruh menabrak batu dan rerumputan, jelitheng mencoba membuka mata bathin dan mengamati sekitar puncak sampai ketika ada sesuatu yang menarik minat untuk menghampiri..

Ya di puncak ogal agil ada sebuah gua kecil jika dilihat kasad mata hanya sebuah lubang kecil yang tak begitu besar dan dalam, tetapi jika dilihat dengan mata bathin tampak lah sebuah pemukiman atau perkampungan atau mungkin kerajaan dedemit dalam sebuah goa yang begitu besar dalamnya dan berpenghuni para lelembut dari jaman kerajaan, berpakaian laksana dayang-dayang cantik dan para pasukan para raja juga tampak para abdi dalem kerajaan.

Subhanalloh.,. guman jelitheng,, didalam nya laksana permadani hamparan makanan dan minuman yang mengenyangkan tertata rapi dimeja dan berpiring dan sendok dari perak yang menyilaukan mata. Para dayang cantik-cantik mempersilakan jelitheng masuk, hingga membuat rasa penasaran jelitheng ingin mengetahui semua isi di dalam goa tersebut, dengan berucap salam jelitheng masuki goa tersebut kemudian dia pasang wajah khas nya, senyam-senyum dan cengar-cingir melihat semua penampakan dalam goa itu, semua serupa yang baik-baik, yang wanita cantik-cantik dan yang pria ganteng-ganteng berpakaian layaknya jaman dahulu kerajaan.
Sepuluh dayang menyambut jelitheng mempersilakan memakan apa saja yang tersedia diatas meja., perut mulai bertabuhan gaduh, garuk-garuk kepala kian menjadi, senyum centil menggoda para dayang cantik memamerkan keindahan nikmat peraduhan yang mewangi sukma kala hati menjadi tergoda oleh bujuk rayu semu pemikat hati..
Jelitheng hanya cangar-cengir mengamati sekeliling tanpa menyentuh makanan yang tersaji dan bujuk rayu pesona yang jelas-jelas bikin jantung jelitheng ingin meledak, tetapi itulah jelitheng tak mudah goyah dan rapuh ketika godaan mampir yang bersifat semu semata. 

Sampailah pada kejengkelan para dayang tersebut, salah seorang dayang bertanya dengan nada sedikit ketus melihat jelitheng yang sepertinya mudah terpengaruhi dan tergoda tetapi kenyataan nya sulit digoda dan bujuk rayu tak mempan mempengaruhi hatinya, 
"Kalau memang kang mas tak mau mencicipi makan yang tersaji ataupun tak mau menemani kami diperaduhan, apa yang kang mas cari disini?!!!".
"Aku hanya ingin melihat-lihat istana dalam goa ogal agil ini" jawab jelitheng
“kalau begitu cepatlah keluar dari sini, jika apa yang kang mas sudah dilihat disini“ kata salah satu dayang itu,, setelah itu dengan masih cengar-cengir jelitheng keluar gua, dalam kasat mata jelitheng hanya memasukkan kepala sampai punggung saja, dalam alam gaib sudah masuk seluruh penjuru ruangan goa.

Jelitheng masih senyam-senyum sendiri keluar dari dalam istana goa tersebut, sesekali kerling nakal mata menggoda salah satu dayang yang terimut yang dari tadi mengawasinya.
Diluar angin masih bergemuruh dan ketika jelitheng berdiri, dan begitu terkejutnya dia seperti lepas raga dalam hati hilang amblas, dikagetkan dengan seorang hulu balang berpakaian lengkap dengan pedang dan tameng, persis didekatnya diam membisu bertampang angker, entah berapa ratus tahun beliau ini berdiri didepan istana goa ogal agil tersebut.

Lalu beliau mengangkat pedangnya menujuk kearah sebuah batu tanpa sepatah kata, ketika jelitheng menoleh ada dua buah kentang segenggam tangan besarnya,. Lalu diambilnya kentang tersebut dan beliau sang hulu balang mengisyaratkan jelitheng untuk cepat pergi dari tempat itu untuk menghindari kemarahan para dayang yang ada dalam goa tadi.

