Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PORTAL LADUNI (Part 15) - Melintas Waktu (Perang Gunung Kumbang)

Bismillahirrahmanirrahiim, ana sawo mateng ing dadaku suarane prabu siliwangi seperti macan kesurupan lahaulawala quawatailla billahila aliyil adhim, bismillahi prabu siliwangi ingsun pamit akan menggunakan siliwangi atas keesaan Allah. 
(Ajian Macan Siliwangi)

Sebelum saya memulai part ini saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada semua anak keturunan dari para leluhur (puyang) yang mungkin nanti beberapa nama leluhur akan terdapat dalam cerita part ini, sekali lagi saya hanya menceritakan yang saya tahu menurut versi saya, dan janganlah nanti cerita ini menjadi landasan untuk beradu argumen dengan saya yang mungkin versi cerita menurut saya dan menurut para tetua dan anak cucu setiap leluhur yang terlibat dalam cerita ada sedikit perbedaan.

Saya hanya sedikit ingin mengungkapkan sedikit sejarah dari perjalanan para leluhur (puyang) agar anak cucunya bisa tahu tentang cerita leluhurnya terdahulu bukan hanya sekedar tahu namanya saja, tapi tahu juga tentang cerita hidupnya walaupun hanya sedikit.

Selebihnya mari kita nikmati saja cerita part ini sebagai pengisi waktu luang dan bukan untuk di bahas atau di perdebatkan.


JEJAKMISTERI - Kali ini pertualanganku bukanlah masalah penyakit non medis, tapi aku di perintahkan pembimbingku untuk menyelusuri sejarah leluhurku atau aku di suruh melintas waktu mundur ke zaman para leluhur atau zaman kerajaan tempo dulu.

Aku diminta untuk menelusuri salah satu asal mula terjadinya peperangan gunung kumbang di daerahku. 

Gunung kumbang dahulu adalah sebuah kampung orang sakti, penduduk kampung laki-laki dan perempuan, kecil dan dewasa semua mempunyai ilmu kanuragan, sehingga kampung ini benar-benar di takuti oleh kampung atau suku lainnya.

Malam itu aku memulai perjalanan ke dimensi astral membuka portal sebagai pintu masuk ke dimensi astral, aku mensugestikan untuk pergi ke kampung halamanku tempo dulu yaitu pada zaman kakek buyut dari bapakku.

Tidak lama aku membuka portal dan tiba-tiba blaszz... aku sudah berada di sebuah hutan.

"Hmmmm... ini sebenarnya bukan hutan tapi sebuah lokasi perkebunan kopi"

Aku berjalan mencari arah kemana ada penduduknya, ternyata di tengah kebun ini aku menemukan sebuah rumah panggung dan hanya ada satu, aku mencoba menaiki tangga rumah itu, dan kulihat ada dua orang perempuan, setelah kudengar lama percakapan mereka ternyata mereka bersaudara tapi bukan saudara kandung, sepertinya yang lebih muda adalah adik dari suami yang lebih tua itu.

Owh ya... mereka tidak bisa melihat kehadiranku karena aku menggunakan tubuh astral, aku di sini tidak untuk terlibat dengan aktifitas apapun karena tugasku hanyalah melihat langsung kejadian sejarah bukan untuk merubah sejarah.

Belum lama terdengar langkah kaki seseorang naik kerumah panggung itu,
"Assalamu'alaikum aku pulang..."

"Wo dang balik bawa ayam"

"Sini kamu langsung kerjain ayamnya dan di masak yang enak ya"

"Gimana dang, menang lagi ayamnya"

"Iya menanglah ayam siapa dulu"

"Terus mana ayam kita dang"

"Itu ku tambang di bawah"

Ternyata dia adalah seorang pengadu ayam dan ayamnya selalu menang setiap di adu. Aku belum tahu siapakah orang ini dari tadi aku belum mendengar istri atau adiknya menyebut namanya, makin timbul rasa penasaranku untuk lebih lama di rumah ini.

Tiba-tiba dari halaman rumah terdengar suara teriakan.

"Raden pengantin turun kau.., rumah ini sudah kami kepung kalau tidak rumah ini akan kami robohkan"

Aku melongo ke halaman ternyata ada segerombolan laki laki bertampang kasar di halaman, di pinggang mereka terselip berbagai macam senjata, parang tombak dan pedang.