Sambil ucapkan salam jelitheng melangkah pergi dengan cengar-cengir seperti bocah yang telah mendapatkan mainan baru yaitu berupa dua buah kentang besar-besar.. jelitheng melangkah menjauh dari goa memakan kentang itu tanpa dikupas, dan kentang mentah itu, seperti buah melon segar rasanya. Entah karena lapar atau halusinasi kebayang segarnya melon dalam goa tadi.

Satu kentang habis rasanya seperti makan satu meja full prasmanan direstoran padang..

"subhanalloh benar-benar ajaib" guman jelitheng sambil melangkah meninggalkan puncak..
Jelitheng menuruni puncak arjuno menuju indrogillo sisi sebelah barat. Hari sudah mulai senja matahari menyembunyikan diri diufuk barat dengan berat hati menuju peraduhan malam mengulas jingga bara tembaga pada kanvas cakrawala megah dunia yang kian merana.
Kali ini hawa makluk lelembut begitu kuat, jelitheng berpikir disinikah tempatnya dari makam itu yang begitu kuat hingga pusaran kekuatannya terasa meremangkan bulu kuduk,
banyak bayangan berkelebatan hitam dibalik ilalang dan semak-semak, tidak lah besar, setinggi satu meter lebih dan gendut-gendut hitam telanjang bulat lidahnya menjulur dengan caping telinga mirip kuda berkaki babi hutan dengan gerakkan gesit-gesit sulit terlihat mata.

Tiba-tiba mereka mengeroyok jelitheng dari segala penjuru, lidahnya menjulur merah panjang, kupingnya seperti kuping kuda, kakinya seperti kaki babi rusa.. Seumur-umur baru ini jelitheng temui makluk seperti itu dengan jumlah yang sangat banyak..
Malang tak bisa ditolak, bergumul dikeroyok makluk yang tak di kenali dari jenisnya..
Dalam hati jelitheng berguman 
"mampus aku" dengan segala upaya dia kerahkan semua kemampuan sebisa mungkin untuk membuat mereka menghilang dari hadapan si jelitheng tetapi makluk itu terus merangsek mendekat dan seperti terlihat pergumulan yang hebat antara jelitheng dengan banyaknya makluk hitam gendut nan pendek itu menjadikan keadaan tak begitu seimbang satu dikeroyok puluhan bahkan ratusan dari makluk-makluk itu, membuat jelitheng meningkatkan kemampuan yang dia miliki sampai batas kemampuan serta terus menendang menghantam
Sambil mengerahkan ilmu warisan dan upaya agar dapat menyingkirkan makluk-makluk ini.

Hari semakin gelap dan ternyata semakin banyak yang datang, pergumulan tak bisa dielakkan, basah tubuh mulai menyesap pada baju dan celana. Ketika jelitheng memukul dengan ajian rengkah angin roboh satu, bangkit lagi jadi sepuluh, hampir habis tenaga jelitheng untuk melawan makluk yang tak diketahui namanya ini, sampai akhirnya jelitheng berteriak keras nan panjang memanggil kunto.
Gemuruh angin deras menuju pergumulan itu, erangan mengerikan memecah pengeroyok, tangan dengan kuku panjang nan tajam kunto, mencabik-cabik makluk pendek gendut nan telanjang itu.
Bagai seekor beruang besar bertarung dengan gerombolan kera hitam yang begitu sengit.. Suara erangan dan jeritan memecah malam sisi barat gunung arjuno menuju indrogilo hingga menjadi riuh ditengah sepinya sepi dan malam terus menyaksikan pertempuran itu sebagai tontonan yang mungkin mengasikkan jika disaksikan dari atas awan dengan semilir angin sejuk dingin menyapa ..

Lain kunto lain jelitheng, mereka mengeroyok jelitheng hanya untuk menjilathi dengan juluran lidah merahnya kesekujur tubuh jelitheng, seperti ratusan lalat yang mengerubungi bangkai atau seonggok kotoran yang begitu lezatnya sebagai penghidang makam malam mereka yang sedang kelaparan hingga menimbulkan sesuatu tentang pesta porah bersama-sama dalam menikmatinya.
Lain dengan si kunto mereka bertarung untuk membunuhnya sebagai musuh yang harus dimusnahkan dan menjadikan piala kemenangan yang harus dikabarkan setelah kemenangan diraih, rupanya kunto pun kewalahan hingga memanggil istri dan anak-anaknya untuk membantunya,
Pertempuran besar tak terhindarkan dari golongan jin genderuwo dengan makluk lidah merah nan bugil hitam.

Suara-suara seperti teriakan histeris, praakk, bruukk, dan cekikikan tawa mengerikan mewarnai pertempuran itu,hingga sampai akhirnya ada bisikan gaib menghampiri telinga jelitheng,
"pegang lidah panjangnya dan besholawatlah.. sholluallah syaidina muhammad lalu lempar ke udara 
Seketika itu jelitheng langsung melakukannya dan melemparkannya ke udara sambil bersholawat 

"SHOLLUAALLAH SYAIDINA MUHAMMAD" 

Makluk itu terlempar keudara dan seketika diudara terdengar jeritan menyayat telinga yang begitu mengerikan.. dan hancurlah makluk itu beterbangan dengan jeritan panjang..
"Aaaaaaaaaaaahhh...
Dan para pengeroyok yang sudah berjumlah ratusan bahkan ribuan melarikan diri menghilang entah kemana, Kunto, nyi sambi dan beberapa anaknya tertawa mengekeh.. dengan menahan perih..

Jelitheng rebahkan tubuhnya direrumputan sekedar melepas lelah yang teramat sangat mengingat-ingat kejadian tadi, sambil pandangi bintang-bintang betebaran diangkasa membentuk suatu gugusan buah lukisan senyum malaikat cantik yang telah bersemayam di hatinya.
Makluk apakah tadi...?? benak jelitheng bergelayut mencari tahu.. laki apa perempuan ya,, kok pada bugil dan bernafsu banget menjilati tubuhku,,
pikiran jelitheng melayang-layang dan cangar-cengir sendiri.. Lalu siapakah yang berbisik memberi petunjuk tadi,
Jelitheng tersentak dan bangkit mencoba mencari tahu siapakah beliau adanya,, dan kini jelitheng semakin yakin, beliau ada disekitar sini, atau kah salah satu seorang pertapa yang ada disini, memang daerah tersebut kan tempatnya orang-orang nyepi dan ngilmu, jelitheng pun pandangi sekelilingnya si kunto beserta keluarganya sudah lenyap tanpa pamit meninggalkan jelitheng sendirian bingung pada pendiriaannya yang kian menyelimuti seiring malam semakin turunkan dingin yang berbalas sayup-sayup angin tertumpah pada padang semak nan rerumputan berhias sepi dan kegelapan menyapa siapa saja manakala kesunyian menyelimuti sang waktu di penantian.

Hening membasuh alam malam, angin berdebur pada rerumputan, batu-batu dan semak-semak, biduan serangga bernyanyikan simponinya dalam beraduan tembang-tembang kehidupan,
"Damai" kata jelitheng dalam hati, senyap berbias suara-suara alam yang tetap sahaja dalam syairnya dan tembang-tembang yang dilagukan, mengupas makna-makna akan arti sebuah malam berlukis pekat antar jelagah-jelagah berhias kerlap-kerlip bintang milyaran mengangkasa, tabir-tabir bumi bersujud pada sang pencipta mengemban tugas mulia yang di bebankan pada tubuhnya.