"Hmmm... apakah yang akan terjadi selanjutnya"

"Kalian jangan turun kemana-mana, apabila hal buruk terjadi padaku maka larilah lewat pintu belakang dan melompatlah"

"Tapi bagaimana dengan raden?" jawab istrinya.

"Iya dang, lebih baik kita kabur bersama-sama"

"Tidak... pantang bagi seorang Raden pengantin untuk lari dari pertempuran, lebih baik jasad berkalang tanah dari pada hidup menanggung malu karena lari di hadapan musuh."

Ternyata dia ada salah satu orang sakti tersohor dia adalah "Sang Raden Pengantin" dalam sejarah kami dia adalah salah satu sosok yang gagah perkasa, selama menulis cerita ini tidak henti-hentinya bulu kudukku merinding entah kenapa aku sendiri tidak tahu, mungkinkah sukma Raden pengantin hadir di dekatku karena menceritakan dan menyebut namanya, kalau benar aku Satria Laduni anak cucumu memohon maaf Raden.

Jika engkau tidak mengizinkan aku mengekspose kisahmu maka datanglah dan beritahu aku, aku akan buang tulisan ini sehingga sejarahmu pun akan kukubur dalam-dalam dan mungkin hanya aku yang tahu.

Kembali ke cerita...
Dengan ilmu meringankan tubuhnya Raden pengantin melompat dari rumahnya ke depan para lelaki tadi.

"Wahai raden pengantin... kami dari gunung kumbang meminta upeti darimu, kau harus menyerahkan sebagian hartamu kepada kami atau kau akan kami tahan"

"Tidak... pantang bagiku untuk memberikan upeti kepadamu karena ini bukanlah lokasi kekuasaanmu, maka pulanglah kalian ke gunung kumbang"

"Lancang kau raden... seraaaannnggg dan habisi manusia ini bawa semua yang ada di rumahnya sebagai upeti"

Semua laki-laki itu memgepung raden pengantin, pertarungan pun terjadi satu melawan hampir sepuluh orang, dan kepraaakk sebuah bacokan pedang mengenai punggungnya, oooo... hebat sekali dia ternyata dia kebal senjata tajam, dengan gagahnya dia menepis semua serangan, setiap terkena bacokan dan besetan senjata lawan dia tidak luka sama sekali dan beberapa sudah tumbang terkena pukulannya tapi sayang dia hanya menggunakan tangan kosong. Yah yang namanya kalah banyak raden pengantin pun terdesak ke bawah rumahnya, di sana dia mendapatkan ayamnya dan di cabutnya besi kecil dan runcing sebagai tempat mengikat tali ayamnya.

Untuk sementara besi itulah yang menjadi senjatanya, dia berhasil menumbangkan beberapa lawannya dan tewas di ujung besi runcingnya.

"Dinda berikan senjataku kerisku selipkan lewat lantai rumah..." sambil bertarung dia berteriak meminta istrinya menurunkan senjata kerisnya.

Saat keris sudah terlihat dia berusaha menjangkaunya dan tiba-tiba sebuah tusukan senjata tombak mengenai bawah ketiaknya, dan ternyata di situ adalah titik kelemahannya, di tubuh bagian bawak ketiaknya tidak kebal terhadap senjata tajam, dan aaaaakkkkk... dia terjatuh dan langsung serangan lain bacokan gebukan tusukan di arahkan padanya, tak ayal lagi sang pria perkasa jatuh ambruk tersungkur bersimbah darah.

Melihat suami dan saudaranya tewas kedua wanita di dalam rumah berlari dari pintu belakang dan masuk kedalam hutan kebun.

"Kejar mereka... tangkap sebagai tawanan"

Mereka pun langsung di susul dan di buru, akhirnya mereka terpojok ke jalan buntu karena di depannya ada jurang yang dalam. Istri Raden pengantin akhirnya tertangkap sedangkan adiknya karena tidak mau jadi wanita tahanan dia melompat ke dalam jurang, kabar dongengnya dia berubah menjadi siamang atau orang hutan yang hitam dan berbulu lebih panjang sampai sekarang apabila siamang itu berbunyi maka di anggap sebagai suatu pertanda akan ada kejadian di sekitar kampung minimal ada orang meninggal. Dan istrinya di bawa ke gunung kumbang sebagai wanita tahanan. Oh ya istri raden pengant*n di bawa dalam keadaan hamil.