Tiba-tiba ada bisikan lagi, ketika jelitheng masih menikmati kidung-kidung malam yang menghampiri 
"cah gendeng datanglah kemari ini ada air,, bisa melepas dahagamu, dan ikuti kunang-kunang yang datang sebentar lagi menghampirimu" tak lama berselang datanglah kunang-kunang yang dimaksud tersebut hingga membuat penasaran si jelitheng untuk segera mengetahui siapa adanya beliau ini, seketika jelitheng bangkit dari rasa penasaran itu, dan mengikuti kunang-kunang terbang yang datang menjemput.. Mengikuti kelap-kelip cahaya kecil terbang menjauh kearah indrogilo, sampailah pada nyala api unggun kecil dan duduklah seorang paruh baya, mengunakan ikat kepala hitam menutup seperti blangkon, berbaju seperti abdi dalem kratön Jogya dan bercelana hitam komprang layaknya warok ponorgo, membawa tas terbuat dari anyaman yang diselempangkan dipundaknya.. Ganteng bersih berkumis tebal berkharisma penuh pesona bagi yang menatapnya,

"assalamuallaikum,,,,,,,,, “ jelitheng memberi salam
"Waallaikum salam "beliau menjawab"

Jelitheng menjabat tangannya dan mencoba mencium tangannya tapi beliau keburu menariknya. duduklah sambil mengulurkan sebuah veples (botol minuman terbuat dari aluminium yang biasa digunakan tentara), jelitheng pun menyambutnya dan duduk berhadap hadapan dengan beliau..
Tasbihnya terus diputar melafal asma-asma Allah,
Ayo sholat bersama dari tadi aku menunggumu untuk berjama'ah Isya' beliau 
"berkata"..monggo kyai kata jelitheng menjawab dengan santun,,
Dalam benak jelitheng bertanya siapakah beliau ini wajahnya baru ku kenal saat ini juga hmmm...
“nanti kita ngobrol setelah sholat cah gendeng” beliau berkata 
“waduh beliau mengetahui kata hatiku,” guman jelitheng dalam hati, seketika itu jelitheng jadi diam seribu kata hati dan pikiran takutnya bisa terbaca lagi.. mereka pun sholat bersama, dalam gelapnya malam dengan khusuk serupa para batu-batu gunung yang tetap bersujud pada bumi.

Bintang-bintang bertaburan memenuhi angkasa.. indah berlukisankan semua khayalan yang kita inginkan, simponi malam bernada keheningan hinggap pada pepohonan, ilalang dan rumput yang tanpa lelah menari-nari menghibur semesta seperti tarian abadi sambut sang illahi.

"Aku mengetahui kau dari ustad sholeh dan aisyah, ustad sholeh adalah adikku dan aisyah adalah putri tunggalku yang kini ada dipesantren tebu ireng,,
Orang-orang pesantren tebu ireng memanggilku shidik.." Kata beliau membuka percakapan,

"ooh.... jadi njenengan gus shidik tebu ireng dan juga abahnya aisyah." Kata jelitheng
"astagfirullah maafkan saya yang bodoh ini tak tahu keperadahan kyai" kata jelitheng lagi
Lalu hening bergelayut pada diri masing-masing sedang malam terus melangkah menjauh, 

"Aisyah dilamar oleh astanah jakfar putra kyai langitan yang sekarang masih sekolah di kairo makanya dia (aisyah) tak memberi jawaban atas niatanmu untuk menikahinya" gus shidik berucap"
Tak apalah kyai aku ikhlas asal aisyah bahagia.., jodoh, rejeki dan maut Allah taa’ala yang menentukan kita sebagai umatnya hanya bisah bermunajad dan ikhlas..“ jelitheng menjawab"
Miski dalam hati jelitheng ablas kedalam jurang yang paling dalam nan gelap, jelitheng mencoba tegar dihadapan Gus Shidik. Dia harus bisa mengendalikan perasaannya,, karena orang yang dihadapan jelitheng adalah orang yang bisa membaca pikiran dan hati orang lain..
Gus shidik pun takjub dengan jiwa yang dimiliki oleh jelitheng hingga menimbulkan kesan-kesan mendalam atas keiklasan anak muda yang bernama jelitheng ini, dan itu sudah membuat beliau gus shidik akan memberikan beberapa ilmu-ilmunya pribadi yang belum sosok jelitheng miliki.
Dan akhirnya mereka beranjak dari tempat api unggun itu,, melangkah pada suatu dataran lapang nan luas dan ramai sekali.. 

"Inilah pasar setan pusat para setan berkumpul dan bertransaksi apa saja keperluan kaum lelembut., tak peduli yang jahat dan yang baik mereka berkumpul disini dalam bentuk suatu peradapan mereka dalam berinteraksi, yang kafir akan bersekutu dengan yang kafir sedangkan yang baik akan berkumpul dengan yang baik pula, dan mereka memiliki batas-batas teritorial masing-masing dan tidak saling mengganggu kecuali di adu domba oleh bangsa manusia seperti kita ini "gus shidik berkata,
Jelitheng pun kini melihat rupa-rupa manusia aneh, binatang aneh, gabungan antara binatang dan manusia yang tak bisa di kenali pada setan umumnya, mereka berjalan tanpa ekpresi dan tak satupun yang berani memandang atau pun bertatap muka kepada gus shidik,
Maka sampailah mereka pada sebuah rumah mewah, gus shidik bertemu dua makluk berjubah putih berjenggot dan berwajah putih mereka saling bersalaman dan berucap salam..
Lalu gus shidik menghampiri jelitheng dan berkata
"kau tunggu disini lihat-lihat lah, dan jangan sampai keluar dari lingkaran ramai para setan ini aku mau masuk sebentar ada yang akan ku bicarakan dengan jin muslim itu."
"Injeh kyai" jelitheng menjawab..
jelitheng pun mulai melihat-lihat, ingin rasanya bikin onar dipasar setan ini, sekedar ingin melepaskan kejahilan dan kekesalan setelah mendengar kabar tentang aisyah dan pertunangannya
"aisyah....." jelitheng berguman
mengapa kau tak katakan dari dulu waktu aku punya niatan untuk menyuntingmu, bahwa kau sudah dilamar seseorang yang sebentar lagi lulusan kairo,, ooh.. apakah kau bimbang,, ataukah tak mau melukai hatiku,,
Justru inilah yang membuatku terluka bak srigala gunung yang melolong menahan perih dan sepi,, Karena kudengar bukan dari mulut manismu sendiri.,, malahan dari seorang abah,, Pikiran jelitheng bertakbir tak berimbang menggumpal bagai tetabuan yang mulai sobek hingga menyembulkan suara-suara serak tak enak di telinga bikin ingin marah membuncah didada yang mulai mengeras batu,
Lalu jelitheng pandangi setan-setan antik itu satu-persatu dengan melotot agar memancing amarah mereka dan di ajaknya bertarung,, untuk menambal rasa kekesalan itu bisa terobati tetapi tak satu pun para setan-setan itu terpancing oleh tatapan amarah jelitheng,, ini mungkin pengaruh dari sosok gus shidik yang memang diketahui mereka adalah sosok yang di takuti, akhirnya pandangan jelitheng berubah setelah beberapa menit tak ada satupun setan yang terpancing maksud usilnya, dia melihat kerumunan para setan yang sedang keasikan,
Didepan pojok jelitheng berdiri ada sebuah warung,, hanya sekedar ingin tahu.. kok ada banas pati makan sampai makan tiga piring, sundel bolong, kuntilanak dan jin-jin yang tak ditahu namanya sedang asik makan dengan lahapnya dan penjualnya adalah sosok genderuwo alias dalbo, ketika di dekati jelitheng untuk memperjelas pengelihatannya ternyata yang dimakan mareka adalah,,
Ooooh.. ternyata nasinya putih dari belatung yang hidup berjoget kluget-kluget, sayurnya kembang setaman, juga kembang kantil yang diasapi dengan kemenyan bergulung-gulung asapnya hingga menimbulkan aroma khas kesukaan mereka kaum lelembut semuanya.