Akupun akhirnya mengikuti perjalanan istrinya sebagai wanita tahanan. Waktu di perjalananku di dimensi astral ini ternyata meloncat kebeberapa waktu tertentu saja, saat ini aku sudah berada di masa anak raden Pengantin sekitaran umur lima belas tahun.

Beberapa anak sedang berkumpul di sebuah lapangan kulihat ada seorag anak yang sedang di ejek-ejek anak yang lain.

"Hey... anak tawanan kesini... kamu jangan sok jagoan kamu itu hanya anak tawanan disini jadi tugas kamu hanya melayani kami bukan bermain bersama kami"

Mendengar ejekan itu dia seperti kecewa dan pulang kerumahnya menemui ibunya, dia ingin bertanya kenapa dia di sebut sebagai anak tawanan.

"Ibu... dia memanggil ibunya"

"Ncik su*ian kenapa kamu teriak-teriak"

"Ibu.. aku mau bertanya tolong ibu jawab, kenapa aku di sebut anak tawanan, kemana ayahku, jawab aku bu..."

"Anakku mungkin memang inilah saatnya ibu menceritakan semuanya kepadamu"

"Benar kau adalah anak tawanan karena ibumu ini adalah tawanan orang kampung ini, ibu di paksa di bawa kesini setelah mereka mengalahkan ayahmu dalam pertarungan"

"Terus siapa nama ayahku bu"

"E*cik *ujian kau adalah anak orang terhormat lagi gagah perkasa, yah... kau adalah anak Raden Pengantin, kalau saja saat itu dia tidak lengah dengan kelemahannya tentulah saat ini dia masih hidup berkumpul bersama kita dan kita tidak disini"

"Ibu.. apakah kesaktian ayahku dulu bu"

"Salah satu kesaktiannya adalah dia tidak bisa di lukai dengan senjata apapun, tapi kelemahannya ada di bawah ketiaknya, di bawah ketiaknya tidak kebal dan dapat terluka, saat dia mau 
mengambil keris yang ibu sorongkan dari atas rumah dia mengangkat tangannya dan saat itulah lawannya menusuk bagian kelemahannya"

"Ibu... apakah kesaktian ayahku itu bisa turun padaku"

"Ntahlah nak ibu tidak tahu karena gurunya ada di kampung kita"

"Kampung kita dimana bu"

"Kita berasal dari dusun P*no nak, sepanjang sungai *ino itu adalah kampungmu dan sanak familimu semua ada di sana, di sana juga banyak orang sakti, di setiap dusun sepanjang sungai itu terdapat orang saktinya"

"Ibu... izinkan aku pergi ke kampung halaman kita bu, aku akan menemui setiap orang sakti di sana dan meminta bantuan untuk membebaskan ibu"

"Baiklah nak jika itu sudah menjadi tekadmu ibu izinkan kau pergi, dan ibu menunggumu disini, nanti jika ada yang bertanya tentang dirimu sebutkan saja kau adalah anak Raden Pengantin, semua orang disana kenal dengan ayahmu karena dia orang baik"

"Baiklah bu, aku en*ik su*ia* anak Raden Pengain akan membalas pati akan kematian ayahku"

Anak itu langsung berangkat meninggalkan kampung gunung kumbang, menuju daerah yang di ceritakan ibunya, berhari-hari iya berjalan bertanya kepada setiap orang yang di temui kemana arah kampung yang dicarinya, semakin dekat dan bertemu dengan sungai yang disebutkan ibunya iya lalu menaiki rakit bambu kearah hilir mengikuti arus sungai.

Setelah dia bertemu dengan sebuah kampung iya mendarat dari rakitnya, karena sudah berhari-hari lapar dan haus akibat perjalanan jauh iya melihat sebatang pohong kelapa di dekatnya ada sebuah rumah panggung, dia pun naik.

"Permisi... pak boleh saya minta kelapa mudanya, saya lapar dan haus pak"

"Silakan tapi ambil sendiri ya"

"Iya pak terimakasih"

Iapun menaiki kelapa itu, ternyata di luar dugaanku dia naik secepat kilat dan tiba-tiba sudah di atas pohon kelapa, kemudian dia menjatuhkan satu tandan kelapa muda dan turun lagi dengan cepat pula.

Sang pemilik kelapa hanya terdiam melihat kelakuannya.

"Terimakasih pak"

"Iya sama-sama" pemilik kelapa itu memperhatikan *ncik S*j*an dari belakang sepertinya dia befikir siapakah anak ini.

Diapun melanjutkan perjalanan ke tengah kampung dan bertemu dengan beberapa anak yang sedang bermain bola di lapangan, diapun ikut nimbrung bermain, ternyata iapun pandai bermain bola dan mempunyai kekuatan tendangan yang luar biasa.

Singkat cerita banyak sekali perbuatan janggal dan menjadi orang aneh yang di tunjukkan selama di kampung itu, hal itu dia sengaja agar ada tetua kampung yang menegur dan memanggilnya. Dengan harapan agar ada orang bertanya tentang dirinya.

Setelah beberapa hari di kampung itu barulah ada yang memanggilnya untuk datang kerumah tetua kampung, dia pun di layani bak seorang tamu di rumah kepala kampung. Dan terjadilah dialog antara E*ncik S*jian dengan kepala kampung.

"Wahai anak muda siapakah sebenarnya dirimu ini, kenapa kau melakukan perbuatan-perbuatan aneh dan meresahkan penduduk kampung ini dan apa tujuanmu sebenarnya"

"Aku adalah *ncik Su*ian anak dari Raden Pengantin, aku datang kemari ingin bertemu dengan keluarga ibuku"

"Apa...! kau anak dari Raden Pengantin."

"Iya wak" kepala kampung langsung mendekapnya sambil meneteskan air mata.

"Sudah lama kami mencarimu, ketahuilah bahwa ibumu adalah adik ku, jadi aku adalah wak mu nak... dimana ibumu sekarang nak kenapa tidak ikut bersamamu kemari"

"Ibu di tawan di gunung kumbang wak, aku lahir disana, aku meminta izin kepada ibu agar bisa mencari keluargaku yang lain"

"Biadab sekali mereka, bagaimana dengan ibumu, apa dia baik-baik saja"

"Itulah wak aku meminta bantuan wak untuk membebaskan ibuku"

"Baiklah nak, wak mu ini akan membebaskan ibumu, wak akan mengumpulkan pasukan untuk menggempur gunung kumbang"

Selama satu minggu si kepala kampung mengumpulkan pasukan, ternyata yang dia kumpulkan hanya beberapa orang saja, tapi orang-orang ini adalah orang sakti dari setiap kampung sepanjang sungai.

Mereka adalah puyang mengkedum sakti cukua batau, puyang palak puguak tanggau rasau, puyang ratu/naga berinsang tungkal, pagar agung puyang guntur ruwani, padang tengah, pagar gading puyang pejayau, puyang sati tanah abang betawar, kembang seri rajau melinggang, karang cayo puyang sangkaran besi, merbayau gunung rajau, puyang belantan sakti, pusaran tanjung aur puyang tandau rajau puyang kebal, puyang serang bulan, gunung keling, pinju layang.

Mereka inilah yang berangkat pergi menggempur gunung kumbang, mereka ini adalah legenda orang-orang sakti di daerah asalku satu puyang mewakili satu dusun, sampai saat ini legenda mereka secara turun temurun masih di ceritakan, dan di setiap kampungnya ada keramat petilasan untuk tempat anak cucunya ziarah kubur.

Setelah semuanya siap para puyangpun berangkat menuju gunung kumbang, menempuh perjalanan selama satu minggu untuk sampai dari kampungku ke gunung kumbang, tapi para puyang mampu menempuhnya hanya dengan tiga hari perjalanan.

Setelah sampai di pinggir dusun gunung kumbang, mereka ke bingungan bagai mana cara masuk ke kampung itu, karena kampung itu seperti benteng pertahanan, kampung ini di kelilingi rawa yang dalam dan di sekitar kampung di pasang tembok yang tinggi yang terbuat dari kayu-kayu dan terlihat kokoh.