Belom puas mengamati, gus shidik menyuruh jelitheng masuk untuk istirahat di sebuah rumah mewah tempat para jin muslim tadi bermukim..
Subhanallah.. perabotannya laksana raja-raja minyak saudi, permadani, sutra, semua barang-barang kwalitas super istimewa jelitheng pun mendapat tempat peraduhan super mewah mengalahkan hotel bintang lima, berbau harum, tempat tidur empuk bersprei sutra putih, dindingnya berpermadani berlafalkan huruf kaligrafi yang indah dan mempunyai makna tentang keagungan Allah taa’ala berserta dengan para rosul rosulnya,
dan seketikah jelitheng menghempaskan tubuhnya dikasur peraduhan itu dan lenyaplah dia dikisah-kisahnya dalam mimpi penghanyut semua kesal dan amarah diketenangan tidur nyenyak nan panjang.
Pulas seperti mati dalam ketenangan mimpi indah surga, yang begitu nikmat milik siapa hati jelitheng saja hingga lupa bahwasannya mimpi adalah kembang tidur pelipur gundah,
Peluk hening dirapat hangat peraduhan, bertabur harum semerbak, mabukkan tubuh melayang tak menimbang hingga membumbung kealam keajaiban dunia semesta ini.

Pagi menjemput mimpi alam bersenandung melodi kehidupan warna warni, kepulan asap singkong rebus menarik minat jelitheng untuk mencarinya, gus shidik dan berapa teman jinnya bercengkrama sambil menikmati singkong rebus yang disugukan oleh putri-putri para jin itu, jelitheng pun ikut menyimak dalam obrolan itu tanpa mau ikut ambil bagian di obrolan pagi ini nan sejuk akan hawa pegunungan yang segar,
Sambil mengunyah singkong mulut usil jelitheng mulai kumat dan nyeletuk ketika melihat dua putri cantik yang datang menyugukan kopi nan harum,
kyai itu putrinya ya.. atau istri-istri kyai berdua,
"Kata jelitheng " dua putri itu tersenyum malu-malu sambil membetulkan kerudungnya..
Kyai jin itu memandang jelitheng tajam seakan-akan mengetahui jalan benak arah dari. perkataan jelitheng.., dipandang seperti itu oleh kyai jin, jelitheng malah cengar-cengir sambil kerlingkan mata menggoda pada ke dua putri yang masih senyum-senyum malu.

Gus shidik pun ikut tersenyum melihat ketengilan jelitheng, ada apa jelitheng sambil menoleh kepadaku "kata gus shidik" waduh kog tahu julukan baru, kemarin dipanggil cah gendeng itu mungkin dari ustad sholeh.. sekarang jelitheng (si item) seperti ketika kakek memanggilku, jangan-jangan kedua kyai jin ini juga punya panggilan lain lagi nii.. "gelut pikir jelitheng"

"ada apa naksir ya." kata.. Gus shidik memecah lamunan jelitheng
"gak kyai... AKU CUMAN PENGEN TAU AJA DULU BAPAKNYA KHITAN DIMANA YA..?? KOK PUTRINYA BISA CANTIK-CANTIK GINI" kata jelitheng.

Gus shidik yang semula nyeruput kopi langsung disemburkannya menahan tawa...
Dan para kyai jin tambah melotot memandang jelitheng, kemudian jelitheng yang pasang tampang muka tanpa dosa pun masih cengar-cengir,, akhirnya mereka pun pamit meninggalkan rumah mewah para kyai jin, agar tidak menjadi amarah dari para kyai jin yang mulai terpancing oleh kejahilan si jelitheng, untuk menyusuri sisi selangkangan gunung antara arjuno welirang
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya
close