Para puyang tidak bisa mendobrak dinding kampung, karena mereka tidak membawa peralatan.

Akhirnya puyang Mengkedum sakti angkat bicara.

"Kita tidak menjebol dinding itu, jadi satu-satunya cara adalah dengan membuat ketapel untuk melempar salah seorang dari kita kedalam kampung itu"

"Benar puyang mengkedum, tapi apa bahan ketapel itu"

"Kita membutuhkan buluh betung yang besar yang terdapat di ulu manna, siapa yang bisa mengambilkan kesana"

"Saya..." jawab puyang belantan sakti (khodam puyang belantan nantinya menjadi salah satu khodam pendamping ghaib dari Dinar Satria Laduni)

"Baiklah puyang belantan sakti kau bisa lari secepat kilat, kuserahkan tugas ini padamu"

Puyang belantan sakti langsung berangkat, puyang belantan juga mempunyai gelar bujang belantan jika wujud ghaib dia akan berwujud harimau putih belantan artinya putih. Hanya memerlukan waktu kurang dari setengah jam puyang belantan sudah kembali dengan membawa buluh betung yang sangat besar.

"Baiklah ketapel kita sudah ada, sekarang siapa yang sanggup untuk di lempar ke dalam"

"Saya..." jawab puyang kebal (puyang kebal terkenal dengan kesaktian kebal terhadap senjata apapun) sampai saat ini banyak anak cucunya bertirakat di petilasannya untuk mendapatkan ilmu kebal.

"Baiklah puyang kebal kau akan kami lempar ke dalam, tugasmu adalah setelah kau sampai di dalam tidak boleh bertarung dulu, kau harus membuka gerbang terlebih dahulu agar kami bisa masuk"

"Baiklah puyang mengkedum"

"Ingat ini ada perjanjiannya, apabila kau tidak membuka gerbang terlebih dahulu dan bertarung sendirian hukumannya adalah kau tidak akan di beri bagian untuk mendapatkan anak tawanan apa setuju puyang kebal?"

"Saya setuju puyang"

"Bersiaplah kami akan melemparmu"

Akhirnya puyang kebal di jadikan umpan ketapel, tapi... apalah daya setelah dia dilempar kedalam ternyata dia sudah di tunggu oleh orang-orang gunung kumbang.

Tanpa sempat menepati janji untuk membuka gerbang terlebih dahulu puyang kebal terpaksa bertarung sendirian, dan setelah banyak musuh yang tumbang dan mundur barulah dia bisa membuka pintu gerbang kampung, dan para puyang yang lainpun menyusul masuk.

Pertempuran hebat pun terjadi, orang-orang sakti dari tempat bertarung dengan gigih dengan menunjukkan kehebatan masing-masing, melawan orang-orang sakti kampung gunung kumbang, dan akhirnya pertempuran di menangkan oleh para puyang, kampung di obrak-abrik dan kepala kampungnya tewas dalam adu kesaktian melawan puyang mengkedum sakti.

Akhirnya ibu dari E*cik *uji*an dapat di selamatkan, dan masing-masing puyang membawa pulang anak tawanan kecuali puyang kebal karena dia mengingkari perjanjian untuk tidak bertarung dulu sebelum membuka gerbang pintu kampung gunung kumbang.

Dalam perjalanan ini aku bisa melihat sendiri kehebatan para leluhurku terutama puyang mengkedum sakti, puyang kebal, dan puyang bujang belantan. Dari puyang-puyang tersebut yang berasal dari kampunku adalah puyang belantan sakti dan puyang sangkaran besi.

Khodam harimau putih yang selama ini mendampingi bapakku sekarangpun turun kepadaku.

Mereka pun pulang ke kampung masing-masing, dan aku pun membuka portal ghaib untuk pulang kembali keduniaku.

Puyang: Sebutan untuk leluhur yang mempunyai ilmu kesaktian tinggi.
Wo/wa: Sebutan untuk kakak perempuan
Dang: Sebutan untuk kakak laki-laki
Belantan: Putih (harimau belantan/harimau putih)

[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close